Kata-kata Rey masih terngiang-ngiang dikepalanya. Gista hanya diam tidak tahu akan bereaksi seperti apa, tepat jam sepuluh pagi di cafe Aroma Rey melamarnya. Ia tidak pernah bermimpi untuk mendapatkan seorang Rey. Laki-laki itu berbicara cukup serius bukan seperti sedang bercanda. Tidak ada keraguan pada tatapan mata tajam itu. Wow, ia sampai sekarang sulit percaya. Ia bahkan sulit bernafas untuk menjawab lamaran Rey. Ia wanita lajang berumur 27 tahun, tentu saja mendambakan untuk menikah. Entahlah ia harus bahagia atau apes dilamar oleh Rey. Wanita di luar sana pasti akan melompat lompat kegirangan. Percakapan yang tenang, tapi ada tersimpan makna di dalamnya. Gista mengalihkan pandangnya kearah cincin permata yang di sematkan Rey. Cincin ini seakan menjadi suatu pengikat hubungan dirin