“Sakitnya sih enggak seberapa, tetapi malunya ... sampai ke alam barzah!" batin Arana. Ia bahkan merasa lega ketika Leon hanya menertawakannya dan tak kunjung menolongnya. Ibu Amara yang dari dapur dan membawa nampan berisi secangkir kopi untuk Leon, sengaja mempercepat langkah. Dari tampang dan ekspresinya, wanita itu tampak panik. Namun tawa Leon dan Anna, membuat kepanikannya perlahan reda dengan semestinya. Karena jika kedua tamunya itu saja tertawa, harusnya tidak ada yang fatal, meski beberapa saat lalu, ia mendengar ada yang jatuh dan menghasilkan suara mengejutkan. “Oalah ... Arana ... berarti tadi itu suara kamu yang jatuh?” heran ibu Amara. Arana yang masih berusaha berdiri, hanya mendengkus. Di lain sisi, alasan ibu Amara jadi menghargai Leon, tak lain karena wanita itu tahu.