Bahagia menggambarkan kebersamaan Levian dan Dini. Seharian ditemani sang suami yang bekerja di rumah. Dini sampai ketiduran di pangkuan Levian, dan baru terbangun karena pintu kamar mereka digedor oleh Anna dari luar. “Masya Allah, Anna. Tantrumnya berjilid-jilid,” lirih Levian masih sabar. Ia menghela napas pelan sambil membantu sang istri beranjak dari pangkuannya dengan hati-hati. Namun, Dini yang tak memakai hijab refleks mengeluh lirih sambil memegangi pelipis maupun tengkuk. “Sayang, ... apakah aku melukaimu?” panik Levian. Namun harusnya ia tak sampai melukai sang istri, bahkan meski sekadar menjambak Dini tanpa sengaja. “Pusing ... mual, ... pengin muntah. Bisa tolong antar aku ke kamar mandi enggak, Mas? Ini penglihatan aku muter-muter,” lirih Dini sambil berpegangan erat pada