“Leon ... tolong antar aku ke rumah nasabah. Ini aku kesiangan, jadi pakai motor saja ya. Yang penting aku enggak mau pakai helm. Soalnya kalau habis pakai helm, kepalaku puyeng.” Leon rasa, baru beberapa saat lalu bibir dan tangannya dengan leluasa menikmati tubuh sang istri, sebagai bagian dari pelepasan rindu setelah dua bulan tak bertemu. Namun baru saja, ia dibangunkan dan diharuskan untuk segera siap. Sebab Arina berdalih bahwa istrinya itu kesiangan. “Pelan-pelan ...,” rengek Leon. Kedua matanya masih terpejam, sementara kedua tangannya menahan pinggang Arina. Arina jadi merinding panas dingin dibuatnya. “Ih Leon ... apaan sih. Ini udah siang.” “Pelan-pelan biar aku kumpulin nyawa dulu. Jangan langsung spontan, yang ada kepalaku bisa pusing. Kiss dulu. Absen wajahku, terus bibi