Meida diam di kamar yang seharusnya untuk bayi nantinya. Namun, pupus sudah karena sudah tidak ada kehidupan di dalam perutnya. Begitu antusiasnya Jarvis sampai membeli banyak mainan dan buku bacaan, dia berniat membuat anaknya pintar seperti dirinya. Kata maaf tidak bisa mengembalikan semuanya. Bukan hanya pada Jarvis, Meida merasa bersalah dengan anaknya juga. Dia belum sempat melihat dunia, tapi harus pergi karena kebodohannya. Hanya bisa menangis, air matanya seolah tidak akan pernah surut. Terus saja menetes, menggambarkan seberapa banyak sesaknya hati Meida sekarang. Diluar kamar, 3 orang perempuan itu sama-sama kebingungan. Kecuali Jerome yang meminum kopinya dengan tenang. “Dad, kayaknya harus panggil Kakak deh. Dia harus ada disisi Meida,” ucap Lynlyn. “Dia aja gak jawab telpon