Anin mengepalkan kedua tangannya, ia merasa gugup, cemas dan ketakutan mengingat kejadian masalalu yang menimpanya. Kehamilannya saat itu sengaja ia sembunyikan, karena baginya anak yang ia kandung tidak bersalah dan ia ingin menjadi seorang ibu muda agar Papinya stop memanfaatkan dirinya lalu merasa kasihan padanya. Namun percuma saja, Papinya yang tahu ia hamil segera mengambil tindakan, entah minuman apa yang dipaksa oleh orang-orang suruhan Papinya, hingga membuatnya merasakan sakit yang kuat biasa hingga ia mengira ia akan mati saat itu. Ia ingat diantara kedua kakinya mengalir darah segar yang mengucur hingga ia menangis dan panik saat itu. Anin pun kehilangan kesadaran, ia ketika ia bangun dari tidurnya saat itu ia telah berada di Rumah Sakit. Tentu saja hal itu membuat Anin

