Anin merasa sangat kacau dan sejak tadi ia menangis didalam kamar, suara tangisnya terdengar sangat memilukan. Tak ada satupun orang yang berniat membuka pintu ini, pada hal ia ingin sekali mengetahui bagaimana keadaan Nindiya. Anin kembali menangis saat melihat Nidniya tidak memperdulikan dirinya sendiri dan melompat begitu saja dari balkon. Ia sangat takut, takut kehilangan adiknya itu. "Hiks...hiks...Kamu harus hidup Dek harus!" Ucap Anin sambil menangis pilu. "Mami udah nggak ada lagi, kamu jangan pergi ninggalin Mami. Maafkan Mbak Dek, maafkan Mbak yang sudah jadi kakak yang sangat jahat sama kamu!" Ucap Anin. Sekarang waktu menunjukkan pukul sepuluh malam dan perutnya pun terasa sangat lapar, ya...walaupun sekarang ada banyak makanan dihadapannya, ia juga tidak akan memakan maka

