Sulit untuk mencintai. Sekalinya mencintai harus membenci karena dendam yang terpatri. Sungguh sebuah ironi ketika diri diselimuti renjana, kenyataan mengharuskan Tara menabur bencana. Tidak ada yang lebih menyakitkan hati ketika diri terkhianati rasa yang tak terkendali. Tara mengamati Bastian dari tempat duduknya. Cahaya minim di dalam mobil membentuk bayangan wajah maskulin Bastian dari balik kemudi. Tara mengutuki dirinya sendiri lantaran tidak bisa mengendalikan pandangannya untuk berpaling dari bayangan pria itu. Siluet Bastian yang tergambar sempurna membuat Tara menggila. Ia mencoba cara klasiknya untuk mengendalikan diri dengan menghitung satu sampai sepuluh di dalam hati, namun usaha itu sia-sia. Sialan! Tara mengumpat dalam hati. "Bagaimana tanggapanmu tentang Papa?" Pertany

