“Dewa mau di sini, Mama…Dewa gak mau masuk ke dalam rumah…” tangisnya menjadi-jadi di tambah rontaannya membuat Barra sedikit kewalahan. Mereka terheran dengan apa yang di lakuin Dewa kali ini. “Sayang Papa…kenapa jadi cengeng begini? Nangis itu boleh tapi tidak baik meraung-raung begini, Nak. Papa sudah bilang kita pulang sebentar nanti kita balik mobil lagi, oke?” bujuk Barra lagi membuat Dewa sedikit melemah. Sasya tampak menahan emosinya melihat putranya tiba-tiba menjadi aneh saat ini. Barra terus berjalan menuju ke dalam ruko dimana sahabatnya telah menunggu di dalam dengan nada gelisah, terlihat dia berbisik pada Jasson. “Jasson, kenapa itu terdengar ribut-ribut. Seperti ada tangisan anak kecil? Siapa yang nangis?” tanya Biraga sedikit resah. “Tuan Muda yang menangis, Tuan.” Bi

