Sasya tersenyum getir, dan tak menyadari jika Braga telah memasuki mobil dan melihat ekspresi wajah sang istri, hingga dia menatap sejenak dan merasa bersalah. Lalu dia menghela nafas panjang dan menutup pintu perlahan. Mobil melaju menuju jalanan ibukota yang terlihat lumayan padat siang itu. Braga sesekali melirik wanita yang duduk termenung di sampingnya. Berkali-kali dia menelan ludahnya untuk membuka percakapan tapi masih juga tak mendapatkan apa yang akan dia tanya. "Ehm! Gimana kerjaan kamu tadi?" tanya Braga menatap sang istri dengan salah tingkah. "Aku dan wanita tadi, kebetulan dulu pernah dekat, hanya saja karena di pertengahan jalan kami berbeda prinsip, sehingga dia memilih menikah dengan teman satu kampus kami, dan tadi dia mengabarkan tentang perceraiannya..." Ehh! Ke

