“Kenapa dia justru menangis begitu, Sya?” ucapnya sedih karena melihat kenyataan putranya bahkan tidak menerima kehadirannya. “Biasa saja. Namanya anak bayi, kadang ketika di letakin dia bangun, baru di gendong tar kadanh di gendong juga masih rewel. Jadi santai saja. Dia masih sama dengan bayi lain, bahkan cenderung lebih baik di banding bayi-bayi seusianya, dia sangat pengertian terlebih ketika dia tahu aku sedang bekerja, dia akan menjadi sangat baik…” ucap Sasya dengan senyum bangga terhadap putra yang telah dia lahirkan seorang diri tanpa sosok suami di sisinya seperti wanita-wanita hamil lainnya. Biraga terdengar menghela nafas panjang, hatinya sungguh remuk melihat kenyataan mengenai istri dan putra kandungnya yang terlihat sengsara di bawah hidup sangat sederhana. “Kau bukankah

