Cleona merasa kasihan melihat Nola yang sudah kesal pagi-pagi. Dari pada mendengar ocehan Nola yang semakin tidak jelas, lebih baik ia mengajak Nola untuk pergi ke bazar yang ada di lapangan depan kompleknya. Pasti di sana seru dan ramai.
Ia pun bangun dari tidurnya, dan merapihkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan. "Nola, kita pergi jalan-jalan yuk, selagi masih pagi."
Nola menengok kearah Cleona dengan wajah kesalnya. "Gak! Males gue."
"Ayolah ... Kamu tau gak? Di depan komplek ada bazar makanan tau ... Yakin, gamau jalan-jalan?"
Nola kembali melirik kearah Cleona yang sekarang sedang merapikan tempat tidurnya. Bazar? Makanan? Kelihatannya seru. Apalagi pagi-pagi gini enaknya makan.
"Ekhem ... Gue gak punya uang cash," ucapnya sebagai alibi.
"Iya ... Aku traktir semua yang kamu mau. Tapi jangan marah ya, semalem habisnya kamu tidur kaya orang yang enggak tidur tiga bulan, pulesssss banget. Udah aku bangunin, tapi kamu gak bangun-bangun. Yaudah deh aku kasih kamu selimut itu. Hehehe ... Jangan marah ya, Nola ... Selimut satu lagi masih di laundry kemaren."
"Yauda gue maafin. Gue ganti baju dulu." Nola pun pergi berjalan kearah wardrobe kamar Cleon untuk berganti baju.
"Yey sayang Nola. Tapi lebih sayang Kak Kin. Hehehe ...."
Nola yang mendengar ucapan Cleona memutar bola matanya malas. "Ngomong ae lo sama tembok," kata Nola yang masih kesal dengan Cleona.
Selesai dengan kegiatan merapikan kamarnya, Cleona pun berjalan kearah kamar mandi untuk mencuci mukanya dan menggosok gigi, lalu berganti baju.
Selang sepuluh menit kemudian, Nola sudah memakai celana legging selutut, dan hoodie berwarna maroon. Ia pun berteriak memberitahu kepada Cleona, jika ia menunggu di bawah.
Nola pun keluar dari kamar Cleona. Ia cukup takut sebenarnya untuk turun ke bawah. Tapi Nola memberanikan diri, Cleona saja setiap hari sendiri di sini, Cleona saja kesepian di sini. Masa dirinya tidak berani sendiri di sini.
Sebenarnya Nola melihat rumah ini suasananya hangat, tidak seperti rumah-rumah besar yang sangat menyeramkan. Di sini hangat jika memang ada kehangatan, pikirnya.
Berjalan menuruni tangga, Nola yang melihat gorden-gorden yang belum di buka, ia pun membukanya dan mematikan lampu yang menyala sebab hari sudah siang. Nola melihat cuaca hari ini cukup baik, matahari ada, namun tidak seterang musim panas.
Nola membuka pintu utama rumah Cleona untuk mendapatkan udara pagi, walaupun sedikit telat. Tak lama, Cleona datang membawa tas kecil yang ia gantung di sebelah kanan. Cleona pun menggunakan baju yang sama seperti Nola, namun ia memakai legging panjang dan hoodie berwarna biru muda.
"Rumah orang kaya gitu ya, Cle? Kalau mau nutup sama buka ada bunyinya hahahah ...."
"Dasar! Norak kamu."
"Ayo jalan. Gak usah naik motor," kata Cleona yang melihat Nola sudah menyiapkan kunci motornya.
"Loh, kok jalan? Mending naik motor aja. Lapangan depan jauh loh ...."
Cleona menarik tangan Nola agar ikut bersamanya. "Ayo, jalan aja. Selagi masih pagi. Bazarnya baru di buka jam 7. Aku tau jalan tikusnya kok." Mau tak mau, Nola pun mengikuti kemana Cleona mengajaknya berjalan.
Lama mereka berjalan sambil bercerita hal yang tidak penting. Nola berpikir ternyata untuk berjalan di pagi hari tak seburuk yang di bayangkan. Buktinya, dengan cepat mereka sudah sampai di lapangan komplek perumahan yang sangat luas ini. Banyak sekali orang yang berdatangan dan menikmati makanan dan wahana yang di sediakan.
"Ini buka setiap hari atau gimana?" Tanya Nola yang moodnya sudah membaik karena melihat hal yang seru.
"Bukanya setiap bulan selama tiga hari. Ini hari kedua, Nol. Besok kamu bisa kesini lagi kalau kamu suka. Gimana? Serukan?" Tanya Cleona yang melihat Nola seperti ingin menyantap semua makanan yang di jual.
"Seru banget, Cle. Pengen banget gue makan semuanya. Hahaha ...."
Nola berjalan menghampiri kedai yang menjual berbagai macam makanan goreng, atau biasa di sebut gorengan.
"Ini nih, yang enak di makan pagi-pagi." Nola pun duduk di sana, dan memesan nasi uduk, nasi yang di masak dan di bumbui, serta beberapa gorengan untuk makanan pembuka kali ini.
Cleona yang tergoda melihat Nola makan dengan lahap, ia pun memesan hal yang sama seperti Nola.
"Enak bangetkan? Gue lapar banget ... Gak sia-sia gue bangun pagi kalau kaya gini caranya."
Cleona tersenyum geli mendengar Nola yang sangat excited. "Kamu berlebihan. Kaya yang nemu harta karun di gurun pasir aja."
Selesai dengan makanan pembuka, Nola dan Cleona kembali berjalan-jalan untuk melihat makanan apalagi yang harus mereka coba. Wangi pembakaran sate tercium di hidung Cleona. "Wangi banget ...."
"Iya, kita beli yuk." Ajak Nola yang sudah terlebih dahulu menuju penjual sate.
Ia memesan setengah porsi sate ayam dan setengah porsi sate sapi untuk ia makan berdua dengan Cleona. "Sini, Cle duduk. Udah gue pesenin."
Cleona pun duduk di sebelah Nola, pesanan mereka pun sudah tersaji. Tak lupa satu porsi lontong pun turut hadir di sana.
"Wah ... Mantap sekali." Nola dan Cleona pun menyantap sate yang sudah ada di depan mata mereka.
"Gue mau nginep lagi ah, biar besok bisa jajan lagi. Hahaha ... Apalagi di traktir Cleona. Mantap jiwa."
Cleona menggelengkan kepalanya. Bisa-bisanya Nola sangat heboh dengan hal seperti ini. Mereka berjalan-jalan menghabiskan waktu sampai siang hari. Dan kembali pulang pukul 11 siang.
....
Kerjaan sudah selesai. Semua hasil karya yang sudah Kin dan Ben kerjakan hampir satu bulan, akhirnya sudah selesai pagi ini. Ben tengah merapikan tatanan meja kerjanya yang sudah sangat berantakan. Dan Kin sedang membaringkan tubuhnya di atas sofa dengan mata tertutup.
Ben terheran melihat meja kerja Kin yang bersih dan rapi. Sedangkan meja kerjanya sudah seperti kapal pecah.
"Besok adek lu berobat?" Tanya Kin dengan mata yang masih tertutup.
Ben yang merasa pertanyaan itu untuknya, ia pun menengok kearah Kin. "Iya, kok lu tau?"
"Besok tanggal 25, gua tau. Gaji udah gua kirim," kata Kin yang membuat wajah Ben berseri.
"Wah? Serius, Bos?" Tanya Ben yang membuka ponselnya untuk melihat notifikasi transfer lewat SMS banking.
Ben pun melihat ada banyak sekali angka yang tertera di dalam tabungannya. "Banyak banget, Kin," kata Ben yang berjalan menghampiri Kin untuk meminta keterangan mengapa gajinya bulan ini sangatlah besar.
"Ini serius?" Tanya Ben kembali kepada Kin.
Kin mengangguk santai. "Hasil kerja keras, lu, gak tidur tenang selama satu bulan."
"Tapi ini banyak banget. Gua kaya nerima gaji buta, hahaha ...." Ben tertawa dengan wajah yang kebingungan.
"Proyek ini besar. Dan sorry kalau enggak sesuai apa yang lu harapkan, karena di sini gua juga pegawai. Semua pembayaran perusahaan yang atur." Jelas Kin. Ben bisa di bilang sebagai asisten dari Kin, gaji perbulan yang Ben dapatkan itu adalah ketentuan dari Kin.
"Tapi gua enggak berharap lebih, Kin."
"Bawel. Mau di terima apa enggak?" Tanya Kin.
"Bukannya gitu. Masalahnya gua belum pernah pegang uang sebanyak ini."
Kin membuka matanya, dan bangun dari tidurnya. "Sembuhin adik, lu. Beliin ibu dan adik lu makanan enak. Ajak mereka belanja. Dan katanya lu mau renovasi rumah? Gua enggak bisa bantu lu apa-apa. Gua kasih bonus, enggak ada penolakan." Selesai mengucapkan itu, Kin menepuk pundak Ben dan pergi membawa jaket dan kunci mobilnya.
"Kin ... Woy ... Gua belum bilang makasih ...."
Kin mengangkat tangannya kearah Ben, dan pergi berjalan menuruni tangga. Ben tersenyum senang sampai mengeluarkan air matanya sedikit. Ia sangat bersyukur di kelilingi orang-orang baik walaupun hidupnya tidak seindah hidup orang lain.
Berjalan kearah basement untuk mengambil mobilnya, Kin pun melakukan mobilnya untuk bisa sampai di rumah Cleona. Hari ini niatnya ingin mengajak Cleona pergi berjalan-jalan, sudah banyak sekali kesalahan yang ia lakukan kepada Cleona, dan hari ini ia ingin menyenangkan kekasihnya itu.
Kin membuka kaca mobil untuk menikmati udara pagi menjelang siang. Hari ini panas tidak begitu menyengat, menjadikan udara sangat sejuk untuk di hirup, walaupun sudah menjelang siang.
Tak butuh waktu lama, Kin sudah sampai di depan rumah Cleona. Ia pun turun dari mobil dan berjalan masuk untuk menghampiri kekasihnya.
Ketika Kin memasukkan PIN untuk membuka pintu rumah Cleona, ternyata sudah ada orang yang membukakan pintu dari dalam.
"Astaga dragon!" Nola terkejut melihat Kin yang sudah ada di hadapannya. Apalagi wajahnya dan wajah Kin sangat berdekatan.
Dengan refleks, ia pun langsung mundur dengan cepat sampai punggungnya terbentur pintu.
"Rasain," kata Kin dengan santai.
"Gue kira orgil, lo. Masuk rumah orang itu ketuk pintu. Bukan tiba-tiba nongol di depan pintu," kesal Nola karena jantungnya masih saja berdetak kencang karena terkejut, bukan karena ia suka dengan Kin, itu tidak akan terjadi sampai kapan pun. Dan perlu di garis bawahi, bahwa jantungnya berdetak kencang karena terkejut melihat Kin yang sudah ada di depan pintu.
"Nola? Ada apa ribut-ribut?" Suara Cleona yang berteriak dari lantai dua.
"Ini ada pengamen," kata Nola yang membuat Kin membelalakkan matanya.
Kin hendak membuka suaranya, namun suara Cleona yang lebih keras membuat dirinya tidak melanjutkan ucapannya. "Kasih aja lima ribu di dekat vas bunga. Gak usah berantem, nanti juga pergi," katanya.
"Okey, Cle."
Nola mengambil uang lima ribu yang sudah tersedia di dekat vas bunga, lalu memberikannya kepada Kin dengan paksa. Lalu ia pun menutup pintu rumah Cleona dari dalam dan menguncinya secara manual.
Kin yang masih ada di depan pun, terheran sekaligus kesal dengan sikap absurd kedua sahabat itu. Bisa-bisanya Nola terus mencari ribut dengan dirinya. Kin pun duduk di kursi halaman rumah Cleona, untuk menunggu Cleona keluar dari rumahnya.