Pagi sudah kembali tiba. Namun Cleona masih bergulung dengan selimutnya. Ia merasa tubuhnya sangat-sangat lelah, padahal ia tidak melakukan apapun kemarin. Cleona terkejut melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 6 pagi. Ah, sepertinya ia akan terlambat.
Dengan rasa malas, Cleona bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Hanya butuh waktu 10 menit, Cleona sudah memakai seragamnya dengan rapi.
"Ah, belum jam setengah tujuh, ngapain juga aku buru-buru tadi," kata Cleona sedikit kesal.
Ia berjalan kearah jendela untuk merapikan gordennya. Ketika membuka gorden itu, ia melihat ada taksi yang sedang parkir di depan gerbang rumahnya.
"Taksi kok ada di depan rumah, perasaan aku enggak pesen deh. Apa buat rumah sebelah kali ya?"
Cleona mengangkat bahunya, mencoba untuk tidak perduli akan hal itu. Cleona memilih merapikan bukunya untuk dimasukkan kedalam tas. Tak lama, ia mendengar suara ponselnya berbunyi. Ada sebuah panggilan masuk di sana.
Ia terkejut tatkala melihat nama Kin yang menelponnya. Ada angin dari mana, Kin menelpon dirinya di pagi hari seperti ini? Tidak ingin Kin menunggu lama, Cleona pun mengangkat telpon itu.
"Halo?"
"Iya, kamu sudah siap?" Tanya Kin di sebrang sana.
"Sudah, Kak. Kenapa? Kamu mau jemput?"
"Hari ini kelas 12 di bebaskan. Aku izin, masih banyak kerjaan di studio."
"Oh ... Gitu, terus kenapa telpon?"
"Di depan ada taksi. Kamu naik, sudah aku bayar."
Dengan refleks Cleona mengangguk. "Iya, Kak."
"Sarapan pagi. Udah ya aku mau lanjut kerja."
"Iya, Kak Kin. Kamu juga sarapan ya. Oh ya, semangat kerjanya. Love you, Kak," ucap Cleona sambil tersenyum.
"Iya, sayang."
Sambungan telpon pun terputus. Cleona menatap ponselnya yang memperlihatkan nomer Kin di sana. Ada rasa sedikit kecewa ketika Kin tidak membalas ungkapan sayang Cleona.
"Ah, enggak apa-apa. Yang penting dia udah ngabarin. Ayo semangat, Cleona ...."
Cleona mengambil tasnya, dan memakai sepatunya. Ia tidak ingin supir taksi itu menunggunya terlalu lama. Ketika melewati dapur, ia mengambil 3 roti kemasan dan membawa 2 s**u kotak yang ia masukkan kedalam paperbag kecil.
Ketika membuka pintu gerbang, supir taksi itupun keluar. "Non Cleona?" Tanyanya.
Cleona mengangguk sambil tersenyum. "Iya, Pak. Antar ke SMA Tanah Bangsa ya."
Supir itu pun mengangguk dan membukakan pintu mobil untuk Cleona. Di dalam taksi, Cleona memperhatikan jalanan yang cukup ramai karena ini pagi hari. Banyak orang yang melakukan aktivitasnya, seperti pergi bekerja, bersekolah, dan lain-lain.
Ada satu pikiran yang terlintas di otaknya ketika teringat kejadian semalam. Tentang email yang ia kirimkan kepada papa-nya. Cleona membuka ponselnya dan memasukkan email serta kata sandinya di sana.
Satu hal yang pertama Cleona lihat di halaman emailnya adalah nama sang ayah, Dion Rayon. Cleona sudah membaca sedikit pesan yang dikirim Dion untuknya. Namun, ia masih ragu untuk membaca semua pesan ayahnya itu.
Dengan rasa penasaran dan sedikit keberanian, ia pun membuka pesan dari papa-nya itu.
'Selamat malam, Cleona. Jaga kesehatan di sana. Jaga diri baik-baik tanpa saya dan ibumu. Saya di sini cukup tidak baik-baik saja, karena perasaan salah saya kepada kamu masih ada. Saya rasa, ucapan maaf saja tidak cukup untuk membayar semua kesalahan-kesalahan saya.
Saya merasa tidak pantas di sebut seorang ayah oleh anak hebat seperti kamu. Susah sekali untuk memberanikan diri menghubungimu, karena saya tidak percaya diri bahwa kamu akan membalas pesan saya.
Ini nomer ponsel saya, 987654930176.
Papamu, Dion Rayon.'
Satu tetes air mata tiba-tiba keluar begitu saja. Cleona merasa dirinya tenggelam dalam kalimat-kalimat itu. Tak terasa satu suara menyadarkan dirinya.
"Non? Sudah sampai," ucap supir taksi itu kepada Cleona yang sibuk menatap ponselnya.
"Oh, iya Pak, maaf. Sebentar ...."
Cleona mengeluarkan uang 2 lembar berwarna merah, dan memberikan paperbag yang berisi roti dan s**u itu kepada supir taksi yang sudah cukup berumur. "Ini, Pak, untuk sarapan. Dan ini ongkosnya."
Supir taksi itu menerima paperbag yang diberikan oleh Cleona. "Terimakasih. Tapi sudah di bayar tadi."
"Tidak apa-apa. Terima saja. Terimakasih ya, Pak ...."
Cleona pun keluar dari taksi dan memasukkan ponselnya kedalam tas. Lebih baik ia membalas pesan ayahnya nanti, sebab ia merasa kurang fokus saat ini.
Banyak murid yang sudah berdatangan menggunakan kendaraan pribadi mereka masing-masing, Cleona lebih memilih berjalan di sebuah jalan kecil. Karena ia sedang berada di parkiran murid saat ini.
Klakson motor mengejutkan Cleona. "Ya ampun ... Argi ..." Kesal Cleona sambil mengusap dadanya karena terkejut.
"Selamat pagi ... Cleona ..." Sapa Argi, ia pun memarkirkan motornya di dekat Cleona.
Cleona yang sudah tau kelakuan aneh teman kelasnya itu, memilih untuk pergi begitu saja.
"Woy, Cleona!"
Cleona mendengar suara Argi yang berlari kearahnya. Ia menghembuskan napasnya malas. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang merangkul bahunya, siapa lagi kalau bukan Argi.
"Argi, banyak orang tau. Ish lepas ..." Kata Cleona meminta Argi untuk melepaskan rangkulannya.
"Biarin, Cle. Biar gue enggak jomblo-jomblo amat."
"Lepas ih, nanti ada yang liat." Cleona masih berusaha melepaskan rangkulan Argi di pundaknya, sampai satu suara perempuan mengejutkan dirinya.
"Oh, ini kelakuan pacar Kin di belakangnya?"
Refleks mendengar suara itu, Cleona langsung melihat kearah wajah orang yang berbicara. Argi yang mendengar pun langsung melepaskan rangkulannya.
"Gimana reaksi Kin ya? Kalau tau pacarnya jadi cewek murahan kaya gini?"
Air muka Cleona berubah menjadi geram. Mengapa Levy berkeliaran di sekolahnya. Mengapa setiap harinya, Levy terus, Levy lagi dan Levy.
"Maaf, aku enggak punya urusan sama kamu," kata Cleona dan langsung pergi dari tempat itu.
"Bagus juga keberanian, lo. Dasar murahan."
Cleona merasa terpancing dengan ucapan Levy kali ini. Ia tidak bisa terus terlihat lemah di depan orang yang selalu merebut kebahagiaannya itu.
Kata persahabatan sudah tidak ada lagi di kamus mereka. Sopan santun yang Cleona terapkan untuk selalu hormat kepada orang yang lebih tua, Cleona sampingkan, karena ia sedang berhadapan dengan Levy.
Cleona merasa, percuma berbicara baik-baik di hadapan Levy. Jika Levy saja berbicara seenaknya.
"Perlu kamu tau, aku bukan w************n. Lebih baik kamu berkaca, siapa disini yang murahan."
Levy merasa panas mendengar ucapan Cleona. Ia pun membalikkan badannya untuk menghadap kearah Cleona yang sudah berada di belakangnya.
"Berani ya, lo? Gak usah munafik jadi orang. Dasar manusia sok baik!"
"Munafik? Siapa yang munafik? Oh kamu? Kamu munafik? So baik di depan orang, padahal sukanya rebut pacar orang ... Semoga bahagia selalu ya."
Cleona pun berjalan pergi meninggalkan Levy yang terdiam seribu bahasa. Cleona pun bingung kenapa Levy selalu berada di sekolahnya.
Sampai beberapa meter dekat dengan kelasnya, Cleona lebih memilih untuk duduk, karena badannya lemas sudah berbicara dengan Levy tadi.
"Cleo ... Cleona ...."
Cleona mendengar Argi yang berlari di sana. "Sorry ya, gara-gara gue, lo jadi ribut gitu."
Cleona mengangguk. "Lain kali jangan gitu, aku juga minta maaf," kata Cleona.
"Sebentar, gue panggil Nola atau Eliza kesini."
Argi pun pergi berlari menuju kelasnya, untuk memanggil Nola ataupun Eliza agar bisa menemani Cleona. Cleona tak sadar bahwa ada dua orang laki-laki yang tengah memperhatikan kejadian dirinya bersama Levy.