Earphone terpasang di telinganya, kedua kakinya ia angkat keatas meja. Ujung kakinya bergoyang-goyang mengikuti alunan musik rock yang sedang ia dengarkan. Namun, acara santainya itu terganggu karena ada suara orang yang memanggilnya.
"Nolaaaa ...."
Nola yang mendengar suara Argi memanggil namanya hanya diam saja, karena ia tahu Argi pasti sedang iseng kepadanya.
Namun suara itu semakin mendekat, dan sampailah suara Argi ada di dekat telinganya. "Nol ... Nola." Argi memanggil Nola seperti orang yang di kejar setan.
"Apasi, Gi? Heboh banget," kesal Nola.
"Itu, Cleona ... Lemes, habis ribut," kata Argi dengan napas yang memburu.
Nola yang mendengar nama Cleona di sebut, ia pun langsung melepas earphone-nya dan menyimpan ponselnya lalu berlari kearah luar kelas.
Ia membenarkan kacamatanya, untuk bisa melihat dimana Cleona berada. Setelah melihat siluet tubuh Cleona, ia pun berlari kesana. Ternyata benar, Cleona sedang terduduk sambil melamun.
"Cle? Lo kenapa?" Tanya Nola setelah sampai di hadapan Cleona.
Ia melihat Cleona hanya terdiam, tanpa menjawab pertanyaannya. "Cle? Lo habis ribut sama siapa? Lo sakit?"
Cleona mengangkat kepalanya untuk bisa melihat kearah Nola. Ia pun menggeleng, dan mencoba untuk tersenyum. "Ha? Aku enggak apa-apa, kok ... Memangnya kenapa?" Tanya Cleona.
"Serius? Tadi ... Kata Argi, lo habis ribut. Memang Argi setan," kesal Nola dan ia pun terduduk di dekat Cleona.
"Lebay banget si Argi, gue lagi santai juga ... Adaaa aja kelakuannya," kata Nola yang masih melanjutkan kekesalannya.
"Hehehe ... Aku enggak ribut, cuma cekcok aja sedikit," kata Cleona yang langsung mengundang perhatian Nola.
"Hah? Lo cekcok sama siapa? Sejak kapan lo bisa cekcok?"
"Levy, aku enggak tau kenapa dia ada di sekolah kita terus," kata Cleona. Menurutnya ini hal yang pantas untuk di ceritakan kepada Nola, ia percaya Nola, karena Nola satu-satunya orang yang bisa mengerti dirinya dalam keadaan apapun.
Nola sudah tau siapa itu Levy, dan Cleona sudah menceritakan semua masa lalunya ke sahabatnya itu. "Ada satu event yang gue denger, berbarengan dengan SMA Tulip," kata Nola.
Cleona mengangguk pelan, mencoba memahami apa yang dikatakan oleh Nola. Tidak ada salahnya juga sih, jika Levy berada di sekolahnya, karena ini tempat umum. Cleona mencoba memahami itu semua. Ia pun menghembuskan napasnya pelan.
"Maafin Argi ya. Aku baik-baik aja kok, cuma tadi agak lemes aja dari pada aku pingsan, lebih baik aku duduk dulu. Kamukan tau kalau aku punya penyakit anemia."
Nola mengangguk-angguk. "Kenapa sih lo terus minta maaf? Padahal lo enggak salah. Gue enggak suka, Cle, lo terus kaya gitu. Gue enggak masalah kok sama sikap Argi tadi," kata Nola, yang bingung melihat sikap Cleona, kenapa Cleona selalu saja meminta maaf, selalu saja mengalah.
"Nola," kata Cleona sambil mengusap tangan Nola yang berada di dekatnya. "Bertahun-tahun aku hidup sendiri dengan rasa sakit aku sendiri. Aku jadi paham, kunci hidup untuk tidak menyakiti orang lain adalah, maaf. Aku tau, bagaimana rasanya disakiti oleh orang lain. Nah ... Berhubung aku tau gimana rasa sakit itu, dan aku enggak mau orang lain sakit gara-gara aku, makanya aku terus ucapin kata maaf. Enggak ada salahnya juga."
"Ya ... Tapikan ...."
"Iya, aku tau kok kapan aku harus bisa 'melawan' ketika ada orang yang menyakiti aku," kata Cleona. Ia tau maksud Nola berbicara, Nola tidak ingin Cleona terus di 'tekan oleh lawannya'.
Nola pun mengangguk, dan melihat kearah wajah Cleona yang masih saja tersenyum dihadapannya. "Terus, tentang masalah Levy tadi? Gimana ceritanya?" Tanya Nola yang masih kurang mengerti apa yang sebenarnya terjadi antara Cleona dan Levy tadi, sampai-sampai Argi berlarian kearahnya mengabarkan jika Cleona sedang ribut.
"Kita sambil jalan aja yuk," ajak Cleona, Nola pun mengangguk dan berjalan menuju kelas mereka.
Cleona menceritakan dari awal dirinya turun taksi, sampai bertemu dengan Argi, dan Argi merangkulnya, hingga pada saat ia berpapasan dengan Levy dan di situlah ia mulai beradu bicara dengan Levy.
Nola mendengarkan cerita Cleona dengan baik, ingin rasanya jika ia menjadi Cleona, Nola akan menjejalkan muka Levy dengan pot tanaman. Nola terheran, mengapa Cleona bisa sesabar ini.
....
Jam pelajaran ke tiga sudah selesai, kelas 11 yang diisi oleh teman-teman Cleona sedang menunggu guru yang akan mengajar jam ke 4.
Nola dan Cleona sedang bercanda sambil sesekali tertawa. Oh ya, ditambah Nola sedang bersembunyi-sembunyi untuk mengemil, ia menyimpan satu kantung chips di kolong mejanya, sesekali jika ia bosan dan suntuk ia akan memakan chips itu untuk membangun semangatnya lagi.
"Kayanya jam kosong deh," kata Cleona yang merasa lama menunggu gurunya datang.
"Eh? Lo udah ngerjain PR?" Tanya Nola dengan wajah khawatir bertanya ke meja belakang, dimana Cleona berada.
"Udah, kok. Kamu mau liat?" Tawar Cleona.
"Mau lah, walaupun lo enggak nawarin gue yang minta. Hahahaha ...."
Nola tertawa sambil membawa bukunya untuk mencontek tugas Cleona di meja Cleona. Nola pun menulis jawaban soal bahasa Indonesia di bukunya.
"Banyak banget sih jawabannya, Cle. Keburu gak ya?" Kata Nola dengan gusar.
"Gurunya belum datang ini," ucap Cleona yang menenangkan Nola untuk bisa menulis dengan cepat.
Di tengah keheningan mereka, datanglah Argi yang membawa kursi dan duduk di sebelah Nola.
"Apa, lo? Mau ganggu orang lagi?" Tanya Nola dengan sewot.
"Dih, santai aja kali. Ngapain lo ngerjain tugas? Gurunya aja kaga masuk, hahaha ..." Argi menertawakan Nola yang sedang melemparkan pulpennya saat ini.
"Ah! Kenapa lo enggak ngasih tau gue, heuhhh ..." Kata Nola sambil berekspresi gemas kearah Argi.
"Kemana memangnya gurunya?" Tanya Cleona.
"Ada rapat sampe jam terakhir, bentar lagi juga bel pulang," kata Argi yang membuat Cleona dan Nola berhigh-five senang.
Argi si manusia pengacau itu tersenyum melihat Cleona yang sedang tertawa bersama Nola. Lama ia tersenyum, sampai Nola mencubit lengannya baru ia tersadar. "Suka lo sama Cleona?" Tanya Nola sambil tersenyum nakal. Ia pun mendekatkan dirinya dengan Argi. "Hati-hati lo, doi penjaganya cheetah, bukan buaya kaya lo, hahaha ..." Nola tertawa setelah membisikkan sesuatu kepada Argi.
Cleona yang sedang dibicarakan oleh Argi dan Nola hanya tersenyum malu-malu. Ia pun merasa aneh dengan Argi yang tidak seperti biasanya. Ah, mungkin itu hanya rasa peduli dengan sesama teman, pikirnya begitu.
"Oh iya, gue belum minta maaf tentang tadi. Maafin gue ya, Cle. Gara-gara gue, lo jadi debat sama orang," kata Argi yang wajahnya cukup serius, padahal Argi adalah manusia yang paling tidak serius di muka bumi ini.
"Hmm ... Perasaan kamu udah minta maaf deh sama aku. Udah aku maafin kok. Tenang aja ..."
"Heheh ... Deket lo, bawaannya pengen minta maaf terus, biar lo enggak beban ada gue."
Nola sudah berekspresi seperti ingin muntah. "Buaya, lo dengerin, Cle. Jangan percaya, Argi ngomong gitu bukan sama lo aja, bisa dibilang lo orang yang ke 135,6 yang dia gombalin."
"Sirik aja, lo. Mak lampir!" Argi menyentil jidat Nola dengan kencang.
"Ih ... Argi, sakit tau." Rengek Nola.
Setelah Argi berhasil mencari topik, akhirnya mereka pun mengobrol dengan santai. Sampai ada bel panjang yang bertanda bahwa mereka semua di pulangkan. Cleona, Nola dan Argi pun bersorak kegirangan karena mereka akan pulang.
"Gue mau nginep ya di rumah, lo," kata Nola sambil membereskan buku-bukunya.
"Hah? Serius? Yey ...."
"Tapi gue pake motor gak papa?" Tanya Nola.
"Memangnya kenapa sih kalau ngajakin aku pake motor selalu nanya," kesal Cleona.
"Hehehe ... Lo-kan holang kaya, hahaha ..." Kata Nola sambil tertawa, Cleona pun sedikit tertawa.
Nola dan Cleona berjalan menuju parkiran sambil bergandengan dan tertawa bersama. Cleona bahagia bisa memiliki sahabat seperti Nola ini. Berharap besar, Nola tidak akan pernah mengecewakan dirinya, seperti sahabatnya dahulu.