30. L(Over)

1177 Kata
Jam menunjukkan pukul 04.00 pagi. Cleona sedang berada di mobil bersama Nola untuk menuju rumahnya, mempersiapkan beberapa barang. Harap-harap ia tidak bertemu dengan Kin di sana. Sebab semalam ia menelpon satpam, untuk menjaga rumahnya, satpam itu bilang ada Kin yang menunggu dirinya di depan rumah.  Semalam, Cleona memesan tiket menuju Sumba, dan untungnya saja ia mengambil jadwal penerbangan pukul 8 pagi. Itu artinya masih ada waktu untuk dirinya pergi ke rumah mengambil beberapa barang yang di perlukan.  "Mending kita beli baju di sana aja deh, Nola," kata Cleona yang harap-harap cemas jika akan ada Kin di sana.  "Tenang ... Kalau ada Kin gue yang hadang," ucap Nola sambil memejamkan matanya karena masih mengantuk.  Cleona memanyunkan bibirnya. "Lagian lo juga perlu pulang dulu, pasti banyak banget yang di butuhin." Nola memberi saran agar Cleona menyiapkan barang-barangnya di rumah, agar perjalan mereka merasa aman dan tenang. Semalam mereka berdua asik memilih tiket hotel, pesawat dan destinasi-destinasi wisata yang akan mereka kunjungi sampai tak terasa, waktu sudah berlalu begitu cepat.  Dari arah kejauhan, mereka melihat tidak ada siapa-siapa di depan rumah Cleona, baik itu mobil, atau apapun. Itu tandanya Kin sudah tidak ada di depan rumahnya. Lagipun, Cleona berpikir, Kin tidak akan melakukan hal seperti itu.  Ah, sudahlah Cleona tidak ingin memikirkan hal-hal buruk tentang Kin. Tujuan ia pergi keluar kota kali ini adalah untuk healing, menyembuhkan jiwa dan pikirannya. Harap besar, ketika ia kembali ke sini Cleona bisa menjadi orang yang lebih baik, dan selalu baik.  Akhirnya mereka sampai di rumah Cleona, Nola ikut turun dari mobil untuk membantu Cleona menyiapkan barang-barangnya.  "Kok enggak ada satpamnya?" Tanya Nola yang sudah masuk kedalam kamar Cleona.  "Itukan satpam komplek, bukan satpam rumah aku. Bapaknya cuma patroli dan aku minta buat perhatiin rumah aku." Nola mengangguk, dan membantu Cleona memasukan beberapa baju, kedalam koper kecil. "Tolong ya, aku mau siapin kacamata, baju renang, uang cash, peralatan skincare, dan apa lagi ya, Nol?"  "Sandal, dan obat, lo. Di sana tempatnya enggak kaya Bali. Lo harus bawa obat sendiri." Cleona mengangguk dan menyiapkan barang-barang yang sudah ia list tadi.  Hanya butuh waktu satu jam, mereka pun selesai packing dan pukul 06.15 pagi, mereka pergi menuju bandara, takut di perjalanan macet karena ini masih hari kerja.  .... "Laper gue, Cle," kata Nola yang duduk di atas kopernya.  "Mau ambil makan?"  Nola menggelengkan kepalanya. "Gue enggak suka makan kaya gitu," kata Nola yang mengeluh.  Cleona seperti membawa anak kecil berlibur kali ini. "Terus mau makan apa? Yauda ayo ke mini market dulu," kata Cleona mencoba untuk membujuk Nola agar makan, dan tidak berbicara lapar terus.  "Tapi kita masuk gate sebentar lagi." "Iya justru itu, kita ke sana dulu." "Yauda makan di pesawat aja deh." Cleona menghembuskan napasnya pelan. Begitulah Nola, plin plan.  Pukul 08.00 sudah terlewati, saat ini Cleona dan Nola sudah berada di dalam pesawat untuk menuju Sumba dan akan transit di Bali.  Cleona melihat Nola yang sedang memakan cokelat sambil membaca sebuah buku yang ia dapatkan di sana. Cleona sedikit bosan karena dari malam, ia tidak memegang ponselnya, lagi pun ponselnya ia simpan di dalam koper. Dan Cleona merasakan ada sedikit kerinduan kepada Kin.  "Nola, boleh enggak sih aku chat Kak Kin nanti kalau disana. Tapi ... Rencananya aku mau menghilang beberapa hari gitu," kata Cleona yang menceritakan keresahannya kepada Nola.  Nola yang mendengar suara Cleona, ia pun mengangguk, lalu menggeleng. "Kok gitu?" Tanya Cleona yang tidak mengerti jawaban Nola.  Temannya itu pun menyimpan bukunya, dan mencoba menjawab pertanyaan Cleona yang tidak sangat penting baginya. Tapi, bagaimana lagi, ini Cleona, sahabatnya. Ia harus bisa mendengarkan apapun cerita Cleona walaupun sesaat ia sedikit bosan.  "Kalau menurut gue, jangan dulu. Tujuan lo berangkat sekarangkan buat nyembuhin diri lo. Jangan sampe, pas udah kita di sana, lo malah galau-galauan inget si Kin. Bebasin dulu jiwa lo, karena yang gue tau, dari kejadian semalam, Kin yang salah." Cleona mengangguk. Semua yang di katakan Nola, benar adanya. Semalam ia memutuskan untuk bercerita tentang kejadian dirinya bersama Kin. Sampai-sampai Cleona tidak bisa tertidur semalam karena terus memikirkan hal ini.  "Aku enggak salahkan kalau harus pergi tanpa ngasih kabar ke dia? Soalnya ... Aku takut dia marah kalau aku enggak bilang." Nola mencubit pipi Cleona dengan gemas. "Gini yaa ... Gue kasih tau. Kalau lo masih mikirin Kin, masih terus gak enakan kaya gini, ngapain lo semalem ribut. Lo sendiri yang mutusin buat pergi dari Kin semalem, berarti itu tandanya, diri lo sendiri yang nolak buat deket-deket sama Kin. Tanpa lo sadari." "Lo enggak salah, Cleona. Lo berhak buat egois sama diri lo sendiri. Bukan berarti gue ngajarin hal yang buruk sama lo, bukan. Tapi, gue mau, lo sembuhin dulu diri lo sendiri. Gue yakin, lo juga capek, dan coba perlahan buat perbaiki perlahan." "Hehehe ... Makasih ya. Ternyata jomblo lebih pinter dari pada aku. Sayang Nola banyak-banyak ...." Nola bergidik ngeri. "Ih ... Serem. Eh, perlu lo inget, gue bukan jomblo. Tapi single." Cleona tertawa karena ucapan Nola yang selalu menghiburnya. "Bilang aja jomblo." "Awas ya. Kalau David nembak gue. Gue bakalan pamer. Satu dunia bakalan tau kalau gue pacarnya David. Kin Cleona mah kalah. Hahaha ...." Mereka jadi tertawa. Berharap penyembuhan jiwa ini berjalan dengan lancar. ... 1 jam 50 menit, dari ibu kota akhirnya mereka sampai di salah satu bandara di Bali untuk transit. Dan akan melanjutkan perjalanan mereka menuju Sumba barat daya, yang akan berlangsung 1 jam lagi.  "Bali, cantik banget," gumam Cleona. Saat ini mereka sedang melipir ke salah satu rumah makan sederhana bernuansa Bali yang menyuguhkan pesona pantai yang sangat indah.  "Udah, lo gaya gitu, mau gue foto." Nola menyiapkan kamera yang menggantung di lehernya. Lalu memotret Cleona yang sedang melihat kearah pantai.  "Wah, bisa nih gue diangkat jadi karyawan Kin. Hahaha ... Eh tapi enggak deh, Gue-kan enggak rukun sama Kin." Cleona sedikit tertawa, Nola ada-ada saja. Tadi, setelah mereka mengobrol sebentar di dalam pesawat, dan Cleona memutuskan untuk tidur, Cleona bersyukur karena saat ini keadaan dan moodnya perlahan meningkat. Hatinya perlahan bisa mengikhlaskan hal-hal yang mengganjal di dalamnya. Apalagi ditambah ia melihat pemandangan yang sangat indah ini. Padahal, mereka masih transit, belum sampai di tempat tujuan, namun Cleona merasakan dirinya sudah menjadi lebih tenang.  "Iri banget liat kamu main HP," ucap Cleona yang melihat Nola tengah asik bermain ponsel. Sedangkan dirinya hanya duduk dan menikmati satu buah kelapa sebagai dessert.  "Eh enggak kok, gue habis ngabarin nyokap. Nih gue matiin HPnya." Nola mematikan ponselnya, dan ia menyimpannya di dalam koper yang ia bawa. "Nih. Udah gue simpen ya. Heheh ... Sorry Cleona." "Hahaha ... Enggak apa-apa kok, aku cuma bercanda aja." "Iya juga sih, liburan itu enggak pantes megangin HP terus, mending liat bule-bule tuh, badannya menggoda banget. Hahaha ...." "Ih, Nola apaan sih? Gak boleh tau," kata Cleona yang mencoba menghentikan Nola.  "Ih gak apa-apa tau, Cle. Mari kita nikmati." Lama mereka mengobrol di sini, sampai akhirnya mereka kembali ke dalam bandara untuk penerbangan menuju Sumba barat daya, dan akan memulai petualangannya selama beberapa hari. Rencananya, mereka akan membolos di sekolah. Itu adalah ide dari keduanya. Biarlah, biar mereka menikmati penyembuhan diri mereka masing-masing. Agar bisa menjadi pribadi yang lebih-lebih baik lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN