Sejuk angin menyapa sangat baik. Hamparan hijau terbentang luas, seperti tak ada ujung. Langit bersih dari awan, sehingga menimbulkan warna biru yang sangat cantik. Bukit Lendongara, namanya. Untuk sampai di sini, mereka harus menempuh jarak kurang lebih 20 km dari bandara tadi.
Cleona dan Nola sangat menyukai tempat ini. Mereka menikmati pemandangan yang di suguhkan. Rasanya Cleona tidak ingin pulang. Sedari tadi wajahnya terus memancarkan kebahagiaan. Alam sungguh baik, bisa memulihkan jiwanya.
Mereka tidak hanya berdua di sini, mereka juga di dampingi oleh satu tour guide yang bernama Waly. Cleona dan Nola memanggilnya Kak Waly karena umur mereka tidak terpaut jauh.
Cleona tengah asik duduk di salah satu tempat yang sudah di sediakan. Dengan rindangnya pohon, dan angin yang berhembus membuat ia ingin tertidur. Cleona lebih memilih tidak banyak berbicara saat ini karena ingin menikmati pemandangan. Sedangkan Nola, ia sudah berada jauh di depan Cleona, ia asik memotret pemandangan dengan kameranya ditemani oleh Waly.
"Andai aja, semalem aku enggak berantem sama Kak Kin, pasti aku udah ajak dia sekarang. Udah liburan, nikmatin pemandangan indah bareng dia, enggak marahan," gumam Cleona sambil membayangkan wajah Kin di dalam benaknya.
"Ah ... Pasti makin indah."
Cleona membuka kacamata hitamnya. Ia ikut tersenyum tanpa alasan di saat melihat Nola tertawa bersama Waly. Cleona sebenarnya ingin bergabung bersama mereka, namun berdiam diri di sini lebih mengasyikkan.
Nola berlari menghampirinya. "Jangan lari-lari, kesandung nanti kamu," kata Cleona.
"Kesandung ya bangun lagi," ucapnya santai.
"Kalau kamu kesandung terus kakinya bengkak gimana? Kamu mau jalan-jalan pakai kursi roda?"
Nola membesarkan bola matanya. "Hah? Gak lah. Gue juga tau kali mana jalan bagus mana engga."
"Iya-iya, Nola ...."
"Mau langsung pulang atau masih mau di sini?" Tanya Waly yang menghampiri mereka. Laki-laki berusia 24 tahun ini, memiliki tubuh atletis dengan kulit eksotis. Cleona dan Nola beruntung sekali bisa mendapatkan tour guide seperti Waly ini. Terlebih Nola, Cleona melihatnya Nola sangat senang ketika bertemu dengan Waly, sampai-sampai Nola salting jika di dekatnya.
"Gimana, Nol?" Tanya Cleona yang juga tidak tahu harus bagaimana. Ia masih ingin di sini, namun ia juga tau jika waktu terus berjalan.
"Penginapan kita dari sini di tempuh berapa jam?" Nola bertanya kepada Waly.
"Hanya tiga puluh menit dari sini. Saya saranin kita berangkat sekarang, biar tidak ketinggalan sunset," jawabnya dengan senyum manis.
Tak sadar Nola ikut tersenyum manis kearah Waly. "Awas tuh iler netes," bisik Cleona yang disambung dengan tawa.
Nola yang sadar akan bisikan Cleona, ia pun dengan cepat mengatup mulutnya, dan menggaruk kepalanya yang tak gatal karena malu. Waly ikut tertawa bersama Cleona.
"Ish, Cleona. Malesin banget deh. Gatau lagi menikmati ciptaan tuhan yang indah apa. Iya gak, Kak?" kata Nola yang mengalihkan pembicaraan.
Waly hanya tersenyum dan mengangguk. Cleona menggandeng tangan Nola, dan berjalan untuk bisa menuju mobil yang akan mengantarkan mereka menuju penginapan.
Perjalanan mereka melewati jalanan yang berkelok-kelok, namun pemandangan yang di suguhkan di sini sangatlah indah. Dari ketinggian, mereka bisa melihat hamparan hijau yang luas, dan di ujung sana terlihat juga deburan ombak yang menabrak batu karang besar.
Sesekali Waly menjelaskan apa nama tempat ini, dan mengobrol asik dengan Nola dan Cleona.
"Kak Waly, lain kali kalau ada waktu berkunjung ke Jakarta ya. Bakal aku temenin keliling kok," kata Nola yang membuat Cleona ingin tertawa.
Bagaimana tidak, Nola si tomboy itu berbicara sangat lembut dan mengganti kata 'gue' menjadi 'aku'. Sungguh Nola luar biasa.
"Apasi, Cleona ..." Kesal Nola.
Waly yang duduk di depan pun menengokkan kepalanya, dan tersenyum. "Nanti kalau ada waktu dan kesempatan, pasti saya hubungi kamu," ucapnya.
"Hati-hati, loh ... David mau di kemanain," bisik Cleona yang ingin menggoda Nola.
"Ih, biarin tau. Dia enggak ada kepastian ini. Hahaha ...."
Mereka pun tertawa. Candaan-candaan kecil yang mereka lontarkan, membuat mereka bahagia. Ternyata bersyukur itu indah, ya. Cleona menjadi sadar, jika ia penat dengan kehidupan, jika ia lelah dengan manusia dan keadaan, kembalilah ke alam. Alam pasti menerima kita, alam tidak pandang bulu melihat siapa kita. Alam baik, sangat baik.
Sampailah mereka di sebuah resort yang langsung berhadapan dengan pantai biru. Waly membantu Cleona dan Nola untuk membawa koper mereka dan check in kedalam resort itu.
Cleona yang memesan semua ini, Nola tidak tahu menahu. Mereka pun diantarkan menuju kamar mereka. Kamar VVIP yang berada di lantai 4. Sesampainya mereka di tempat itu. Betapa senangnya Cleona dan Nola karena mendapatkan kamar yang sangat cantik dan indah. Terlebih lagi, mereka pun mendapatkan private message, private swimming pool, dan banyak lagi di dalam satu tempat.
"Ah ... Makasih Cleona, kamarnya cantik banget. Huhu ..." ucap Nola yang sangat senang sambil memeluk Cleona.
Cleona menepuk-nepuk punggung Nola. "Makasih juga ya, udah bantuin aku, udah mau dengerin aku, udah sudi jadi temen aku dari dulu." Tak sadar setelah mengucapkan itu, Cleona meneteskan air matanya.
Nola sadar jika Cleona ingin menangis. Ia pun memperhatikan wajah sahabatnya itu. "Cleona ... Gak perlu berterima kasih sama gue. Gue seneng bantu lo, gue bahagia jadi temen lo. Lo-kan tau, kita udah sama-sama enggak satu atau dua tahun. Jadi, apapun masalah lo, jangan sungkan-sungkan buat terus cerita sama gue. Gue bakalan dengerin keluh kesah lo." Mereka kembali berpelukan.
Cleona sangat-sangat bersyukur diberi sahabat seperti Nola. Yang baik, bisa menjadi pendengar, asik, tidak pelit, tidak pemilih, dan bisa saling percaya. Mungkin, Nola di hadirkan oleh tuhan untuk pengganti orang-orang terdekatnya.
Waly datang sambil membawa dua koper. "Mbak, tidak ingin kemana-mana lagikan?" Tanyanya.
"Enggak, Kak. Kita mau di sini aja istirahat, paling cuma mau ke pantai," jawab Cleona.
"Baik kalau begitu, saya ada di penginapan beberapa menit dari sini. Nanti kalau ada yang di butuhkan, bisa telpon saya."
"Eh, kok Kak Waly pergi sih?" Tanya Cleona.
"Istirahat di sini aja, kan banyak kamar," usul Nola dan di beri anggukan oleh Cleona. Bagaimana pun tempat ini sangatlah luas, sudah seperti rumah yang memiliki banyak kamar.
Waly tersenyum. "Tidak apa, saya tidak mau mengganggu kenyamanan client saya."
"Enggak kok, eh atau sebentar." Cleona menghubungi meja resepsionis untuk datang ke kamarnya.
"Aku pesenin Kak Waly kamar. Dan untuk kamar yang udah di booking di sana, biar aku ganti," ujar Cleona yang berbicara.
"Aduh, saya jadi merepotkan. Tidak perlu di pesan ...."
"Enggak apa-apa, Kak. Sebentar ya ...."
Ketukan di pintu pun berbunyi, salah satu pegawai resepsionis menghampiri mereka. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Ini, Mas. Saya pesan kamar satu di sebelah sini ya."
"Aduh, Mbak kamar yang biasa aja di lantai bawah. Saya nolak kalau yang ini," ucap Waly yang mendengar Cleona ingin memesankan kamar VVIP yang sama.
"Di sebelah Kak Waly enggak mau?" Tanya Nola.
Waly menggeleng, dan tersenyum. "Lebih baik saya ambil kamar yang di bawah saja," ucap Waly kembali.
"Udah biarin aja, Cle. Dari pada dia ngerasa enggak enak," bela Nola.
Cleona akhirnya mengangguk. "Bisa antarkan Mas ini ya. Kamar yang ia mau. Untuk pembayarannya tolong segera konfirmasi ke saya," kata Cleona.
Pegawai itu pun mengangguk. Waly tak lupa berterima kasih, dan pergi keluar untuk menuju kamarnya dan beristirahat. Karena saat ini jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Saatnya untuk beristirahat.
"Nol, massage kayanya enak deh. Panggil aja, Nol," ucap Cleona.
"Oke deh, kita pijat-pijat manja. Bentar ya aku panggil dulu."
Mereka akan menikmati beberapa waktu di sini. Dan beristirahat setelah kurangnya tidur mereka dan perjalanan yang jauh. Lalu esok, mereka akan menikmati kembali perjalanan mereka menuju destinasi selanjutnya.
...
Kin melajukan motornya dengan sangat cepat. Motor yang baru saja ia ambil di rumah Cleona yang tidak berpenghuni itu. Sekarang pikirannya kacau, setelah perdebatan mereka semalam dan Cleona yang tiba-tiba menghilang. Kin tidak tau harus mencari Cleona kemana, karena di rumah Nola, penjaga rumah itupun bilang tidak ada Cleona ataupun Nola di sana.
Ponselnya pun tidak aktif. Tidak biasanya Cleona seperti ini. Kin sungguh ingin meminta maaf atas kejadian semalam. Saat ini tujuannya adalah kafe milik David karena teman-temannya sudah menunggunya di sana.
Kin memarkirkan motornya, membuka helm, dan berjalan masuk menuju lantai dua. Dari kejauhan ia sudah melihat ada David, Reynand, dan Ben. Lalu ada satu orang perempuan, Levy di sana.
Hanya beberapa langkah, Kin sudah sampai di sana dan langsung bersalaman. Karena beberapa hari belakangan mereka tidak saling berjumpa.
"Mukanya asem bener ni anak," kata Ben yang melihat wajah Kin.
Kin duduk di dekat David. Dan menyandarkan tubuhnya yang lelah. "Gatau, kalah lotre kali. Hahaha ..." Mereka pun tertawa.
"Kin, kamu kenapa?" Tanya Levy yang sekarang sudah duduk di sebelah Kin, dan mengusir David.
Kin menggeleng pelan. Lalu membenarkan posisi duduknya dan sedikit menjauh dari Levy. Teman-temannya yang melihat itu, menjadi canggung dan lebih memilih mengobrolkan hal lain.
"Gua kemaren cuci mobil, lu tau yang cuci siapa?" Kata David yang mengalihkan perhatian mereka. Agar tidak terus memperhatikan Kin dan Levy.
"Siapa dah?" Tanya Ben yang juga penasaran.
"Tukang cucinya lah! Hahaha ..." Kata David sambil tertawa.
"Dih, hahaha ..." Ben pun ikut tertawa tanpa sebab.
Reynand tidak peduli dengan David dan Ben, diam-diam ia memperhatikan reaksi antara Levy dan Kin yang ada di hadapannya.