Cleona berlari sambil mengusap air matanya yang turun. Ia tidak menyangka, perkataan Kin bisa melukai hatinya. Itu memang tidak pertama dan kedua kalinya Kin seperti ini, tapi ... Cleona tidak menyangka Kin akan lebih membela Levy dari pada dirinya.
Cleona melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, jam menunjukkan pukul 21.50 sudah hampir malam, pantas saja lantai ini sepi. Ia berjalan kearah lift untuk bisa sampai di lantai dasar dan pulang menuju rumahnya.
"Ayo dong ... Kenapa enggak kebuka ..." Kesal Cleona sambil menekan-nekan tombol di samping lift.
Setelah lift terbuka, ia pun dengan cepat masuk kedalam. Untungnya tidak ada siapa-siapa didalam sini. Setelah lift tertutup, badan Cleona pun luruh begitu saja, lihatkan? Kin tidak mengejar dirinya. Cleona bingung harus apa saat ini, apa dirinya salah berbicara seperti itu kepada Kin? Tapi, kenapa bercerita menjadi sebuah kesalahan?
Lift berdenting, dan terbuka. Cleona bangun dan merapihkan tatanan rambutnya. Lalu ia keluar dari lift dengan mata sembab. Ia tidak menyangka, tadi sore baru saja dirinya bercanda dengan Nola kalau terjadi sesuatu, Cleona akan pulang sendiri. Ternyata skenario terburuk itu nyata adanya, dan sedang terjadi saat ini.
Untung saja, ada beberapa taksi yang sedang mencari penumpang di sana. Cleona masuk kesalah satu taksi dan menyebutkan tujuannya. Taksi pun mulai melaju, Cleona bersandar sambil menatap kearah gedung yang memiliki lampu-lampu cantik itu. Baru saja beberapa menit di sana, mereka sedang romantis, tapi kenapa berakhir seperti ini.
Cleona membuang napasnya kasar, sudah harus menjadi jalan hidupnya seperti ini. Ia merasakan getaran di ponselnya, Cleona melihat nama Kin tertera di sana. "Mau ngapain telpon? Kamu peduli aja enggak." Tidak ingin membuang waktu, Cleona lebih memilih mematikan ponselnya.
Kin, Levy kenapa kalian dulu tidak pacaran saja. Kin, kenapa dia menjadikan Cleona kekasih jika dirinya lebih memihak kepada Levy. Dan Levy, untuk apa harus hadir jadi mantan sahabat Cleona, untuk apa ia datang hanya menjadi pengganggu. Kepala Cleona seperti ingin pecah saat ini.
Ia berpikir, tidak mungkin jika terus meminta maaf kepada Kin. Ia merasa perbuatan yang tadi ia lakukan itu, bukan suatu kesalahan yang besar. Singkatnya Cleona itu pacar Kin, dan ia ingin bercerita, hanya ingin berbicara tentang keluh kesahnya. Tapi, mengapa tanggapan Kin terlalu berlebihan, mengapa pikiran Kin tertutupi oleh nama Levy disana. Lalu, Cleona berpikir, perannya menjadi kekasih dari Kin untuk apa?
Lama ia termenung, akhirnya Cleona sampai di sebuah rumah yang besar berwarna abu-abu dan hitam. Membayar taksi, ia pun turun dan berjalan menuju post satpam.
"Malam, Pak," sapa Cleona.
"Non Cleo? Sini masuk. Kok malam-malam gini berkunjungnya," ucap penjaga rumah itu.
"Iya, Pak." Cleona masuk kedalam rumah besar itu.
"Saya antar--"
"Enggak usah, Pak. Bisa telpon Nola aja?"
Bapak itu mengangguk. "Baik saya telpon sebentar."
Cleona melihat pantulan dirinya di sebuah kaca. Untung saja matanya tidak terlalu merah saat ini. Celona sedang berada di rumah Nola, ia tidak ingin pulang ke rumahnya. Siapa tau ia dibolehkan menginap di rumah Nola selama satu atau dua hari.
Beberapa menit kemudian, sebuah golf car berjalan kearah Cleona. Siapa lagi kalau bukan Nola. "Woy, ngapain lo malem-malem ke rumah gue? Mau minta sumbangan? Hahah ... Sini naik."
Cleona hanya tertawa kecil. "Pak, saya duluan ya."
"Baik Non silahkan."
Cleona pun menaiki golf car yang di kendarai oleh Nola. "Tumben banget, lo. Oh, gue tau ada bau-bau keributan."
"Aaaa ... Nola udah deh aku males."
"Kan udah gue bilang, si Kin itu harusnya di kasih jaran goyang. Susah sih lo kalau di kasih tau."
"Hmmm nanti aja ceritanya."
Hanya butuh 3 menit menaiki golf car, akhirnya sampai di depan rumah Nola yang bisa di bilang sangat besar itu. "Lain kali jalan kaki, biar sehat," kata Cleona yang ikut turun bersama Nola.
Nola memperhatikan wajah Cleona yang sedikit sembab. "Wah, wah ... Emang Kin gak punya hati. Ini pasti kerjaan Kin, Gak mungkin lo tiba-tiba ke sini gitu aja."
"Tadi aku berantem sama Kin."
Nola melebarkan tangannya. "Sudah ... Saya sudah tau. Ayo dah mending tidur aja." Kata Nola yang mengajak Cleona menuju kamarnya.
"Tante mana? Aku mau nyapa."
"Nyokap sama bokap keluar kota tadi sore."
"Oh ya? Yah ... Padahal aku minta di bikinin s**u pisang," kata Cleona.
"Bikin sendiri!"
Cleona berlari menyusul Nola yang berjalan terlebih dahulu. Suasana di rumah Nola cukup seram karena nuansa hitam abu dan putih di gabungkan, serta banyak sekali barang antik yang terpajang di sini.
Nola membuka kamarnya. Huh ... Cleona harus bisa tidur di sini, walaupun tidak ada warna biru dan merah muda, ia masih bisa melihat warna putih di sini.
"Kamu cewek atau cowok sih? Gelap banget kamarnya," kata Cleona yang lebih memilih duduk di sofa berwarna biru tua.
"Gue cewek! Masih suka David. Tapi gue enggak suka berbau hal-hal kaya kecewe-cewean," kata Nola sambil menggeleng kepalanya.
"Nih, gue terangin lampunya." Nola menyalakan lampu utama di kamarnya, yang menjadikan kamar bernuansa gelap itu menjadi lebih terang.
"Gue enggak akan maksa sama lo buat cerita. Tapi gue tau lo kenapa. Sana bersihin badan dulu, gue juga punya baju cewek warna pink," kata Nola yang membuat Cleona tersenyum.
"Enak banget punya temen baik, kaya, tidak sombong. Sayang Nola banyak-banyak ..." Kata Cleona sambil memeluk Nola dengan erat.
Nola yang tidak suka di peluk itu pun meronta-ronta. "Lepas. Iwh ... Gue enggak suka. Jijik tau."
"Hahaha ... Yauda aku bersih-bersih ya."
Tak butuh waktu lama, Cleona sudah keluar dari wardrobe Nola dengan menggunakan piyama berwarna pink. Lalu ia duduk bersama Nola di sofa, dengan televisi yang menayangkan berita.
"Nola, kita pergi yuk."
"Pergi kemana dah?" Tanya Nola yang masih melihat tayangan Televisi.
"Kita ke Sumba yuk, kayanya bagus deh."
Nola kira Cleona bercanda dengan ucapannya. Ia pun melihat kearah Cleona. "Serius? Kapan?"
"Besok."
"Wah, orang kaya beda," kata Nola menggelengkan kepalanya.
"Ish, serius tau ... Aku mau healing."
"Gaya lo healing. Maling yang ada!"
"Ish, Nola. Memangnya muka aku kaya maling apa ...."
Nola memberikan Cleona sebuah botol yang berisi minuman isotonik. "Lagian lo ngadi-ngadi. Beli tiket belum, beresin baju belum, tour guide belum, duit belum di cairin, mau apaan lo pake ke Sumba? Daun pisang?"
Cleona sebentar terdiam. "Ish, ayo ... Kamu tinggal packing nanti aku gampang bisa beli baju di toko sebelum ke bandara ... Ayolah ...."
Nola berpikir itu ide yang bagus untuk berjalan-jalan. Lagipun di rumahnya tidak ada siapa-siapa, orang tuanya sedang perjalanan bisnis dan akan kembali satu Minggu lagi.
"Cuma 2 hari?" Tanya Nola.
Cleona mengangguk. "Ayo deh."
"Yey! Yeyey kita liburan ...." Kata Cleona sambil meloncat-loncat, dan menggoyang-goyangkan pipi Nola.
"Aku pinjem laptop kamu, mau pesen tiket, booking hotel. Sana, kamu packing aja."
Nola mengangguk dan memberikan Cleona laptopnya. Ia pun memilih untuk menyiapkan beberapa keperluannya untuk esok hari.
....
Kin melihat kepergian Cleona yang berlari sambil mengusap air matanya. Ia ingin mengejar Cleona, namun badannya sulit untuk di gerakkan. Pikiran dan hatinya tidak sinkron saat ini.
Ia mengusap wajahnya kasar. "Sial." Kin berdiri dan membawa paperbag yang di tinggalkan oleh Cleona.
Apapun masalahnya, ia masih berpikir Cleona adalah tanggung jawabnya. Ia pun berlari menyusul Cleona. Namun ketika sampai di luar, ia tidak melihat siapa-siapa di sini. Tak kehabisan akal, Kin mencari Cleona di toilet wanita. "Cleo? Cleona?" Namun tidak ada sahutan di sana, dan pintu toiletpun terbuka semua, yang menandakan tidak ada orang di sana.
Ia memiliki firasat jika Cleona pulang menggunakan taksi. Kin berlari ke arah eskalator, dan membuka ponselnya, untuk menghubungi Cleona.
Panggilan pertama masuk, namun panggilan kedua, ponsel Cleona sudah tidak aktif.
"Cleona ...."
Kin frustasi. Ada rasa kesal di hatinya melihat Cleona yang terus bercerita tentang orang lain. Kin tidak suka akan hal itu. Membicarakan orang tanpa bukti, Kin hanya tidak ingin Cleona terpuruk dalam kebencian.
Namun, ia pun merasa bersalah karena telah membuat Cleona menangis dan pergi meninggalkan dirinya. Kin berlari untuk bisa sampai di luar Mall, namun ia tidak melihat ada Cleona di sini.
Kin menunggu beberapa saat di depan pintu keluar, namun perlahan waktu sudah malam, dan petugas Mall pun sudah menutup sebagian pintunya. Kin yang tidak tau harus mencari kemana Cleona, akhirnya ia memutuskan untuk pergi menuju mobilnya.
"Maaf, Cleo ..." Gumam Kin sambil memperhatikan layar ponselnya yang terdapat foto Cleona yang tengah tersenyum di sana.