Sesampainya mereka di Mall. Pertama yang Cleona tuju adalah toko sepatu. Entah mengapa moodnya ingin membeli sepatu hari ini.
"Tumben mau kesini," kata Kin yang membantu Cleona memilih sepatu.
Cleona mengangkat pundaknya. "Entah, aku lagi mau aja. Tanpa alasan sih. Bagus gak," katanya sambil menunjukkan sepatu berhak cukup tinggi berwarna hijau muda.
Kin mengerutkan keningnya. Ia sedikit terkejut melihat sepatu yang ditunjukkan oleh Cleona. Sepatu yang cocok dipakai untuk seorang biduan menurut Kin. "Kamu mau manggung dimana pakai kaya gitu?"
Perkataan Kin membuat Cleona tertawa. "Hahaha ... Masa mau manggung sih? Ini bagus tau kalau di pakai sama gaun putih."
"Cari yang lebih simple. Itu terlalu berlebihan," kata Kin.
Cleona memajukan bibirnya. Sedikit kesal karena Kin selalu saja tidak setuju dengan pilihannya. "Memangnya yang bagus kaya gimana, Kak?" Tanya Cleona.
"Ya kamu maunya kaya gimana," kata Kin yang mambuat Cleona semakin kesal.
Tadi, ketika memilih pilihannya, di protes oleh Kin. Sekarang meminta saran, malah terserah. Maunya Kin apaan sih? Cleona yang bingung akhirnya memilih satu sepatu berwarna cokelat muda yang juga memiliki hak cukup tinggi.
"Ini gimana? Kak, aku cuma minta saran ya. Enggak minta Kakak bayarin. Oke Kak Kin, sayang. Cukup bilang iya," kata Cleona hati-hati, karena pilihannya sudah memilih untuk membeli benda itu.
Dengan wajah datar andalannya, lalu matanya melihat kearah sepatu yang Cleona tunjukkan. Ia pun berbicara. "Terlalu soft, kaya enggak keliatan pakai sepatu."
Mendengar itu, Cleona memutuskan untuk menyimpan kembali sepatu itu ketempatnya. Pegawai yang mengantarkan mereka pun tersenyum kecil melihat perdebatan kedua insan ini.
Cleona lebih baik duduk dan tidak jadi membeli sepatu. Karena Kin sudah membuat moodnya turun. "Yauda kita langsung makan aja," kata Cleona yang pergi namun di tahan oleh Kin.
"Jangan gitu, sayang. Gak baik. Tunggu sini," ucap Kin dengan suara lembutnya dan pergi meninggalkan Cleona yang tengah duduk, untuk mencari sepatu keinginan Cleona dibantu oleh pegawai tempat itu.
Cleona sedikit bosan, dan kesal. Kenapa Kin selalu saja melarang dirinya melakukan hal-hal yang ia suka. Padahal dirinya tidak meminta Kin untuk membayar semua belanjaannya.
Ia membuka ponselnya berniat untuk mengirimkan pesan kepada Nola. Memberitahu jika ia sedang kesal dengan Kin.
Nollllaaa
Kesel banget, Kin bikin mood ancur
Kenapa Lo? Doi marah-marah?
Bukan. Ngelarang terus padahal aku mau
Udah turutin aja, Lo kan tau Kin kaya apa.
Iya juga sih, eh bentar ya Kin datang.
Oke. Kalau ada apa-apa kasih tau gue.
"Nola kok bisa ya stay chat. Oh iya, diakan enggak punya kerjaan." Celona sedikit tertawa dan menutup ponselnya.
Kin pun datang menghampiri Cleona sambil membawa satu paperbag berukuran besar. Cleona bingung, perasaan Kin belum memberitahu dirinya sepatu mana yang ingin ia beli. Tapi kenapa Kin sudah membawa paperbag ini, berarti tandanya ia sudah membeli barang darti toko ini.
"Ayo kita makan." Celona mengangguk dan berjalan mengikuti Kin.
Tujuan utama ia mengajak Kin keluar rumah adalah bercerita tentang Levy. Dan menjaga mood dirinya dan Kin tetap baik. Namun mengapa menjadi berubah seperti ini.
Kin sadar jika Cleona berjalan cukup jauh darinya. Ia tersenyum kecil melihat Cleona yang sedang kesal. Kin berjalan menghampiri Cleona, dan merangkul bahu kekasihnya itu.
"Udah enggak usah cemberut. Kamu mau makan apa?"
"Kamu nyebelin," kata Cleona pelan.
"Kamu lucu kalau lagi marah. Yauda aku bikin kesel," kata Kin sedikit tertawa. Cleona yang mendengar itu, mencubit pinggang Kin pelan.
"Aduh, aduh ... Sakit tau," kata Kin.
Cleona mengusap-usap pinggang Kin yang sudah ia cubit tadi. Ia mencoba mengubah moodnya untuk berubah menjadi baik. Cleona membalas rangkulan Kin. Mereka pun kembali mengobrol santai dan tertawa.
Cleona yang melihat Kin sangat baik, sabar dan pengertian hari ini membuat dirinya terkejut. Sebab sudah beberapa tahun mereka berpacaran, Kin tidak pernah sesabar ini.
"Kamu mau beli apa lagi?" Tanya Kin.
Cleona menggeleng karena tidak tau harus membeli apa. "Kita langsung makan aja yuk, Kak." Ajak Cleona. "Udah semakin malam juga," lanjutnya.
Kin mengangguk, dan mengajak Cleona menuju restoran sushi yang berada di lantai 4 tempat ini. "Kak, ini tempat mahal tau," bisik Cleona.
Kin pun ikut berbisik di dekat telinga Cleona. "Kamu bisa cuci piringkan?"
Dengan polos Cleona mengangguk. "Bisa, Kak."
"Yauda, kita bayar pakai cuci piring aja," kata Kin yang masih berbisik.
Refleks Cleona menggenggam tangan Kin dengan erat. "Ayo kita pergi aja," kata Cleona karena melihat pelayan itu sudah melihat kearahnya.
"Haha ... Kamu ada-ada aja," kata Kin yang mengajak Cleona masuk kedalam restoran itu.
Sebenarnya ia sanggup untuk membayar makan di sini, bahkan membeli saham tempat ini pun ia sanggup. Namun ia tidak suka hal-hal yang berbau boros. Satu atau dua kali boleh, itu pun hanya untuk membeli barang yang di perlukan. Tapi bukan untuk membeli makanan yang harganya tidak masuk akal.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
Kin menunjukkan ponselnya, dan pelayanan itu pun mengangguk. "Baik, saya antar."
Mereka pun diantarkan kesebuah tempat yang di dalamnya sudah ada chef yang membuat sushi di sana.
"Duduk, sayang," kata Kin yang mempersilahkan Cleona duduk terlebih dahulu.
Sebentar, Cleona memperhatikan tempat yang cukup mewah ini serta pemandangan indah terhampar diluar jendela.
Seorang chef yang berasal dari Jepang dan asistennya yang berasa dari Indonesia, memperkenalkan diri kepada Kin dan Cleona dengan singkat.
"Kamu udah pesen tempat ini?" Tanya Cleona.
Kin mengangguk. "Udah dari siang sih. Niat mau ajak kamu keluar. Tapi kamu udah ajak duluan."
"Emm ... Sehati ya namanya, Kak," kata Cleona sambil cekikikan.
"Lebay," kata Kin yang juga ikut tertawa.
Hidangan pembuka pun di sajikan di hadapan mereka. Kin dan Cleona menikmati makanan yang disajikan langsung di hadapan mereka dengan nyaman.
Kin sedikit mengobrol dengan chef yang berasal dari Jepang itu menggunakan bahasa Jepang yang sedikit Kin tau.
"Wah, Kak Kin pinter banget," kata Cleona sambil bertepuk tangan.
Cleona rasa, ini waktunya yang tepat untuk bercerita kepada Kin. Tentang kejadian kemarin di sekolahnya.
"Kak ..."
"Cle ..."
Mereka pun berbicara bersamaan. "Kamu dulu," kata Cleona.
Kin mengangguk dan memberikan paperbag yang tadi ia bawa di hadapan Cleona. "Di buka, sayang."
Cleona tersenyum sebelum membuka kotak itu. "Senyum terus." Protes Kin yang melihat Cleona selalu tersenyum.
"Yeu, biarin tau." Dengan percaya diri, Cleona pun membuka kotak yang berpita itu. Betapa terkejutnya ia melihat ada sepasang sepatu berhak yang memiliki warna pink soft, ini sederhana dan cantik. Sepatu ini memiliki pita di bagian belakangnya. Cleona suka ini.
"Aaaa ... Bangus banget, Kak. Makasih ya, huhu ... Bagus banget."
Cleona membolak-balik sepatu yang sedang ia genggam itu. Lucu dan cantik, Cleona suka. "Sayang, jangan norak," bisik Kin yang membuat Cleona kesal.
Kenapa sih Kin selalu membuat moodnya naik turun. Cleona kesal akan hal itu. "Biarin aku ini, wle," kata Cleona dan menjulurkan lidahnya.
Ia pun membereskan kotak sepatu itu untuk di simpannya kembali. Hm, Cleona harus kembali mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengan Kin.
Makanan penutup pun sudah disajikan di hadapan mereka. Itu artinya, acara makan malam mereka kali ini sudah selesai. Dan Cleona belum juga bercerita kepada Kin.
"Kak, aku mau cerita. Tapi cuma cerita aja ya, kamu bisa dengerinkan?" Kata Cleona dengan hati-hati.
Kin mengangguk, dan merasa Cleona akan berbicara hal yang serius, ia pun menyuruh pelayan-pelayan untuk keluar dari ruangan ini, karena mereka butuh privasi.
"Cerita aja, aku dengerin."
Cleona mengangguk. Ia berbicara sambil memperhatikan mimik wajah Kin yang sedang baik itu. "Sebelumnya, aku mau bilang sama Kak Kin, sekarang aku hanya ingin cerita, bukan menyudutkan tentang hal apapun. Kak Kin paham?" Kata Cleona dengan serius.
Kin kembali mengangguk. "Beberapa hari yang lalu, aku selalu melihat Levy datang ke sekolah kita, dan aku yakin kamu pasti tau itu," ucap Cleona yang memulai ceritanya dengan suara pelan.
"Tentang Levy? Seserius ini?" Kata Kin yang perlahan mengubah mimik wajahnya menjadi sedikit datar.
Cleona sudah melihat ekspresi wajah Kin yang sudah berubah, namun mau bagaimana lagi, ia harus menceritakan hal ini kepada Kin.
"Kak, aku hanya ingin bercerita, jadi tolong dengerin ya. Dari awal aku bukan mau menyudutkan."
Kin hanya mengangguk.
"Aku lanjutin atau enggak, Kak? Aku takut kamu salah paham kalau aku mengadu sama kamu. Dan memangnya salah ya, Kak?"
"Lanjutin."
Cleona sudah melihat Kin mengubah ekspresi wajahnya menjadi sangat datar. "Beberapa hari yang lalu, kamu libur sekolahkan? Aku ketemu Levy dan kita sedikit berdebat di sana."
"Kamu di rangkul Argi?" Tanya Kin yang membuat Cleona bungkam.
"Iya, Kak. Argi tiba-tiba rangkul aku, dan aku coba paksa buat dia lepas. Tapi aku malah ketemu dengan Levy dan bilang kalau aku murahan ..." Kata Cleona sambil berbisik di akhir kalimatnya.
"Kamu yang terlalu anggap serius."
"Maksudnya?"
"Levy bilang kamu murahan? Mungkin bercanda."
Cleona mengangguk sambil tersenyum kecil, sudah ia bilang pada dirinya sendiri kalau ia tidak yakin ingin bercerita hal seperti ini.
"Bercanda apaan sih, Kak? Jelas-jelas dia hina aku kaya gitu," suara Cleona sedikit meningkat. Tidak terima jika Kin berbicara seperti itu.
"Reynand cerita dia ngeliat kalian berdebat. Lain kali enggak usah di bahas."
"Iya, Kak. Enggak akan aku bahas lagi. Mungkin ini hal yang gak penting buat kamu. Tapi buat aku, hal kaya gini menyangkut harga diri aku. Sekarang aku tau, ternyata kamu lebih belain dia dari pada aku. Kamu memang bener enggak berubah ya."
Kin merasa dirinya sangat malas untuk berdebat kali ini. Ia hanya merespon ucapan Cleona dengan mengangkat bola matanya.
"Iyalah. Kamu enggak akan percaya buruknya Levy, pada saat Levy terus bersikap baik, dan manis layaknya seorang pacar di depan kamu. Gitu?"
"Lalu, tentang empat tahun lalu? Aku di dorong sama Levy sampai aku dapat beberapa jahitan, itu hal yang kamu anggap bercanda juga?"
Kin terdiam. Entah mengapa ia tidak suka jika Cleona mengungkit atau menjelek-jelekkan nama Levy di depannya. Padahal Kin tau, mereka bertiga bersahabat dulu.
"Buka mata kamu, Kak. Dan bahkan kamu aja enggak peduli pacar kamu di ejek mati-matian sama Sahabat Terbaik kamu itu," kata Cleona sambil menekan kata sahabat terbaik di sana.
Cleona merapihkan barang bawaannya untuk ia masukkan kedalam tasnya. Cleona pun berdiri. "Terimakasih, Kak untuk hari ini. Niat aku ingin berbagi cerita, tapi selalu berujung seperti ini. Aku terima hadiah kamu, tapi silahkan kamu kasih ke orang yang menurut kamu baik. Karena aku ngerasa aku gak berhak buat memakainya, aku terlalu murahan."
Setelah mengucapkan itu, Cleona pun mengusap air matanya kasar, dan pergi dari tempat ini. Meninggalkan Kin yang terdiam seribu bahasa.