Terik panas matahari membuat suhu di rumah Cleona menjadi panas. Nola menempelkan tubuhnya di tembok, agar bisa menyejukkan badannya. Cleona dan Nola baru saja pulang dari hunting bazarnya tadi pagi. Dengan keadaan perut kenyang dan hati senang, saat ini mereka sedang leha-leha.
"Hadeh ... Kenapa AC-nya enggak ngasih efek sih?" Saat ini, posisi Nola sudah seperti cicak yang menempel di dinding.
"Baru juga dinyalain AC-nya. Kamu tunggu aja."
Cleona pun merasakan apa yang Nola rasakan. Tubuhnya merasa kepanasan dan keringatnya bercucuran di punggung serta dahinya.
"Pengen yang dingin-dingin ..." Gumam Nola yang berbicara sambil menempelkan pipinya di tembok.
"Bentar deh, makan buah kayanya enak."
"Boleh-boleh tuh ...."
Cleona pun bangun dari duduknya, dan berjalan menuju dapur untuk menyiapkan buah-buahan dingin agar bisa mereka nikmati.
Belum sempat sampai di dapur, Cleona memundurkan langkahnya dan berbicara sambil menyembulkan kepalanya di pintu.
"Mau berenang?" Tanya Cleona. Nola si cicak itu pun langsung berdiri tegap.
"Ayo, bunda. Eh, memangnya lo punya kolam renang?" Nola belum tau jika Cleona memiliki kolam renang di rumahnya.
"Kamu aja yang enggak tau. Wle ... Ayo cepet."
Nola pun berjalan mengikuti Cleona yang mengajaknya kesebuah tangga yang berada di belakang dapur.
"Kok serem ya, Cle tempatnya. Gue belum pernah lo ajakin renang di sini."
"Iya sih, aku juga jarang. Kamu gatau ya setiap tiga hari sekali ada yang bersihin rumah ini. Walaupun aku juga ikut bersihin sih. Biar keliatan kerawat aja."
Nola mengangguk-angguk masih bertanya-tanya apakah benar Cleona punya kolam renang di rumahnya. Nola lihat sih, rumah Cleona memang memiliki beberapa lantai, dan Nola hanya pernah mengunjungi lantai 1 dan 2 saja. Karena ia sendiri pun tidak kepo, ia berpikir barangkali itu adalah gudang atau tempat penyimpanan lainnya.
Sampailah mereka di lantai 3, dan Cleona membuka pintunya. Betapa terkejutnya Nola melihat ruangan ini.
"Wah ... Kenapa lo nyembunyiin ini dari gue? Huhu ... Jahat banget."
Nola takjub sekaligus kesal dengan Cleona. Bagaimana bisa Cleona menyembunyikan tempat sebagus ini darinya.
"Habisnya kamu kalau main kesini cuma sebentar. Aku juga jarang kok ke sini. Paling cuma tukang aja yang beresin ini."
Tepat di lantai 3 rumah Cleona ini, ada sebuah kolam renang yang berbentuk persegi panjang, dengan kedalaman 30cm sampai 170cm. Tak hanya kolam renang saja, di tempat yang sama ada sebuah jacuzzi cantik di dekat kaca besar, dan ternyata di sini pun ada sauna kecil. Di luar lantai 3 ini, ada tempat barbeque walaupun tidak begitu luas.
"Ah, kalau gue tau ada tempat ini kemarin gue enggak akan marah sama lo. Hahaha ...."
"Yauda sana katanya pengen berenang. Airnya bersih kok baru di ganti. Aku ambil buah dulu."
Nola mengacungkan jempolnya. Tidak perlu berganti baju, pikirnya, Nola langsung turun kedalam kolam renang dan memulai acara berenangnya.
"Uu ... Seger banget ...."
Beberapa menit, Nola mengelilingi kolam dari gaya punggung, gaya katak, gaya bebas hingga gaya batu, akhirnya ia pun beristirahat karena cukup lelah.
"Asik banget berenangnya sampe lupa daratan."
"Hahaha ... Dikira lagi apaan, sampe lupa daratan. Seru tau. Kolam renang di rumah gue isinya kodok semua. Hahaha ..." Nola tertawa sambil mengelap wajahnya yang basah.
Ia pun menghampiri Cleona dikursi santai yang tengah menikmati berbagai macam buah yang telah Cleona siapkan. Nola duduk, dan memetik beberapa buah anggur untuk ia nikmati.
"Nol, aku jadi kepikiran ..." Ucap Cleona membuka pembicaraan sedikit serius dengan Nola.
"Kepikiran? Mikirin apaan?"
"Aku belum sempet cerita tentang aku debat sama Levy di sekolah kemaren itu."
"Ke Kin?" Tanya Nola yang sekarang memegang jus alpukat buatan Cleona.
Cleona mengangguk. "Iya. Semalem aku juga lupa buat bilang sama Kak Kin. Kata kamu, aku cerita atau jangan?" Cleona bertanya sambil melihat kearah Nola.
Nola yang di liat oleh Cleona pun, mencoba berpikir. "Gini deh, dari yang udah lalu-lalu, kalau lo bahas 'hal jeleknya Levy' Kin pasti marahkan?" Ketika Nola berbicara 'hal jeleknya Levy' ia membuat perumpamaan tanda kutip di jarinya.
Cleona pun mengangguk, membenarkan ucapan Nola. "Iya, Kak Kin pasti marah. Padahal aku berusaha buat jujur sama dia tentang kelakuan Levy."
"Dan ... Kalau lo enggak cerita sama Kin tentang perdebatan lo sama Levy kemaren, siapa tau ada orang yang ngasih tau Kin, dan Kin bakalan lebih marah karena dia tau dari orang lain."
Semua yang dikatakan Nola benar. Kenapa juga, Kin harus marah jika dirinya mengadu kepada Kin kalau Levy memang benar-benar jahat pada dirinya. Sebenarnya, Cleona sudah lupa akan masalahnya dengan Levy kemarin, tapi entah kenapa hal itu kembali muncul dan mengganggu pikirannya. Sungguh sangat merepotkan.
"Kamu tau Kak Kin itu tempramennya buruk banget. Aku enggak mau juga, kalau aku bahas tentang Levy sama dia, nanti dia malah marah sama aku."
Nola mengambil garpu yang sedang dipakai Cleona untuk mengambil melon. "Coba aja lo ngomong baik-baik." Usul Nola.
"Sebaik, selembut apapun aku ngomong sama Kin tentang Levy, dia pasti marah. Dia anggap aku itu cuma mau jelek-jelekin Levy, karena mungkin dia ngeliat aku, kalau aku benci sama Levy. Padahal enggak gitu konsepnya."
"Apa gue yang ngomong?"
"No! Nanti belum juga ngobrol kalian udah ribut duluan."
"Hahaha ... Iya juga sih. Lagian kenapa lo harus debat sama orang juga sih?"
"Memangnya aku suka ribut sama orang? Dia duluan lah ngomong yang enggak-enggak sama aku. Aku juga punya perasaan kali."
Sebentar, keheningan membungkam mereka. Mencoba berpikir dan mencari jalan bagaimana caranya agar Kin mengetahui sikap buruknya Levy yang tidak ia ketahui. Cleona bukan ingin mencari muka, tapi ia hanya ingin menunjukkan, bahwa yang ia katakan selama ini itu benar, dan cerita-cerita Cleona yang Kin anggap sebagai tuduhan, itu memang benar adanya.
"Lo ajak Kin main malam ini. Lusa kan kita baru masuk sekolah," kata Nola di tengah keheningan mereka.
"Sekarang malam? Aku enggak yakin Kin bakal mau. Terus nanti kamu gimana?"
"Gue mau pulang sore ini. Udah dua hari gue nginep."
Cleona memajukan bibirnya. "Kok pulang ... Aku enggak punya temen lagi dong ...."
"Eh-eh ... Gue masih temen lo, tapi gue cuma mau pulang aja ke rumah. Nanti kalau boleh sama nyokap gue nginep lagi ...."
"Tante pasti ngijinin kok, kamunya aja yang lebay."
"Bukan apa. Gue agak enggak betah kalau tidur pake selimut tanduk kuda ..." Kata Nola sambil meringis.
"Enak aja! Itu lucu tau. Masa gak betah sih. Apa perlu aku ganti warna kamar jadi hitam putih? Nanti kamar aku nyeremin dong hm ..."
Cleona berani berucap seperti itu karena ia tahu, warna kamar Nola adalah hitam, abu, dan putih, sudah. Tidak ada warna lain. Bahkan seprai dan gordennya pun hanya ganti ketiga warna itu saja. Sedangkan di kamar Cleona, banyak sekali warna-warna cerah seperti umumnya perempuan, bahkan kamarnya lebih dominan ke warna biru dan merah muda.
"Enggak gitu juga sih. Tapi nanti gue nginep lagi kok."
Cleona hanya mengangguk.
"Oke. Back to topic. Sekarang selagi masih siang, lo chat tuh orang sibuk, bisa enggak diajak main malem? Kalau enggak bisa terpaksa lo harus ngomong nanti kalau lo di sekolah."
"Ide yang bagus. Sebentar ...."
Cleona menyalakan ponselnya, membuka aplikasi w******p, dan mengetikkan beberapa pesan untuk Kin.
"Udah?" Tanya Nola.
"Udah. Aku tinggal tunggu balesan."
...
Matahari sebentar lagi akan tenggelam. Cleona sedang mengantarkan Nola untuk pulang. Nola pulang sekarang, dan ia sendiri lagi di rumah ini.
Nola menaiki motornya, dan menyalakan mesinnya. "Gue balik ya ... Inget, jelasin sama Kin pelan-pelan. Kalau ada apa-apa bilang sama gue, biar gue petak palanya."
Cleona tertawa. "Hahaha ... Iya Nola, kalau nanti dia marahin aku, aku pulang aja sendiri. Biarin malu juga," kata Cleona yang memikirkan hal terburuk.
"Enggak mungkinlah ... Yaudah, gue balik ya. Makasih, Cle ...."
Cleona mengacungkan jempolnya. "Iya sama-sama ...."
Cleona pun melihat motor Nola yang hilang di ujung jalan. Hari sudah mulai gelap, lebih baik ia bersiap-siap untuk bertemu dengan Kin, karena katanya Kin akan menjemputnya sebentar lagi.
Ia sedikit terheran dengan sikap Kin yang tidak seperti biasanya. Kin sangat baik dan perhatian akhir-akhir ini, Cleona harap Kin akan terus seperti itu.
Hendak membuka pintu, di ujung matanya terlihat motor Kin yang masih terparkir di rumahnya. Ia pun membayangkan sesuatu yang indah, ketika dulu ia berboncengan menaiki motor itu dengan Kin, mengelilingi kota sambil memeluk tubuh Kin. Hm ... Rasanya Cleona ingin kembali pada saat itu.
Jam menunjukkan pukul 19.30 malam. Cleona yang sudah siap dengan pakaian casualnya pun keluar dari rumah karena mendengar suara deru mobil tepat di depan rumahnya.
Ketika membuka pintu gerbang, benar saja, Kin sedang keluar dari mobil dan tersenyum kearahnya.
"Hai, sayang ..." Sapa Kin yang membuat Cleona tersipu malu.
"Hai, Kak."
"Masuk ..." Kata Kin yang membukakan pintu mobil untuk Cleona.
"Terimakasih," ucap Cleona lalu masuk kedalam mobil.
Mobil yang dikendarai Kin pun melaju, mereka sudah punya rencana untuk pergi jalan-jalan menuju mall. Itu yang Cleona mau, karena ia sudah lama tidak berjalan-jalan di mall dengan Kin.
"Tumben banget," kata Kin membuka suaranya.
"Em? Heheh ... Aku sendiri di rumah. Nola baru aja pulang, lagi pengen jalan-jalan aja sama kamu, Kak. Ganggu waktu kamu enggak?"
"Enggak, lagi enggak ada kerjaan."
"Memangnya tadi kamu lagi apa?"
"Lagi mandiin Ola."
"Kamu mandiin Ola siang-siang? Gak boleh tau, harusnya pagi-pagi, kasian enggak ada matahari."
"Sore tadi, ada handuk."
Cleona mengangguk. Sedari tadi ia memainkan kuku jarinya, sangat-sangat ragu ingin memulai berbicara dengan Kin. Ia tidak ingin merusak suasana hati Kin yang sedang membaik. Cleona pun tidak ingin mengganggu momennya dengan Kin hanya karena hal ini. Namun, ini sudah menjadi tugasnya untuk meluruskan semuanya. Agar hubungan Kin dan dirinya berjalan baik-baik saja tanpa ada Levy yang menggangunya. Celona memilih untuk memendam hal ini sampai nanti ada waktu yang tepat untuk ia bercerita.