26. L(Over)

1482 Kata
Matahari sudah tenggelam, langit yang tadinya cerah sudah tergantikan oleh langit malam yang hitam. Nola yang berada di rumah Cleona sendiri, merasa sedikit takut karena di sini tidak ada siapa-siapa. Pikirnya Cleona akan pergi hanya 2 atau 3 jam, tapi ternyata sampai jam segini Cleona belum juga pulang.  Jam 6 tadi, Nola memberanikan diri untuk turun ke bawah dan menyalakan lampu serta menutup gorden rumah Cleona. Ia kembali naik ke atas dan menonton drakor. Saat ini pukul 20.30, tapi Cleona belum juga pulang.  "Kemana perginya tu anak," gumam Nola.  Ia membuka ponselnya, dan tidak ada pesan dari Cleona. Nola yang tidak punya kerjaan pun membuka aplikasi instagramnya, dan melihat feed i********: atas nama Kin disana. "Bener-bener, enak lo ya. Pacaran jam segini, gue di tanem di rumah sendiri. Memang enggak ada adab tu anak."  Nola pun mengetikan sesuatu di ponselnya untuk mengkomentari postingan dari Kin, yang terdapat foto Cleona di sana.  "Bisa-bisanya gue di tinggal sendiri." Nola merasakan perutnya berbunyi, tanda ia ingin makan. Nola berjalan keluar kamar untuk menuju dapur. Untung saja dapur di rumah Cleona dekat dengan kamarnya, kalau saja dapurnya ada di bawah, sepertinya ia akan pingsan karena kelaparan.  Nola membuka lemari es, katanya Cleona menyimpan banyak makanan di sini, tapi ternyata isinya hanyalah sayuran dan buah-buahan.  "Memangnya gue kambing di sediain daun-daunan kaya gini. Gue kaga bisa masak lagi." "Ah, masih ada di sebelah ini," kata Nola yang membuka lemari es sebelah kanan, sepertinya ini freezer. Dan benar saja, ia menemukan banyak makanan beku di sini.  Nola mengambil beberapa sausage, beberapa potong ayam yang sudah di bumbui, dan 5 buah nugget. "Mana lagi penggorengannya?" Nola akhirnya menemukan pan untuk menggoreng semua makanannya itu. Setelah memasukkan sedikit minyak untuk menggoreng sausage dan nugget, ia pun menyalakan kompornya. "Eh, ini gimana cara nyalain kompornya?" Gumam Nola, karena Cleona menggunakan kompor listrik.  "Gue juga punya sih yang kaya gini, tapi gatau gimana caranya."  Nola bingung harus memasak apa tanpa kompor. Satu ide pun muncul di kepalanya, ia berlari kearah kamar Cleona dan mencari ponselnya untuk menghubungi asisten rumah tangganya di rumah bagaimana caranya menyalakan kompor seperti itu.  Telpon pun tersambung di ujung sana. "Mbak, gimana caranya nyalain kompor yang ada tombol-tombolnya?" Tanya Nola.  "Oh, sebentar ..." Ia pun berlari kearah dapur untuk memperhatikan tombol-tombol kompor itu.  "Di pencet yang warna merah? Iya udah." "Diatur suhunya?" "Oh iya paham, nanti dimatiinnya lewat tombol power tadikan?" "Oh iya, udah mulai panas, Mbak. Makasih ya." Nola pun menyimpan ponselnya dan menggoreng makanan tadi. "Duh, nyiprat-nyiprat gak ya?" Katanya dengan khawatir.  Ia menggoreng sambil menjauhi badannya dari penggorengan. Lama, sampai ada asap yang keluar dari pan penggorengan, baru ia mengangkat makanannya itu yang sudah terlihat sedikit menghitam. Dan terakhir ia memasukan 2 potong ayam kedalam pan tersebut. "Astoge! Ya ampun! Kenapa kaya gini?" Nola takut karena daging ayam yang sedang di goreng itu meletup-letup. "Ini gimana? Apa di angkat aja kali ya?" Hendak ingin mengangkat ayam tersebut, ternyata sudah tidak meletup-letup seperti tadi.  Sambil menunggu ayamnya matang, ia pun mengambil nasi dan menyiapkan sausnya. Ayam pun sudah kecoklatan, ia mematikan kompornya dan mengangkat ayam itu. Samar-samar ia mendengar ada suara mobil di pekarangan rumah. Nola yakin itu adalah Cleona. Ia pun menyimpan piringnya dan berjalan untuk keluar rumah. .... Perjalanan pulang dari cafe terasa cepat, hanya butuh waktu satu jam mereka akan segera sampai di rumah Cleona.  "Pulang langsung bersih-bersih," kata Kin.  "Iya, Kak. Kamu juga. Makasih ya udah ajak aku jalan-jalan hari ini. Makasih juga buat bunganya, hehehe ...." Sedari tadi, bunga pemberian dari Kin yang berwarna pink dan biru itu, terus Cleona pegang di tangannya. "Makasih terus, bosen." Sebenarnya Cleona ingin membicarakan sesuatu yang menyangkut dirinya dengan Levy, tentang perdebatan kemarin. Namun Cleona menahannya. "Iya dong, kalau kita sudah di beri sesuatu, sudah di bantu, harus berterimakasih, kepada siapapun. Benerkan, Kak?" Kin mengangguk sambil mengusap rambut Cleona.  Sampailah mereka di depan rumah Cleona. "Ini jaketnya ...." "Pakai. Kamu kedinginan," kata Kin yang membuat Cleona tidak bisa menolak.  "Iya, Kak. Aku masuk dulu ya. Kamu hati-hati bawa mobilnya, jangan begadang ya, nanti matanya kaya panda. Bye, Kak Kin ...." "Iya, Cleona bawel."  Cleona tersenyum di luar mobil sambil melambaikan tangannya. "Udah sana masuk, pawang kamu udah jagain tuh," kata Kin yang kemudian melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah.  Cleona membuka gerbang rumahnya, dan terkejut melihat Nola yang sedang berkacak pinggang dengan wajah yang seperti ingin menerkam dirinya.  "Hehehe ... Hai ..." Sapa Cleona. "Hai-hai hai-hai. Dari mana aja lo? Jam segini baru pulang."  Cleona ingin masuk kedalam rumah, namun Nola menjaga pintunya agar dirinya tidak bisa masuk.  "Maaf, Kak Kin ngajakin aku pergi tadi. Liat, aku dapet apa. Kak Kin so sweet kan? Dia baik tau," kata Cleona sambil memeluk bunga pemberian dari Kin.  "So sweet, so sweet. Matamu so sweet. Gue di tanem di rumah sendiri. Dikira gue sajen." Nola sangat kesal sekali saat ini.  "Syut ... Kan aku udah minta maaf. Kita masuk yuk, udah malam, serem tau." Akhirnya Nola mengijinkan Cleona untuk masuk kedalam rumah. Cleona mencium sesuatu bau yang aneh, seperti bau yang terbakar. Ia pun dengan cepat pergi menuju dapur.  "Kamu masak?" Tanya Cleona.  "Iya." "Masak apa?" "Ayam." Tidak ingin banyak bertanya, Cleona pun menyimpan barang bawaannya tadi di atas meja makan dan berjalan cepat menuju kompornya. Betapa terkejutnya ia melihat 4 potong sausage dan beberapa nugget yang sudah berubah warna menjadi kehitaman, dan daging ayam yang belum matang.  "Ya ampun Nola ... Ini kamu yang masak?" Tanya Cleona sambil merapikan kekacauan yang dibuat oleh Nola. "Yaiyalah. Habisnya gue laper." "Kalau mau masak nyalain dulu ini." Cleona menunjukkan alat yang berada di atas kompor, Nola berpikir sepertinya itu untuk menyerap udara masakan. "Tapi enggak apa-apa deh, aku salut sama kamu, karena mau mencoba." "Habisnya gue gatau. Nyalain kompor aja gue telpon mbak di rumah." "Hahaha ... Yauda, kamu mau liat gak cara goreng makanan yang bisa di makan? Aku kasih tau ya." Nola pun mengambil bahan-bahan baru untuk di masak oleh Cleona. Karena makanan tadi yang ia masak sepertinya tidak layak untuk di makan.  "Dinyalain kompornya, kasih minyak goreng secukupnya kalau mau goreng sosis, nugget ataupun ayam." Nola pun memperhatikan Cleona yang sedang memperlihatkannya cara memasak yang benar.  "Kamu liatkan? Ada buih-buih kecil di pinggir pan? Itu tandanya minyak udah panas, dan kamu boleh masukin makanannya." Nola mengangguk mengerti, tadi pun ia melakukan hal yang sama juga. Tapi mungkin kesalahannya ada pada tingkat kematangannya.  "Kamu bisa di balik-balik, makanannya sampai kecokelatan. Tapi enggak hitam seperti itu ya. Paling kisaran lima menit kamu bisa angkat masakan kamu."  "Tadi gue juga sama kok kaya gitu. Mungkin kelamaan kali ya. Hahaha ... Eh tapi ini enggak meletup-letupkan?" Celona menggeleng. "Enggak, Nola. Kecuali kamu goreng ayam, ikan, tahu, dan makanan basah lainnya. Asal kamu hati-hati dan pakai penutup pan pasti aman kok." "Nih. Sudah matang, mana piring kamu?" Nola membawa piring baru untuk menyajikan makanannya.  "Wah, baru ini bisa di makan." "Nola, liat cara aku masak ayam." Nola pun kembali fokus melihat kearah Cleona.  Cleona memasukan kembali ayam yang tadi sempat Nola goreng setengah matang kedalam pan. "Masak daging ayam, minyak harus panas. Kamu bisa pakai tempat penggorengan yang sama tanpa menunggu panas lagi, karena tadi kan sudah di pakai buat goreng nugget. Tinggal masukin, tunggu deh." "Loh, kok enggak meletup-letup?" Tanya Nola. "Ah, ada yang aneh nih." "Enggak ada yang aneh. Aku kan goreng daging ayamnya yang sudah setengah matang, bukan yang pure mentah. Kalau dagingnya bener-bener mentah, kita harus hati-hati bisa-bisa minyaknya kena tangan kita." Cleona ikut memasak makanan untuknya, karena ia sedikit lapar, dan sekalian untuk menemani Nola makan malam. Setelah semua makanan tersaji, dan Cleona sudah membersihkan wajah dan berganti baju. Mereka pun makan bersama, perut Nola yang terus berbunyi sejak tadi, akhirnya terisi juga.  "Habis kemana lo sama Kin?" Tanya Nola ditengah-tengah makan mereka. "Aku gatau nama tempatnya tapi kaya ada di dataran tinggi gitu, ada cafe dan cafenya bagus banget, Nol. Kita bisa liat sunset di sana." "Iya. Gue liat postingan Kin. Ada foto lo. Tumben-tumbenan si bambang ngepost foto lo setelah terakhir dia post foto lo enem bulan lalu." Cleona mengangkat bahunya. "Lagi sadar kali. Hahaha ...." Nola dan Cleona pun tertawa. "Kamu tidur di kasur. Kasur aku besar kok, muat buat sepuluh orang. Kamu malah tidur di sofa." "Iya, gue tidur di kasur. Badan gue pegel banget pas bangun tadi pagi." "Lagian kamu susah di bangunin." Mereka pun kembali melanjutkan acara makan mereka. Ditemani dengan tayangan sinetron, dan mereka belum tersadar jika mereka tengah menonton sinetron.  "Gak waras tu ibu-ibu, yakali beli sayur cuma niat mau pamer harta aja. Heh, Bu. Kalau mau pamer harta gak usah beli sayur di gerobak, lo beli ae sono di super market yang kualitasnya udah terjamin. Ya ampun, ngegas mulu bawaannya gue." Cleona tertawa mendengar Nola berbicara. "Itu aneh gue sama tayangan kaya gini. Gedek gue, esmosi lama-lama." "Lagian kamu ngapain nonton kaya gitu?" Tanya Cleona.  "Gatau, pengen eksperimen kesabaran jiwa aja gue." "Nola, Nola. Untung kamu temen aku."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN