10. L(Over)

1313 Kata
Sayup-sayup, Cleona mendengar suara bel istirahat berbunyi. Ia pun membuka matanya perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Ia melihat hanya ada satu perawat penjaga UKS ini, dan tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka.  Cleo merasakan tulang-tulang tubuh belakangnya sangat sakit, sehingga ia sedikit mengaduh. Perawat yang mendengar suara Cleo, datang menghampiri.  "Maaf, sepertinya kamu butuh istirahat total. Saya sudah cek darah kamu, sangat rendah. Itu kenapa kamu sangat mudah sekali kecapean. Aku kasih kamu vitamin lewat infus itu, tidak lama, hanya 30 menit." "Terimakasih, Kak. Tapi aku baik-baik aja. Aku juga suka minum vitamin di rumah. Bisa tolong berikan resep obat? Biar aku bisa membeli obat pulang sekolah ini."  Perawat itu mengangguk dan kembali duduk di mejanya, untuk menuliskan nama obat yang harus Cleona konsumsi.  Cleo mulai merasakan pusing yang hebat di kepalanya. Ia menarik napasnya perlahan dan mencoba untuk kembali berbaring. "Ini resepnya. Untuk sekarang kamu bisa minum teh hangat ini. Atau kamu tidak ingin?"  Cleo menggeleng. "Akan aku minum, dan terimakasih, Kak." Perawat itu mengangguk sambil tersenyum dan menyimpan cangkir teh hangat di meja dekat tempat tidur Cleona.  .... Sudah beberapa tempat yang Nola kunjungi, namun ia masih belum menemukan dimana Cleona berada. Ia pun tidak tahu kapan Cleona pergi menghilang. Eliza pun ikut mencari Cleo di tempat yang berbeda dengan Nola.  "Lo nemu?" Tanya Nola kepada Eliza yang datang dari arah kanan.  Eliza menggeleng. "Enggak. Aku enggak ngeliat Cleona."  Satu-satunya cara yang belum ia lakukan, menanyakan keberadaan Cleona kepada Kin. "Lo cari di parkiran. Gue mau ke kantin lantai atas dulu," kata Nola yang berlari kearah tangga.  "Cleo ... kemana sih, lo? Gue bingung. Lagian kenapa enggak pamit dulu sih." Nola berjalan cepat sambil berbicara sendiri.  Ia melihat ada Kin yang sedang menikmati makannya bersama teman-temannya. Nola yang geram melihat Kin tidak peduli dengan pacarnya sendiri, ia pun melipat lengan seragamnya untuk bersiap-siap tatkala jika Kin mengajak dirinya baku hantam.  "Woy! Kin!" Kata Nola yang memanggil Kin. Ia sudah tak tahan ingin mencakar wajah Kin sekarang. Ia sudah tidak peduli dengan imagenya di depan orang-orang yang melihatnya. Untuk saat ini, dirinya hanya ingin mencari dimana Cleo, sahabatnya.  Kin merasa ada seseorang yang memanggil namanya, ia pun melihat kearah Nola yang sedang berjalan. Sampailah cewek tomboi sahabat kekasihnya itu di hadapan dirinya. Kin hanya mengangkat satu alisnya. "Heh, gue tanya baik-baik ya, lo. Dimana Cleona?" Tanya Nola tanpa basa basi.  Ben yang sedang menyeruput baksonya itu, mendengar pertanyaan Nola, sontak tersedak dengan kuah baksonya. Dan begitupun dengan Kin, David dan Reynand yang menghentikan makannya.  Kin mencoba santai mendengar pertanyaan Nola. "Maksud?" "Ah! Gue tanya sekali lagi, Cleona dimana? Gausa berbelit ngomong sama gue." Nola kini meletakkan tangan kanannya di atas meja. Dan tangan kirinya ia letakkan di pinggang. "Buset, gebetan lo serem banget, Dav," kata Ben yang terkejut melihat Nola seperti itu.  "Boleh deh buat, lo," kata David. Nola yang mendengar itu, sontak melirik tajam kearah David yang langsung menelan ludahnya kasar.  "Elah! Buang-buang waktu ngomong sama lo!" "Lo temennya." "Iya, gue temennya. Lo pacarnya, yakali lo kaga tau apa-apa." "Tadi gue liat Cleo pergi sesudah tes kearah kelasnya," kata Reynand. "Sebelum pergi sih, kayanya dia ngeliat lo di di kelilingi ciwi-ciwi," lanjutnya.  "Bener-be ...." Belum sempat Nola menyelesaikan ucapannya, Kin langsung bangun dari duduknya. Sebelum pergi, Kin menepuk pundak Nola cukup kencang. "Bayarin makan gue." Kin pun pergi.  Nola yang gemas ingin memukul Kin dengan kencang ia pun mencopot sepatunya yang mahal itu, hendak melayangkan sepatunya, David menahan tangan Nola. "Inget, sepatu lo mahal," kata David yang membuat Nola mengurungkan niatnya.  Nola pun memakai kembali sepatunya yang sempat ia copot tadi. Nola hendak pergi dari tempat itu, namun David kembali menahannya. "Udah, istirahat dulu aja. Cleo udah dewasa." David mengajak Nola untuk duduk di sebelahnya.  "Ehem, bau-bau mau jadian nih," kata Ben si kompor.  "Ciri-ciri cewek pelindung cowok," kata Reynand yang tertawa bersama Ben.  .... Setelah mendengar ucapan Reynand, perasaan Kin sangat tidak enak terhadap Cleona. Pantas saja, di lapangan tadi, dirinya hanya melihat Cleo satu kali, dan sejak saat itu, dirinya sudah tidak melihat Cleona kembali. Kenapa Kin sangat lalai dengan hal itu.  Kin pertama kali berjalan kearah toilet lantai 3. Sesampainya di sana, ia tidak menemukan siapapun termasuk Cleona. Lantai dua, yang Kin tau, Cleona tidak pernah mau menginjakkan kaki di sini. Ia pun berlari kearah lapangan kelas 11 yang berada dekat di kelas Cleona. Di sana pun tidak ada siapa-siapa.  Dengan terburu-buru, Kin masuk kedalam kelas Cleona yang mengejutkan semua orang, apalagi geng Axa. Kin tidak melihat Cleona juga di sana. Yang ia dapatkan hanyalah panggilan Axa kepada dirinya. Dengan cepat ia kembali lari menuju lapangan utama yang ada di depan sekolahnya.  Berlari di sekolah yang sangat luas ini, membuat tubuhnya banyak berkeringat. Ia pun tidak menemukan siapa-siapa di sini. Sampai akhirnya ia berjalan kearah kantor guru yang berada di dekat parkiran. Di ujung lorong ruang guru, terdapat dua ruangan lainnya ada UKS dan ruang tari. Kin melihat ada sebuah sepatu yang ia kenali berada di rak sepatu depan UKS. Ia pun berlari dan masuk kedalam ruangan itu.  Ada perawat yang tengah menyusun obat-obatan di lemari, yang membuat perawat itu terkejut dengan kehadiran Kin yang sangat berantakan, keringat membasahi rambut dan bajunya.  "Ada yang bisa saya bantu?"  "Cleona." "Ada di bilik ...." Belum sempat perawat itu menyelesaikan ucapannya, Kin menghampiri ke sebuah bilik yang tertutupi gorden. Karena itu satu-satunya tempat yang di tutupi oleh tirai.  Betapa terkejutnya Kin melihat Cleona terbaring lemas di sana dengan wajah yang pucat.  "Sayang?" Panggil Kin lembut sambil mengusap tangan Cleo.  "Cleona?"  Cleona yang sedang tertidur, mendengar namanya di sebut, ia pun membuka matanya. Ia cukup terkejut melihat Kin yang ada di hadapannya. "Kamu kenapa?" Tanya Kin lembut. "I'm okay," katanya singkat. Cleona mengalihkan pandangannya kearah lain.  "Kamu sakit. Kenapa enggak bilang?" "Gimana mau bilang? Pesanku semalam aja, enggak ada balasannya," kata Cleo yang menahan suaranya agar tidak bergetar. Matanya sudah panas ingin menangis.  "Maaf, semalam aku ketiduran." "Jemput Levy?" Satu tetes air matanya keluar begitu saja.  "Iya, sayang. Maaf." Cleona menahan sesak yang ada di dadanya. Cleo sudah tau, jika Kin tidak membalas pesannya, jika Kin tidak menjemput dirinya, ketika Kin tidak ada untuk dirinya, pasti itu semua menyangkut Levy.  "Aku capek. Bisa tinggalin aku?"  Kin menggeleng, ia mengusap rambut Cleo. "Aku tau, aku selalu salah di mata kamu ...." "Bukan di mata aku! Itu semua memang salah kamu!" Cleona sudah tidak bisa menahan beban di dadanya. Ia kembali kecewa kepada Kin untuk kesekian kalinya.  "Iya, aku tau. Aku cuma pengen kamu ngertiin posisi aku." "Ngertiin? Ngertiin apa, Kak? Memangnya selama ini, aku kurang sabar apa sama kamu?"  "Harusnya kamu lebih ngerti, dan harusnya kamu bisa maklumi semuanya. Levy sahabat kita." Cleona tak habis pikir mendengar ucapan Kin. Ia sedikit tersenyum dengan tatapan kosong. "Aku rasa, jika aku bersikap seperti kamu bersikap kepada aku, Kak. Aku yakin, kamu tidak akan kuat ada di posisi aku."  "Kamu kuat menahan hubungan ini?" Tanya Kin. Hati Cleona sedikit retak. Bagaimana bisa Kin berbicara seperti itu, tanpa melihat keadaan dirinya. "Kamu pikir selama ini aku bertahan hanya untuk main-main? Kalau kamu mau membahas hal seperti ini, maaf aku belum bisa." "Kamu terus mengungkit hal yang sama." "Dan kamu terus mengulang hal yang sama setiap harinya. Aku punya hati, Kak. Kalau memang aku bukan lagi bagian hidup kamu, kamu bisa lepasin aku. Tapi sayangnya, aku enggak akan bisa ngelepas kamu begitu saja."  Kin yang terpancing emosi, kembali berbicara. "Kenapa lu enggak lepasin gua? Masih banyak kok orang yang bisa nerima gua apa adanya." Cleona memejamkan matanya mendengar ucapan Kin. Ia sudah tak tahan dengan Kin. Cleo mencabut paksa infus yang ada di tangannya. "Silahkan cari sampai kemana pun! Enggak akan kamu temukan orang yang sama seperti aku!" Selesai mengucapkan perkataan itu. Cleona cepat-cepat turun dari kasurnya dengan menahan rasa sakit yang ada di kepalanya. Hanya beberapa langkah Cleona hilang kesadaran, dan terakhir ia merasakan namanya di panggil oleh orang yang sudah membawa hatinya pergi. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN