Rabu pagi yang cerah ini, Cleona sudah menggunakan baju olahraga sekolahnya yang berwarna hijau. Karena pelajaran kesehatan jasmani di laksanakan jam pertama. Cleo berangkat dari rumah menggunakan taksi, butuh waktu 20 menit, akhirnya ia sampai di sekolahnya.
Setelah turun dari taksi, Cleona melihat jam tangan yang ada di pergelangan tangannya, jam menunjukkan pukul 06:55 itu artinya bel akan dibunyikan sebentar lagi. Segera ia bergegas masuk ke dalam sekolah. Sesekali ia melihat kanan kiri, siapa tau ia melihat Kin di sana.
Sejak semalam, sepertinya Kin tidak membuka ponselnya. w******p yang ia kirim semalam dan pagi tadi, belum juga terbalaskan.
Sampai di depan pintu kelas, Cleona sudah melihat Nola duduk bersama Eliza. Eliza adalah teman kelasnya yang suka bergabung bersama dirinya ataupun Nola. Anaknya sangat baik, Eliza adalah murid beasiswa yang beruntung bisa bersekolah di sana.
"Selamat pagi, Nol, El," sapa Cleo sambil tersenyum.
"Hai, selamat pagi, Cleona," jawab Eliza sambil tersenyum juga.
"Hm, pagi." Berbeda dengan Nola yang menjawab ogah-ogahan.
Cleona menyimpan tasnya di bangku sebelah Nola. "Kenapa pagi-pagi udah murung?" Tanya Cleo sambil mencolek dagu Nola.
"Bete," jawabnya singkat.
"Kenapa, El?" Tanya Cleo kepada Eliza.
"Aku enggak tau, baru datang mukanya udah di tekuk kaya gitu."
Celo mengangguk-angguk seperti mengerti situasi Nola saat ini. Cleo mengeluarkan sesuatu di dalam tasnya, ia mengeluarkan 2 box setinggi jengkal tangan dan ia simpan di hadapan Nola dan Eliza.
Nola yang melihat box berwarna hitam dihiasi pita emas itu, langsung tersenyum senang. "Wah! Serius!" Katanya dengan wajah excited.
"Astoge, mehong banget lagi ini," katanya lagi.
Cleo yang melihat wajah senang Nola, ikut tersenyum. "Buat kamu, Eliza," kata Cleo yang berbicara kepada Eliza yang masih bingung melihat box itu.
"Beneran? Aku enggak tau ini isinya apa, tapi kayanya ini mahal banget, aku takut nerimanya."
Cleo tersenyum lebar kearah El. Ia bangun dari duduknya dan berjalan ke arah bangku di sebelah El. Ia pun mengambil box yang sedari tadi El perhatikan, dan ia simpan di telapak tangan El. "Coba buka," kata Cleo.
"Aku enggak pantes pakai kaya gini," ucap Eliza yang masih bingung dengan hadiah yang Cleo berikan. Sedangkan Nola sudah memakai benda itu.
"Kata siapa? Semua orang berhak kok, kamu enggak perlu dengerin orang lain ya," kata Cleo yang kembali meyakinkan hati El untuk membuka box itu.
El pun membuka box yang sama seperti Nola. Ada sebuah botol parfum yang sederhana namun terlihat mewah, dan tak lupa sebuah merk terkenal pun turut tercetak cantik di sana. Tak hanya satu botol parfum yang mewah itu, di dalamnya ada juga box kecil yang berisi sebuah kalung liontin yang sangat cantik. Beserta surat garansi dan harganya.
"Jaga baik-baik ya. Aku ngasih ini biar kamu sayang sama diri kamu sendiri, aku tau kamu banyak tekanan hidup di sekolah ini. Dan satu lagi, kamu jangan sungkan buat minta bantuan aku dan Nola ya."
El mengangguk dan tersenyum senang, tak lupa ia pun mengucapkan banyak sekali terimakasih. Cleona tau, bagaimana kehidupan murid-murid sosialita di sekolah ini. Ia sangat sedih jika melihat El yang selalu menjadi bahan bullying di kelasnya.
Sampai-sampai, Cleo yang sedang memberikan hadiah kepada Nola dan El, masih saja banyak orang yang membicarakan dirinya. Kin pernah bilang, dirinya tidak perlu mendengarkan pendapat orang lain yang membicarakan dirinya, cukup urusi pribadi masing-masing. Setelah memegang ucapan Kin itu, Cleo lebih tidak peduli dengan omongan yang ada di sekitarnya.
"Woy! Ke lapangan semuanya ..." Teriak Argi yang berada tepat di pintu masuk.
Sekelompok kumpulan sosialita yang ada di kelas ini, membereskan alat kecantikan mereka yang mereka simpan di loker masing-masing, dan berjalan dengan sok anggun keluar dari kelas.
Di susul beberapa teman lainnya. Cleo dan Nola berjalan sejajar tak lupa dengan El yang berada di sisi Cleo.
"Cle, kok lo bisa beli sih? Padahal cuma ada di luar negri loh," kata Nola. Berbeda dengan El, Cleo memberikan Nola gelang hitam yang pastinya harganya setara dengan kalung liontin El. Karena ia tau, Nola tidak suka memakai hal yang berbau terlalu perempuan.
"Biasalah, kamu tau."
"Pasti ... bokap lo ngirim itu semua ya?" Tanya Nola hati-hati.
"Em ... gitu deh, aku juga enggak tau tiba-tiba ada orang yang ngirim kaya gitu. Alamatnya sih, alamat Dubai," kata Cleo santai.
"Setau gue cuma parfumnya deh yang ada di box," kata Nola yang kembali berbicara.
"Iya ... aku beli iseng-iseng niatnya buat kamu juga kok, itu bukan bekas. Aku beli 2 bulan yang lalu baru di kirim dari US datang kemarin."
"Aaaa ... sayang Cleo banyak-banyak." Nola memeluk Cleo sangat erat.
"Ish kamu lebay."
El yang melihat itu sedikit tertawa.
.....
Para murid sudah berjejer rapi di tengah lapangan dengan terik matahari pagi menyorot mereka. Seorang guru perempuan tengah menjelaskan materi yang membahas tentang bola voli.
"Duh ... panas banget sih."
"Luntur foundation mahal gue."
"Sia-sia gue perawatan mahal-mahal kalau ujung-ujungnya dijemur kaya gini."
Celotehan - celotehan yang berasal dari arah belakang Cleona, sangat menggangu telinganya yang sedang mendengarkan materi yang disampaikan.
Dengan refleks, Cleona berbicara. "Syut, berisik." Kearah belakang.
Tak lama, ada sebuah jari yang menoyor kepalanya sangat kencang. Cleona pun sedikit berteriak karena terkejut. Sontak dirinya menjadi perhatian teman-temannya.
"Cleona? Kenapa?" Tanya gurunya.
Sebelum ia menjawab pertanyaan gurunya. Ada suara yang membisik di telinganya. "Berani lo ngomong, hidup lo enggak aman, miskin."
Cleona tersenyum kearah guru yang sedang mengajarnya. "Maaf, Bu. Hanya terkejut."
Nola yang ada di hadapan Cleo, ingin sekali menampar Axa yang sudah berani menoyor kepala Cleo. Namun ia tahan, karena tidak ingin masalahnya menjadi panjang.
"Baik, karena ibu hanya bisa mengisi satu jam pelajaran, dan kalian masih memiliki dua jam pelajaran lagi. Ibu akan menyuruh kakak kelas kalian untuk mengajarkan voli kepada kalian. Cukup sampai di sini, jangan bubar. Sampai jumpa."
Ibu guru pun pergi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Nola mengajak Cleo menepi di lapangan dan memberikan Cleo botol minumnya yang cukup besar itu. "Gue pengen pites pala si Axa! Emosi gue." Napas Nola memburu dengan kesal.
"Udah ... lagian aku yang salah juga tadi, enggak sengaja mancing mereka."
"Lo enggak salah. Gue juga kesel mereka berisik," ucap Nola sambil memperhatikan gerombolan geng Axa yang sedang berfoto di tengah lapangan. "Gak mampu bayar studio mahal, foto di lapangan!" Kesal Nola.
Tak lama, ada Reynand si ketua Voli datang kearah lapangan kelas 11 dan sontak geng Axa pun mulai mencari perhatian kepada segerombol orang-orang yang turut berjalan di belakanv Reynand. Ada Ben, David, Kin dan beberapa orang lainnya.
Nola yang melihat David ada di depan matanya, ia langsung berjalan ketengah lapangan sambil menarik tangan Cleo.
"Ada pacar lo, sama pacar gue," kata Nola.
"Pacar aku, Kin. Pacar kamu siapa?" Tanya Cleo yang sedikit bingung.
"Yayang David."
Cleona memutar bola matanya malas. Cleo yang berkontak mata dengan Kin sedikit tersenyum kecil kearahnya, namun wajah Kin datar-datar saja.
Cleo mengerutkan dahinya, ada apa dengan Kin? Kenapa ekspresinya seperti itu?
Mereka pun berkumpul dan memulai permainan yang sudah di jelaskan oleh Reynand kepada mereka. Cleo yang tidak fokus sedari tadi, ia langsung bingung tatkala namanya di panggil untuk memulai permainan. Apalagi Cleo melihat Kin sedang mengajarkan salah satu anggota geng Axa dengan sangat romantis menurutnya.
"Ayo, Cle. Di pukul aja bolanya," kata Argi yang tau jika dirinya kebingungan. Cleo pun mengangguk dan memukul bola Voli itu, dan untungnya bola itu melewati net.
Tanpa sepatah kata pun Cleona meninggalkan lapangan. Ia sudah tidak peduli dengan absennya saat ini. Ia sudah tidak peduli dengan Kin yang sedang di kelilingi oleh perempuan - perempuan itu.
Cleona berjalan kearah kelasnya yang kosong untuk mengambil baju seragamnya di dalam loker. Sepertinya ia tidak enak badan hari ini, tulangnya serasa remuk sejak pagi, apalagi matanya terasa sangat panas saat ini. Lebih baik ia berjalan ke UKS untuk beristirahat sebentar, agar pikiran, tubuh, dan hatinya sedikit membaik.