11. L(Over)

1233 Kata
Jam menunjukkan pukul 3 sore, namun belum ada tanda-tanda Cleona akan bangun dari pingsannya. Sejak tak sadarkan diri di hadapan Kin, Cleona di bawa menuju rumah Kin untuk di periksa oleh sang ayah. Alhasil, Cleona sekarang berada di kamar tamu rumah Kin.  Ada rasa bersalah dalam diri Kin karena memarahi Cleona yang sedang sakit. Kin merasa sangat gagal kali ini, dan ia memang mengakui bahwa akhir-akhir ini, dirinya dan Cleona kurang berkomunikasi karena kesibukannya.  Sudah 4 jam, Kin terus menunggu Cleona untuk sadar. Ia terus mengusap tangan Cleona, berharap kekasihnya itu akan tersadar.  "Kin? Makan dulu, sayang. Ibu sudah siapkan di meja makan," ucap Neylalia, ibunda dari Kin.  "Nanti aja, Bu," kata Kin yang tak ingin meninggalkan Cleona.  "Ayo, ibu temani kamu makan. Kalau Cleona bangun dia pasti panggil nama kamu kok, pintunya di buka aja." Kin kembali memperhatikan wajah Cleona yang damai. Ia pun mengangguk dan bangun dari duduknya, lalu keluar dari kamar tamu untuk makan dan membersihkan dirinya.  ..... Jari-jari tangan dan kaki perlahan bergerak, matanya berkedut, dan membuka secara perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Satu hal yang Cleona lihat pada saat terbangun, yaitu seekor kucing berwarna putih yang sangat lucu sedang duduk memperhatikan dirinya.  Cleona tersenyum, dan mencoba memanggil nama kucing itu. "Ola ...."  Kucing putih bernama Ola itu, mengedipkan matanya dua kali, lalu pergi dengan cepat keluar dari kamar.  Cleona tersadar, jika dirinya sedang berada di rumah Kin. Ia pun mencoba untuk bangun dari tidurnya. Cleona merasakan kepalanya sangatlah sakit, ia tidak lagi melihat infus di tangannya, namun ada sebuah perban menempel disana, Cleona yakin, itu adalah luka bekas mencabut paksa infusnya tadi.   "Ah, kenapa kepala aku sakit banget sih?" Cleona meringis merasakan kepalanya yang sakit.  Ia melihat di sekitarnya, ada tas sekolahnya di sana dan ia terkejut melihat bajunya yang sudah tergantikan dengan piyama berwarna biru muda. Cleona masih ingat tadi di sekolah ia masih menggunakan seragam. Siapa yang sudah menggantikan dirinya pakaian ini? Ola, si kucing putih itu kembali datang menghampiri Cleo dengan Kin yang berada di belakangnya.  "Cleo?" Cleona tak tau harus berbicara apa, dia hanya tersenyum singkat. Ia masih teringat hal yang terjadi sebelum dirinya di sini. Kin yang mengajarkan voli dan Kin yang berdebat dengan dirinya.  Kin berjalan menghampiri Cleo, dan duduk di samping Cleona. Cleona yang tau Kin akan duduk di sebelahnya, ia pun sedikit menjauh. Ia masih sangat kesal dengan Kin. Dan niatnya sekarang ini adalah, pergi dari sini untuk pulang ke rumahnya.  "Sayang?" Panggil Kin pelan sambil mencoba mengusap rambut Cleo. Cleo tidak menjawab ataupun menolak perlakuan Kin, ia hanya terdiam.  Kin cukup mengerti kenapa Cleona seperti ini, memang salahnya sendiri. "Cle, kata ayah kamu kecapean. Kamu kurang minum air putih makanya kenapa tadi kamu di infus di sekolah." "Kemana ayah kamu? Aku mau berterimakasih." Cleona mencoba bangun dari tidurnya, namun Kin menahan.  "Ayah pergi ke klinik. Kamu mending istirahat, kamu kurang istirahat." "Tiap hari juga aku istirahat. Aku diem di rumah." "Iya, kamu diem di rumah. Tapi pikiran kamu nggak bisa diem. Kamu terus mikirin hal yang enggak penting, itu bisa ganggu kesehatan kamu juga. Dan sekarang kamu pasti sakit kepalakan?" Di hati Cleona, ada sedikit rasa hangat melihat Kin yang banyak bicara seperti ini. Ingin rasanya Cleo memeluk Kin dengan erat. Ia ingin sekali menyandarkan tubuhnya yang lemah ini kepada Kin.  "Kamu bisa bangun pelan-pelan. Aku takut, kenapa kamu tiba-tiba pingsan. Maaf untuk tadi," ucap Kin tulus sambil menatap mata Cleona.  Cleona si anak cengeng, yang di tatap seperti itu tiba-tiba mengeluarkan air matanya tanpa sebab dan berujung menangis. Kin yang sudah tau Cleona bagaimana, ia pun membantu Cleo untuk duduk bersandar.  "Udah, sayang. Jangan nangis, aku minta maaf ...."  Kin membawa Cleona ke pelukannya. Seakan Kin tau isi hati Cleo bagaimana.  Di peluk seperti itu, tangis Cleo menjadi. Akhirnya ia merasakan sedikit kelegaan di hatinya ketika bersandar di d**a Kin yang bidang itu.  Inilah alasan mengapa Cleo tidak ingin melepas Kin dari hidupnya. Ia merasa nyaman dan aman ketika berada di dalam dekapan seorang Kin.  "Maaf, sayang," ucap Kin sambil mengusap rambut Cleo dengan lembut.  Ola terduduk manis melihat majikannya yang sedang berbagi kasih. Dengan matanya yang sangat lucu, Ola memperhatikan Kin dan Cleo yang sedang berpelukan sambil sesekali menggoyang-goyangkan ekornya kearah kanan dan kiri.  "Cleona? Sudah bangun?" Tanya Neylalia yang datang dengan sebuah nampan berisi satu mangkuk bubur dan air putih.  Neylalia, ibu dari Kin, sudah tau asal usul Cleona, pacar dari anaknya itu. Neylalia suka dengan Cleona karena baik, manis dan sopan santun. Ia pun sudah menganggap Cleona sebagai anaknya sendiri.  Cleo yang mendengar suara Neylalia itu pun dengan cepat melepaskan pelukan Kin. "Ah, ibu ... Gak tepat banget waktunya," ucap Kin dengan kesal.  Neylalia pun tersenyum manis, dan Cleo sibuk mengusap air matanya. "Tante, maaf aku bikin repot," kata Cleo dengan suara sehabis nangis. Neylalia mengusir anaknya yang sedang duduk di sebelah Cleona, karena ia ingin duduk di sana. Neylalia mengusap lengan Cleo dengan lembut. "Tidak apa-apa, Cleo. Kenapa kamu bisa sakit? Pasti kecapean ya?"  "Dari rumah enggak ngerasa lagi sakit, Tan. Dan enggak tau kenapa tiba-tiba jadi kaya gini." "Kalau Kin berulah cubit aja. Enggak akan Tante larang. Atau kamu kaya gini, gara-gara, Kin? Iya?" "Enak aja, Bu. Aku yang nyelamatin dia." "Terus kenapa bisa Cleona nangis? Pasti gara-gara kamukan?"  Kin terdiam karena tidak tau harus jawab apa. Tanpa menjawab ia menggendong Ola dan berjalan keluar kamar.  "Kin itu anaknya memang gengsian. Kamu liatkan sikapnya gitu? Tadi dia nungguin kamu beberapa jam di sini. Mukanya cemas banget, eh sekarang malah tiba-tiba kabur kaya gitu," ucap Neylalia yang bercerita dengan Cleona.  Cleona tersenyum mendengar Neylalia bercerita. Ia bersyukur bisa bertemu orang-orang baik di sini, walaupun ia hidup tanpa kedua orangtuanya.  Neylalia mengambil mangkuk yang tadi ia bawa. "Tante suapi kamu ya. Tante pengen banget punya anak cewek. Tapi Kin gamau punya adik lagi." Neylalia memberikan suapan pertama kepada Cleo dengan sangat lembut.  "Terimakasih, Tante," kata Cleo tulus sambil menerima suapan itu.  "Kalau kamu tertekan gara-gara sikap Kin, kamu boleh bilang sama Tante. Biar Tante kasih ceramah sama dia."  "Enggak, Tan. Kin baik sama aku, baikk ... Banget."  'Kin baik, tapi hatinya masih kekanak-kanakan. Sampai-sampai ia tidak tau mana prioritasnya' Mereka berdua bercerita sambil sesekali tertawa. Dengan Neylalia yang menyuapi Cleo untuk mengisi perutnya. Dari arah luar, sedari tadi Kin mendengarkan mereka berbicara. Kin pun tersenyum, ia bersyukur bisa memilih Cleona perempuan yang sangat di terima dengan baik oleh keluarganya.  "Asik banget ceritanya. Sampe lupa yang mana anaknya," ucap Kin yang datang dan duduk di sofa bersama Ola. Neylalia pun berbicara. "Ibu pengen banget cepet-cepet Cleo jadi mantu Ibu. Kin, jagain pacarnya nanti diambil orang." Cleona yang mendengar Neylalia berbicara seperti itu. Wajahnya berubah menjadi merah. Ia tak menyangka jika Neylalia berbicara seperti itu. Di terima dengan baik di keluarga Kin saja sudah sangat cukup baginya. "Ibu kalau ngomong jangan langsung terus terang. Liat tuh, mukanya udah kaya kepiting rebus, merah banget. Hahaha ...."  Cleo membesarkan bola matanya ke arah Kin yang sedang tertawa. Ia sedikit meringis karena malu. "Di minum, Nak," ucap Neylalia yang memberikan Cleona gelas.  "Kin, jangan di goda terus pacarnya. Kasian."  "Ibu yang ngegoda dia tuh, kasian banget, Bu."  Neylalia tersenyum lebar sambil mengusap kepala Cleo. "Jadi anak baik ya, Nak. Harus tetep semangat." Ibu dari Kin itu pun pergi setelah mengucapkan kata itu.  "Makasih banyak, Tante," balas Cleo sambil tersenyum tulus. "Ekhem, aku yang dari tadi ngerawat enggak di kasih senyum kaya gitu," sindir Kin sambil memeluk Ola.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN