Malam harinya, tepat pukul 8 malam. Cleona diantarkan pulang oleh Kin menuju rumahnya. Dengan berbagai pendapat antara Kin, dan Neylalia yang menyuruh Cleona untuk menginap di rumah mereka, namun akhirnya Cleona memutuskan untuk pulang ke rumah.
Dengan berat hati, Neylalia mengantarkan Cleona menuju mobil yang di dalamnya sudah ada Kin.
"Kamu sering-sering main ke sini. Tante bakalan seneng. Apalagi kalau kamu mau tinggal di sini," ucap Neylalia sambil menggandeng Cleona.
Cleona tersipu malu mendengar ucapan Neylalia yang menurutnya sangat berterus terang. "Rumahku enggak ada yang isi, Tante. Aku lebih baik pulang. Terimakasih banyak, Tan. Sampaikan salamku ke Om Jovan," kata Cleona dan mencium tangan Neylalia.
"Iya, Nak. Nanti Tante sampaikan. Hati-hati di jalan." Cleona mengangguk dan masuk kedalam mobil.
"Kin, bawa mobil pelan-pelan. Hati-hati," ucap Neylalia kembali.
"Iya-iya, Bu. Dari tadi ngomong terus," ucap Kin yang sedikit kesal karena ia tidak bisa berduaan dengan Cleona, sebab Neylalia selalu ada di dekat mereka.
"Kak Kin, nada bicaranya," ingat Cleona yang ingin sekali tertawa melihat ekspresi wajah Kin yang murung.
Cleona belum menutup pintu mobil, sebab Neylalia masih menunggu di sana. "Kin, ingat, hati-hati. Jangan ngebut-ngebut."
"Iya, Ibu ... Kapan aku berangkatnya, Ibu ngomong terus."
Neylalia tersenyum, Cleona pun ikut tersenyum. "Bu, aku pamit ya. Selamat malam, Bu."
Neylalia melambaikan tangannya, dan membantu Cleona menutup pintu mobil. Mobil yang berisi Kin dan Cleona itu pun pergi dari pekarangan rumah Kin yang cukup besar itu.
"Kamu beneran mau pulang?" Tanya Kin membuka obrolan.
"Iya, Kak. Ini aku udah di dalam mo ...."
Belum sempat Cleona menyelesaikan ucapannya, mobil yang di kendarai Kin, berhenti begitu saja. Cleona pun melihat keadaan sekitar, kenapa Kin memberhentikan laju mobilnya.
Kaca sisi kanan pun terbuka, muncullah sosok gadis tinggi, yang memakai baju tidur sedang tersenyum melihat wajah Kin yang juga ikut tersenyum.
"Hai, kamu mau kemana?" Tanya gadis itu sambil mengusap lengan Kin yang Kin sandarkan pada sisi kaca.
"Mau antar Cleona."
Cleona mendengar suara Kin, ia tidak ingin memperhatikan interaksi antara mereka. Mood yang tadinya naik tinggi, tiba-tiba terjatuh begitu saja.
"Ouh, antar dia. Oke deh hati-hati. Emm ... Nanti pulangnya tolong ke rumah dulu ya, aku mau minta bantuan."
Tanpa sebab mata Cleona sudah panas ingin mengeluarkan air matanya. Selesai gadis itu berbicara, Cleona sudah tidak mendengar Kin menjawab. Yang ia sadari, Kin hanya menutup kembali kaca mobilnya, dan meneruskan perjalanan mereka.
Cleona baru tersadar, bahwa Kin bertetanggaan dengan Levy, sahabat mereka dulu. Cleona ingat sekali bagaimana masa traumanya berkenalan dengan Levy. Suatu ketika Cleona pernah di dorongkan ke sebuah kali kering yang berisi batu-batu sedang yang sangat tajam, setelah Levy berhasil mendorongnya Levy langsung pergi begitu saja tanpa membantunya. Cleona yang di dorong kedalam kali itu, hanya bisa bangun dengan tertatih sambil menangis karena lutut dan tangannya mengeluarkan darah yang cukup banyak.
"Cle?"
"Cleona?"
"Sayang?"
Cleona tidak mendengar Kin memanggil namanya. Ia terhanyut dalam ingatannya. Cleona baru tersadar, karena Kin memegang tangannya. Di rasa ada air mata yang menetes di pipinya, dengan cepat Cleona mengusap air mata itu.
"Hm? Kenapa?" Tanya Cleona mencoba untuk baik-baik saja.
Tangan kiri Kin, ia gunakan untuk mengusap tangan kanan Cleona. Dan satunya lagi, ia gunakan untuk mengendarai stir mobilnya.
"Aku tau kamu mikirin tadikan?"
Cleona tidak menjawab, ia melihat mereka akan keluar dari komplek menuju jalan raya. Saat ini, perhatiannya menuju kearah bapak tukang parkir yang berada di sebelah jendelanya. Ia pun dengan cepat mencari dompetnya di dalam tas, dan mengeluarkan uang dua lembar yang berwarna merah untuk memberikan kepada bapak tersebut.
"Terimakasih, Non," ucap bapak itu sambil tersenyum, Cleona pun ikut tersenyum dan kembali menutup kaca mobil.
Kin yang melihat sikap Cleona, ikut tersenyum kecil. Kin salut kepada Cleona karena selalu menunjukkan sisi terbaik dirinya kepada orang lain. Ia pun mengusap kepala Cleona dengan lembut.
"Baik banget, pacar aku."
Cleona yang baru mendengar Kin berbicara seperti itu, ia pun berbicara. "Kak Kin, lebay."
Kin sedikit tertawa. "Bukan lebay. Memuji itu baik."
"Aku enggak suka di puji."
"Iya, sayang."
"Emm ... Yang cepat, Kak bawa mobilnya. Kamukan punya janji."
Kin mengerti kemana arah pembicaraan Cleona. "Kamu jangan negatif. Pulang anterin kamu, aku mau langsung ke studio."
"Bareng dia?" Tanya kembali Cleona.
"Dia? Dia siapa, sayang ...."
"Itu, gebetan kamu yang ke dualah," kata Cleona.
"Oh, ternyata dia gebetan aku yang kedua. Akhirnya punya pacar dua," ucap Kin dengan nada senang, bermaksud menggoda Cleona.
"Tuh kan! Kak Kin enggak bisa di ajak bercanda. Jadi selama ini bener? Kamu punya pacar dua? Udah aku bilang, jangan mau pacaran sama aku. Aku jelek, nyebelin, gendut, gak lucu, gak asik, gak cantik ...."
Cleona tidak bisa melanjutkan ucapannya karena sibuk mengusap air mata yang tiba-tiba keluar begitu saja. "Eh ... Eh kok nangis, sayang? Aku bercanda Cleona ... Pacar aku cuma satu, cuma Cleona. Udah ya, jangan nangis ...."
Kin menepikan mobilnya, ia tidak ingin menyakiti kembali perasaan Cleona. Kin membawa Cleona kedalam pelukannya. Ia sangat sayang sekali gadis ini, walaupun sangat sulit untuk menunjukkan yang terbaik.
"Bukan maksud aku seperti itu, sayang. Aku sayang kamu, kamu baik, cantik, apalagi yang ganggu pikiran kamu?" Kin mengusap punggung Cleona dengan lembut untuk menenangkan tangis Cleona.
"Aku udah banyak salah seharian ini. Maaf ya, mulai saat ini aku coba buat fokus sama kamu. Aku sayang sama kamu, dan enggak ada niatan apapun untuk berpaling dari kamu, sayang."
Kin si laki-laki dingin, yang tidak banyak berbicara itu, hanya luluh dan banyak sekali berbicara kepada Cleona dan orang tuanya. Saat ini, Kin merasakan Cleona membalas pelukannya, tangan Cleona melingkar di perut Kin dengan sangat erat.
"Aduh ... Anget," ucap Kin yang langsung mendapat pukulan tangan di punggungnya.
"Hahaha ... Bercanda, sayang."
.....
Dengan beberapa drama dan waktu yang sedikit terbuang, akhirnya mereka sampai di depan rumah Cleona yang cukup gelap. Kin membukakan pintu mobil untuk Cleona. Ia pun mengantarkan Cleona masuk kedalam rumah.
Sesudah memasukkan PIN, pintu rumah Cleona pun terbuka. Ia membantu Cleona untuk menyalakan semua lampu yang ada di dalam rumahnya.
"Kamu langsung masuk kedalam kamar, dan ganti baju. Aku di dapur," ucap Kin yang mengantar Cleona ke depan pintu kamar.
"Iya, Kak. Aku bersih-bersih dulu." Cleona pun masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintu itu.
Kin berjalan menuju dapur, menyiapkan roti dan obat untuk Cleona. Kin dapat merasakan kesepian berada di rumah ini. Cleona cukup hebat menurutnya, ia tidak pernah menunjukkan keluhan kepada dirinya. Sesekali mungkin, tapi tidak sering.
Kin mendengar suara pintu kamar Cleona terbuka. Ia pun membawa roti dan obat itu menuju kamar Cleona.
"Boleh aku masuk?" Tanya Kin.
"Iya, Kak."
Kin pun masuk, ternyata Cleona sedang menyisir rambutnya.
"Dimakan, Cle."
Cleona melihat Kin membawa roti. "Kok ada roti? Perasaan aku enggak beli deh."
"Dari Ibu, buat ganjel perut sebelum minum obat. Sekarang kamu makan dulu rotinya, aku tunggu." Kin memberikan 2 potong roti kepada Cleona.
Cleona pun memakannya dengan baik. "Kak Kin, ngapain liatin aku sih, sana liat sana," ucap Cleona yang salting.
"Memangnya kenapa? Enggak boleh?"
Cleona merasa terganggu karena Kin terus memperhatikan dirinya. Apalagi dengan tatapan yang sangat serius.
"Kak ... Aku enggak jadi makan nih," kesal Cleona.
Kin tertawa melihat tingkah Cleona yang lucu. "Iya, sayang. Grogi banget di liatin cowok ganteng." Kin menjauh dari Cleona dan duduk di sofa sambil menyalakan televisi.
"Mana ada cowok ganteng."
"Jadi aku enggak ganteng?" Tanya Kin.
"Kak? Sejak kapan sih kamu bisa narsis kaya gitu?"
"Entah, diajarin Ben," katanya dengan polos.
Cleona tertawa melihat Kin yang sikapnya selalu ada-ada saja. "Perlu aku kasih tau Kak Ben. Jangan ajarin kamu yang aneh-aneh."
Selesai dengan urusan meminum obatnya, Cleona merebahkan badannya yang sedikit pegal.
"Sayang, aku ke studio dulu ya. Ben udah nunggu dari sore."
"Lah, kenapa baru jam segini kamu datangnya?"
Tanpa menjawab, Kin hanya menaikkan bahunya dan tersenyum kecil. "Kak Kin, ada-ada aja."
"Kamu langsung tidur. Inget, jangan mikirin aneh-aneh. Aku langsung ke studio dan tidur di sana. Besok enggak perlu sekolah."
"Aku mau sekolah. Aku udah sembuh, Kak."
"Yaudah, besok aku pasti jemput kamu. Sekarang tidur," ucap Kin yang membantu Cleona menutup tubuhnya dengan selimut.
"Pagi jangan lupa sarapan dan di minum vitaminnya. Kamu enggak perlu anterin aku ke bawah."
"Iya, Kak. Terimakasih banyak."
"Lampu bawah biar aku yang matiin, kamu tidur aja sekarang, okey? Aku pulang, Cle." Kin mengusap kepala Cleona dan menyalakan lampu tidur, lalu mematikan lampu utama kamar Cleona.
"Hati-hati, Kak Kin."
"Iya, sayang. Selamat malam, Cantik." Kin pun menutup pintu kamar Cleona.
Cleona tersenyum senang mendengar suara Kin yang mengucapkan selamat malam pada dirinya. Tak lama, Cleona mendengar suara deru mobil yang menjauh dari rumahnya. Kin sudah berangkat, waktunya ia beristirahat.