Hari ini adalah hari Minggu, sekolah libur, namun pagi-pagi sekali Cleona sudah keluar rumah untuk berolahraga di sekitar jalanan rumahnya.
"Yuk kita kurus yuk," ucapnya untuk menyemangati dirinya sendiri.
Cleona melakukan sedikit pemanasan di depan gerbang rumahnya. Dari mulai menggeleng-gelengkan kepala, menggerak-gerakkan tangan, hingga memutar-mutar pergelangan kakinya. Agar otot-otot di dalam tubuhnya tidak tegang saat ia berolahraga. Usai merapikan ikatan rambutnya, ia pun memulai olahraga pagi ini.
Udara yang sangat sejuk membuat mood Cleona menjadi baik. Ada beberapa orang yang berlalu-lalang di sekitarnya, mereka pun melakukan hal yang sama, yaitu berolahraga.
Sesekali Cleona menyapa para tetangganya, dan di balas baik pula oleh mereka. Tujuannya saat ini adalah menuju jogging track yang sudah di sediakan di taman kompleknya.
Beberapa menit kemudian, Cleona sudah sampai di jogging track itu. Tidak banyak orang, karena ini masih sangat pagi. Cleona beristirahat sebentar karena merasakan napasnya sangat berat akibat terlalu bersemangat.
"Huh ... Huh ... Huh ...."
Berkali-kali ia melatih napasnya agar bisa kembali normal. "Huh ... Akibat jarang olahraga ini. Huh ...."
Di rasa ia butuh istirahat, Cleona pun mencari tempat duduk yang bersih untuk rehat sejenak.
Setelah menemukan tempat duduk yang bersih, Cleona membuka botol minumnya dan meminum air yang sudah ia bawa dari rumah.
Terlintas di dalam benak Cleona, apakah Kin sudah terbangun? Sedikit penasaran yang bercampur rindu, ia pun mencoba membuka ponselnya untuk mengirimkan beberapa pesan untuk Kin.
"Ah, yang semalem aja belum di bales," ucap Cleona yang melihat isi w******p-nya.
"Emm ... Tapi enggak apa-apa deh, aku chat lagi aja," katanya yang kembali memutuskan untuk menanyakan kabar Kin.
Setelah mengetikkan beberapa pesan, akhirnya pesan itu memiliki tanda centang dua. Namun belum di baca.
"Kayanya dia ada di studio deh. Kasian banget, beberapa hari ini dia terus ada di studio," gumam Cleona.
Cleona mematikan ponselnya, karena Kin sepertinya tidak akan membalas pesannya di jam seperti ini. Apalagi semalam Kin bilang dirinya sedang mengedit dengan beberapa teman timnya.
Cleona memilih untuk melanjutkan olahraganya yang tertunda. Cleona memutuskan untuk pulang di jam 06:30 itu artinya masih ada waktu 30 menit berolahraga.
....
"Haahh ...."
"Udah, sana lu tidur aja. Nguap terus," ucap Kin menyuruh Ben untuk beristirahat.
Ben menggeleng dengan mata yang sudah sedikit tertutup. "Enggak, nanti gaji gua di potong lagi."
"Hm, masih mikirin gaji aja lu."
"Gua masih butuh uang buat beli obat," ucap Ben yang kembali dengan komputer di hadapannya.
Kin menepuk pundak Ben yang mengerti keadaan. Kin mengerti jika Ben harus membiayai adik perempuannya yang terkena penyakit kanker. Ayah Ben sudah meninggal sejak dirinya di sekolah dasar, dan ibunya hanyalah seorang pegawai swasta.
"Semangat-semangat!" Kata Ben menyemangati dirinya dan Kin.
Mereka sedang mengedit foto yang mereka ambil di desa waktu itu. Masih ada 4 memori yang harus mereka edit dan di selesaikan lusa.
Studio yang memiliki nama LAA potret itu di dirikan oleh ayah dari seorang teman lama Kin, yang kini temannya itu sedang berkuliah di luar negeri. Mereka bekerja di sini dengan beberapa tim. LAA potret memiliki studio pusat yang berada di Singapura. Di Indonesia, LAA potret ini hanya cabangnya saja. Walaupun hanya sebuah cabang, klien yang berdatangan hampir semua dari perusahaan-perusahaan besar.
Kin melihat jam yang menggantung di dinding, jam 10 pagi. Namun pekerjaan ia masih sangat banyak. Apalagi kini Ben ternyata sudah tertidur nyenyak di atas sofa.
Kin bisa saja menyerahkan pekerjaan ini ke tim lain, namun ia merasa pekerjaan ini adalah tanggung jawab dirinya. Sudah beberapa hari belakangan ini, Kin kurang tidur dan selalu bergadang karena pekerjaannya. Kemarin, ia hanya bisa bekerja seusai pulang sekolah, itu yang menjadikan pekerjaannya sedikit tertunda.
Di tengah jari-jarinya sedang menari diatas komputer, seorang satpam masuk memberitahu kepada Kin bahwa ada tamu di bawah untuk bertemu dengannya.
"Iya, Pak. Saya turun. Terimakasih," ucap Kin kepada bapak satpam itu.
Kin meninggalkan pekerjaannya, dan berjalan menuju tangga. Ia merasakan sedikit pening di kepalanya akibat kekurangan tidur dan selalu berada di depan komputer.
Kin terkejut melihat Cleona yang sedang tersenyum kecil kearahnya. Ia pun membalas senyum Cleona sambil duduk di hadapan Cleona.
"Hai, ada apa?" Tanya Kin.
"Emm ... Enggak ada apa-apa. Hehehe ... Aku cuma mau anterin kamu makanan aja. Pasti kamu belum makankan? Terus sambil mau liat kamu," jawab Cleona sambil tersenyum senang, Kin pun menjadi ikut tersenyum.
Kin melihat Cleona membawa dua buah kotak bekal berwarna biru dan pink di hadapannya.
"Kaya nyiapin bekal anak TK aja."
"Hehehe ... Habisnya aku cuma punya warna kotaknya kaya gitu aja."
"Iya, sayang. Terimakasih ya," ucap Kin yang menerima bekal dari Cleona dan membukanya.
"Oh iya," ucap Cleona sambil membuka tasnya. "Aku bawain kamu vitamin A dan C biar tetep Vit. Kamu minum ya ...."
Kin menaikkan alisnya. "Buat apa?" Tanya Kin.
"Buat kamu minum, Kak. Kamukan suka begadang akhir-akhir ini. Mata kamu tuh udah merah, baju lusuh, kurang semangat. Mending kamu tidur dulu deh, dari pada pingsan," kata Cleona dengan nada khawatir.
Kin sedikit tertawa karena melihat tingkah Cleona yang menggemaskan. "Kamu berlebihan."
"Yaudah aku pamit ya, Kak." Cleona bangun dari duduknya.
Belum sempat melangkah, Kin sudah menahan Cleona untuk kembali duduk. "Duduk," ucapnya sambil berpindah duduk di samping Cleona.
"Aku mau pamit takut ganggu kerjaan kamu."
Kin memberikan sendok yang sudah di sediakan di sana kepada Cleona. "Suapin," ucap Kin santai sambil menyandarkan tubuhnya yang lelah ke sofa.
Cleona tersenyum, dan dengan senang hati ia menyuapi Kin. "Kamu yang masakkan?" Tanya Kin sebelum menerima suapan pertama dari Cleona.
"Iya, Kak. Aku yang masak, terus kalau bukan aku siapa?"
"Enak. Aku suka," kata Kin setelah menghabiskan makanan yang ada di mulutnya.
"Makasih, Kak." Cleona tersenyum senang karena masakannya di puji oleh Kin.
"Kamu suka ini?" Tanya Cleona yang memperlihatkan brokoli.
"Aku pemakan semuanya," jawab Kin cepat.
Kembali Cleona menyuapi Kin dengan perlahan. Ia sangat menikmati kegiatan seperti ini bersama Kin. Ayam goreng, tumisan sayur, beserta beberapa lauk sederhana lainnya menemani kebahagiaan mereka.
Cleona tertawa tanpa suara karena melihat Kin mengunyah makanannya sambil tertidur, persis seperti anak kecil. "Kak? Kamu mau tidur atau mau makan?" Tanya Cleona lembut.
Kin membuka matanya. "Mau makan," jawab Kin yang membenarkan posisi duduknya lebih tegak.
"Kamu pasti capek bikin makanan sendirian," kata Kin.
"Aku suka masak. Jadi sudah terbiasa, Kak. Oh iya, tadi pagi aku w******p kamu, tapi enggak di balas."
"Oh ya? Aku lupa simpen handphone. Dimana ya?" Tanyanya sambil berpikir.
"Masa kamu lupa? Berarti kamu lupa aku dong," keluh Cleona.
"Bukan gitu, sayang. Aku udah ngasih kamu kabar kalau aku ada di studio. Maaf ya bikin kamu nunggu," ucap Kin sambil mengusap kepala Cleona.
"Iya, Kak." Cleona kembali memberikan Kin suapan, sampai satu kotak bekal itu habis. Tak lupa Cleona pun memberikan Kin minum yang ia bawa pula.
"Kak, emm ...."
Kin menyelesaikan minumnya. "Kenapa, sayang? Ngomong aja, jangan takut," ucap Kin yang sudah tau, jika Cleona ingin berbicara tapi sedang ketakutan.
"Aku dapat email dari pa-papa," ucapnya dengan pelan, Cleona menahan perasaannya agar tidak menangis.
"Kapan?" Tanya Kin. Untuk menenangkan Cleona, ia memegang tangan Cleona.
"Waktu dua hari yang lalu. Aku baru sempet buka email semalam."
"Mau kamu balas?" Tanya Kin lembut.
Cleona menggeleng pelan. "Buat apa aku balas? Hampir 2 tahun dia baru ngasih kabar. Dan sepertinya dia pakai email perusahaan."
"Sayang, semua keputusan ada ditangan kamu. Terserah kamu mau balas pesan itu atau enggak. Yang harus kamu ingat, bagaimana pun, dia masih orang tua kamu."
Cleona mengangguk. "Biar aku kumpulin keberanian aku, Kak."
Kin mengangguk, dan mengusap kepala Cleona yang sudah menjadi kebiasaannya. "Anak baik ...."
Setelah mengucapkan itu, Kin merebahkan tubuhnya di atas sofa yang menjadikan kaki atas Cleona menjadi bantalan kepalanya.
"Aku mau tidur. Kamu jangan kemana-mana," ucap Kin yang sudah menutup matanya.
Cleona mengangguk dan tersenyum. Beberapa menit, Kin sudah mendengkur pelan. Cleona mengusap wajah Kin yang sangat tampan itu. Ia sayang sekali laki-laki ini, berharap Kin adalah takdirnya.