14. L(Over)

1247 Kata
Malam harinya, setelah tadi pagi ia bertemu dengan Kin. Kini Cleona sedang duduk berhadapan dengan laptopnya yang menyala.  Seperti yang pagi tadi ia ceritakan kepada Kin, bahwa ayahnya mengirimkan sebuah pesan email kepada Cleona. Ia ragu untuk menjawabnya atau tidak. Sebab sudah dua tahun belakangan ini, ayahnya baru menghubungi dirinya.  "Maaf, papa. Bukan maksud aku durhaka. Aku hanya tidak ingin berharap lebih," ucap Cleona sambil mencoba menahan agar tangisnya tidak keluar.  Berpuluh-puluh menit, laptop itu hanya menampilkan isi sebuah email. Pesan yang singkat namun sangat menggangu perasaannya. Cleona belum berani untuk membalas pesan itu, takut jika ia membalas pesan itu, dan tidak ada balasan kembali kepadanya. Saat ini, Cleona tidak ingin berharap lebih kepada kedua orangtuanya.  Email ini adalah email yang sama, pada saat uang masuk kedalam rekeningnya setiap bulannya. Bahkan satu minggu sekali, dengan jumlah yang cukup besar.  "Andai ... Papa tau, yang aku butuhkan sekarang itu bukan uang, bukan rumah, bukan perhiasan atau mobil, atau bahkan pesan singkat seperti ini. Aku enggak butuh seperti ini, aku hanya butuh pelukan dari, papa. Aku kangen papa." Tangisnya sudah tidak bisa Cleona bendung. Mengapa hidupnya harus sesepi ini. Ia tidak punya nenek kakek ataupun saudara ayah ibunya. Cleona tidak punya itu semua.  Tangis tanpa suara menyesak-kan dadanya. Sangat-sangat sakit, kembali berada di posisi seperti ini. Luka yang Cleona coba pulihkan kini kembali terbuka, bahkan bertambah. Tentang ibunya yang berada di negri sebrang, pun sama. Tidak ada pesan setiap harinya, tidak ada kabar setiap bulannya. Hanya ada uang yang kembali masuk kedalam rekeningnya. Bahkan, Cleona harus membuat fake akun di i********:, agar bisa melihat ibunya walaupun hanya dari sebuah postingan.  Rindu, pasti. Sayang, Cleona sangat sayang dengan mereka. Kecewa, tentu, tapi jika mereka datang dan menghampiri Cleona saat ini, dan kembali memulai kehidupan keluarga mereka dari awal, Cleona akan terima itu semua. Tapi kenapa orang tuanya tidak pernah mengerti apa yang Cleona rasakan beberapa tahun belakangan ini.  "Aku sayang kalian. Aku sayang ... Sekali, tapi kenapa kalian enggak ngerti aku?"  "Aku masih kecil, dulu. Aku yang masih terima kalian tinggal pergi di dalam rumah sebesar ini dan di titipkan kepada orang yang aku enggak kenal, aku masih menjalani semuanya. Dulu, aku menunggu penjelasan kalian untuk bisa menenangkan hati dan diri aku, tapi ... Apa yang kalian perbuat? Kalian hilang begitu saja, dan satu tahun kemudian papa baru ngasih kabar kalau aku harus bisa hidup sendiri. Dimana? Dimana rasa tanggung jawab kalian?!"  Ingin sekali Cleona menghancurkan seluruh isi kamar saat ini juga. Rasa marah, kesal, rindu, hancur, sakit bercampur aduk di dalam dadanya. Rasa sakit hatinya nyata, dadanya sakit, rongganya menyempit. Ingin rasanya Cleona tenggelam dari dunia ini.  "Aku mau kalian ... Hiks ... Papa ... Hiks ... Mama ... Hiks. Aku mau peluk kalian."  "Andai ... Tuhan kasih aku satu jam untuk bertemu dan berbicara dengan kalian di sini. Aku enggak akan buang waktu itu, aku akan peluk kalian. Seerat yang aku bisa ... Hiks aku rindu." Cleona tidak mampu lagi berbicara. Layar laptopnya sudah mati. Saat ini, ia bangun dan duduk di ujung kamar untuk menenangkan dirinya. Ia butuh ketenangan saat ini, ia tidak ingin pikirannya kacau dan moodnya tidak akan kembali.  .... "Mau kemana, lu?" Tanya Ben yang sudah melihat Kin bersiap-siap mengambil kunci motornya dan memakai jaket.  "Mau cari pacar baru!" Ucap Kin yang langsung berlari menuju tangga.  "Dasar, anak gak punya adab, lu," teriak Ben.  Saat ini jam menunjukkan pukul 9 malam. Kerjaannya untuk hari ini sudah selesai beberapa menit yang lalu. Saat ini, Kin berniat untuk pergi menuju rumah Cleona karena firasatnya buruk tentang pacarnya itu.  Kin melajukan motornya dengan cepat di jalanan yang kosong. Sebelum Kin sampai di rumah Cleona, ia mampir sebentar menuju mini market untuk membeli ice cream. Jaga-jaga jika mood Cleona sedang tidak baik.  Teringat tentang Cleona yang bercerita tentang pesan dari ayahnya, dan selanjutnya Kin tau Cleona akan seperti apa. Kin takut jika Cleona melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya, seperti beberapa tahun yang lalu, Cleona mencoba untuk menusukkan gunting ke dalam nadi tangannya. Untung dengan cepat Kin bisa menarik benda itu.  Sesampainya di depan rumah Cleona. Ia membuka garasi rumah Cleona dan menyimpan motornya di sana. Kin melihat rumah Cleona gelap gulita, seperti tidak ada kehidupan di sana. Pasti ada yang tidak beres.  Kin memasukkan PIN untuk masuk kedalam rumah Cleona. Pintu itupun terbuka, Kin sengaja tidak menyalakan lampu. Ia berjalan ke arah lantai dua menggunakan senter di ponselnya.  Sesampainya di depan kamar Cleona, ia tidak mendengar suara televisi atau apapun di kamar Cleona. Kin membuka pintu kamar Cleona dengan pelan. Gelap, itu yang Kin lihat dari kamar Cleona.  Tangan Kin meraba-raba untuk menyalakan lampu. Lampu pun menyala, betapa terkejutnya Kin melihat Cleona sedang terduduk dengan wajah yang di sandarkan di atas lututnya.  Kin sudah tau, hal seperti ini pasti akan terjadi. Kin menyimpan barang bawaannya di sofa, dan langsung menghampiri Cleona yang sangat terlihat lemas itu.  Kin membawa Cleona kedalam pelukannya. "Tenang ... Tenang ...."  "Tarik napas ... Buang ...."  "Ada aku di sini, sayang ...."  "K--kak ...." "Iya, udah jangan nangis. Kamu harus kuat lagi." Cleona sedikit tenang di dalam pelukan Kin. Untung saja Kin datang tepat waktu. Kalau tidak, emosi Cleona pasti meledak. Cleona tidak bisa membalas pelukan Kin, karena badannya sangat lemas.  "Kamu bisa bangun?" Tanya Kin, Cleona menggeleng.  Cleona tidak bisa bangun, dan Kin tidak bisa mengangkat Cleona. "Kita duduk, kamu bangun aku bantu." Kin membantu Cleona berdiri, dan menuntunnya untuk duduk di atas sofa. "Kamu pasti buka pesan, papa kamu?"  Sebelum bertanya, Kin sudah tau jawabannya. Karena ia melihat laptop yang terbuka di atas meja belajar Cleona. "Kita samperin papa mau?" Tawar Kin.  Cleona terdiam. Tapi otaknya berpikir, jika dirinya menghampiri ayahnya, Cleona tidak bisa menjamin keadaan yang akan berlangsung di sana. Bisa saja dirinya di usir, bisa saja dirinya tidak dianggap. Dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika mereka bertemu.  "Mau aku yang balas pesan papa kamu?" Tanya Kin hati-hati. Kini Cleona menggeleng. "A--aku hanya belum siap ..." Katanya dengan lirih.  Kin mengerti. Sangat-sangat mengerti keadaan Cleona. "Kalau kamu belum siap. Kamu harus mempersiapkan diri. Untuk saat ini, udah ... Kamu enggak usah sedih lagi." "Kamu jangan liatin aku, aku jelek," ucap Cleona yang menutup wajahnya menggunakan bantal.  Kin tersenyum kecil. Mood Cleona mulai perlahan membaik. "Kata siapa pacar aku jelek?" Kin membuka bantal yang menutupi wajah Cleona. "Pacar aku cantik kok." "Kalau mau cantik, enggak boleh banyak nangis. Nanti matanya jelek." Kin merapihkan tatanan rambut Cleona. Dan mengusap air mata yang masih membekas di wajah Cleona.  "Aku ambilin minum," ucap Kin yang beranjak untuk mengambil botol minum yang berada di atas meja.  "Di minum, sayang."  Cleona pun meminum air yang diberikan oleh Kin. Hatinya kini mulai tenang. Namun belum sepenuhnya. Masih ada pikiran-pikiran yang menggangu di otaknya.  "Kak Kin kok kesini?" Tanya Cleona yang suaranya sudah mulai normal.  "Emm ... Entah, aku punya perasaan buruk tentang kamu. Ternyata benar." Cleona tersenyum tulus di hadapan Kin. "Terimakasih, Kak. Sudah kembali menjadi alasan aku untuk lebih baik lagi."  Kin mengusap kepala Cleona. "Sudah menjadi tugas aku, sayang."  Kin memberikan satu kantong belanja ke hadapan Cleona. "Ini apa, Kak?" "Obat mood kamu," ucap Kin.  Cleona membuka kantong tersebut. Dan melihat ada beberapa ice cream, coklat, permen, dan makanan ringan lainnya.  "Di makan. Enggak ada kata diet. Oke?"  Cleona sedikit tertawa. Kin pasti saja berbicara seperti itu. Sepertinya Kin yang tidak tahu, seberapa besar perjuangan Cleona untuk menurunkan berat badannya. Namun, masih saja Kin mengganggunya. Ah, tidak apalah. Mungkin itu bentuk rasa kasih sayang Kin kepada Cleona, yang bisa menerima Cleona dengan apa adanya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN