Hamparan pasir putih yang lembut terbentang luas di pinggiran pantai. Pantai ini sangat indah, tidak banyak orang yang mengunjungi tempat ini. Cleona dan Nola hanya membutuhkan waktu 20 menit dengan berjalan kaki dari resort, menuju tempat ini.
Setelah sekian lama Cleona tidak menginjakkan kakinya di pasir yang sangat lembut ini. Hampir 2 tahun lamanya ia tidak mengunjungi pantai. Dan hari ini, ia sangat bersyukur bisa menginjakkan kakinya di pantai. Sebenarnya Cleona tidak terlalu sering mengunjungi pantai, hanya beberapa tempat saja, dan ini adalah salah satu pantai terindah yang pernah ia kunjungi.
Cleona dan Nola asik berlari-lari sambil melempar pasir yang terkena air. Mereka tertawa bahagia seakan tidak ada beban dalam hidupnya. "Cleo ... Udah ... Hahaha ..." Nola berlari kearah Waly sang guide, untuk meminta bantuan menghindari dari lemparan pasir Cleona.
"Suruh siapa kamu yang mulai duluan. Kak Waly, awas, Kak ..." Cleona berteriak dan berhasil melemparkan pasir yang ada di tangannya kearah punggung Nola.
"Hah ... Udah ah, aku capek," kata Cleona yang memilih duduk.
"Cleona ... Baju gue nih jadi kotor banget," ucap Nola yang berusaha membersihkan punggungnya yang terkena lemparan pasir.
"Kan lagi main kotor-kotoran, Nola sayang ..." kata Cleona sambil tersenyum.
Cleona yang tengah memunggungi Nola, menjadi kesempatan Nola untuk balas dendam kepada temannya itu. Satu lemparan bola pasir pun tepat mengenai punggung Cleona.
"Nola ..." Rengek Cleona dan Nola mengangkat dua jarinya. "Peace...."
Cleona memajukan bibirnya dan mencoba membersihkan punggungnya juga. "Saya ambil foto kalian ya." Waly bersiap dengan kamera yang menggantung di lehernya.
"Ah! Iya-iya, Kak. Foto kita berdua." Nola yang bersemangat merapihkan rambutnya dan mengajak Cleona untuk berdiri dan mengambil foto mereka berdua.
Dengan background batu karang yang sangat cantik, dan langit yang sangat indah, beberapa foto kedua sahabat ini pun diambil.
"Satu, dua, tiga. Ganti gaya ...."
"Bentar, Kak." Cleona merapihkan bajunya yang kurang rapi.
"Okey, satu, dua, tiga. Ganti gaya ...."
Nola bergaya sambil merangkul Cleona, "satu, dua, tiga. Okey."
"Udah, Kak. Bagus enggak?" Tanya Cleona yang menghampiri Waly.
Waly pun menunjukkan beberapa hasil foto yang telah ia ambil. "Widih, cakep bener," kata Nola yang melihat fotonya bersama Cleona.
Cleona mengangguk-angguk. "Wah ... Bangus banget. Makasih ya, Kak Waly ...."
Melihat Waly yang mengambil gambar dirinya, terlintas Kin di dalam benaknya. Kin sedang apa ya? Apa dia peduli dengan dirinya yang tidak ada kabar? Apa Kin baik-baik saja? Sejenak Cleona melamun, dan tersadar ketika Nola menepuk pundaknya. "Hey! Udah yuk, kita pulang," ajak Nola yang berjalan terlebih dahulu mengambil tas kecilnya.
Cleona melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah jam 11 siang, pantas saja matahari terasa menyengat. "Iya, tunggu ..." Cleona berlari menyusul Nola yang tengah mengambil tasnya itu.
Cleona, Nola dan Waly, kembali berjalan untuk pulang menuju resort. Cleona dan Nola sengaja meminta Waly untuk tidak memakai mobil, dan memilih berjalan kaki. Karena mereka ingin lebih menikmati alam dengan langsung.
"Untuk perjalanan nanti sore, kapal akan ada sampai di resort pukul dua siang. Kalian bisa terlebih dahulu beristirahat," kata Waly yang memberitahu jadwal mereka selanjutnya.
Tadi pagi, atas info dari resort yang ia tempati, mereka menawarkan sebuah kapal untuk berkeliling melihat pulau-pulau dan pemandangan sekitar laut. Tidak basa-basi, Cleona pun menyewa kapal yang cukup mewah itu, untuk mereka bertiga, dan rencananya Cleona, Nola dan Waly akan menginap di kapal itu selama satu malam.
"Wah, gak sabar naik kapal mevvah," ucap Nola sambil berekspresi membayangkan nanti.
"Kamu seneng?" Tanya Cleona yang melihat Nola sangat antusias.
"Seneng banget ... Makasih Cleo ...."
Cleona membalas pelukan Nola yang sangat kencang. Waly berpikir, mereka adalah seorang perempuan dewasa yang sudah bekerja. Tapi, jika dilihat-lihat wajahnya Cleona dan Nola tidak setua itu. Dan ketika Waly menanyakan, ia cukup terkejut tatkala mengetahui bahwa mereka masih berumur 17 tahun. Tidak heran jika Cleona dan Nola bisa berjalan-jalan dan menyewa tempat-tempat mewah, tidak perlu di tebak, sudah pasti kedua clientnya itu adalah anak dari orang kaya.
Mereka berjalan sambil menikmati pepohonan yang rindang, untung saja di sini sangat sejuk. Tidak seperti di pantai tadi. Sesekali mereka mengobrol dan tertawa.
....
Melihat banyak sekali orang yang berlalu-lalang di sini, Kin membenarkan posisi ranselnya, dan kembali melihat kearah ponselnya. Saat ini ia sedang berada di bandara, Sumba barat daya. Apalagi kalau bukan menyusul kekasihnya itu. Pergi sendiri ke sini, hanya berbekal beberapa baju dan petunjuk yang ia gunakan di ponselnya.
Kin memakai kacamata hitam dan topinya, sebuah mobil sewaan yang ia bayar lewat aplikasi online pun sudah terparkir di hadapannya. Seorang supir keluar dari mobil itu, dan membukakan pintu mobil untuk Kin.
"Terimakasih," ucapnya.
Kin sudah memberitahu kemana tujuannya pergi. Dan katanya, ia butuh waktu menempuh jarak selama 2 jam lamanya untuk bisa sampai di resort yang ia tuju. Saat ini pukul 9 pagi, Kin harap ia bisa bertemu dengan Cleona di sana.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, mengapa Kin bisa menyusul Cleona sampai di sana.
Semalam, tepat pukul 9 malam. Tak sengaja ia membuka-buka ponselnya, hanya sekedar bosan karena tidak tahu harus berbuat apa.
"Lu belum mau pulang?" Tanya David yang sudah memakai jaketnya.
Kin menggeleng pelan. "Lu aja duluan."
Satu notifikasi dari sebuah aplikasi travel masuk kedalam popup ponselnya.
"Hasil pembayaran?" Gumam Kin yang merasa aneh, karena ia tidak memesan apapun.
"Ha? Kenapa?" Tanya Ben.
"Perasaan gua enggak pesen apa-apa," kata Kin tanpa mengalihkan perhatiannya.
"Pesen? Memangnya lu pesen apa?" Tanya Ben kembali.
"Entah ..." Dengan sedikit penasaran, Kin pun mengklik notifikasi itu. Betapa terkejutnya ia melihat ada beberapa rincian pesanan destinasi terlebih lagi, letak dimana tempat itu di pesan.
"Hah?" Kin terkejut sambil mengeluarkan suaranya.
"Kenapa?" Tanya Reynand yang sedari tadi diam.
"Gak jelas," ucap Ben, karena terkejut melihat Kin seperti itu.
Kin yang tidak tahu harus berbicara apa-apa, ia pun meletakkan ponselnya yang menyala di tengah-tengah meja, Ben, Reynand dan David langsung melihat itu bersama-sama, apasih hal yang membuat Kin sepertinya sangat terkejut.
"Sumba? Resort mewah? Atas nama Cleona?" Kata Ben sambil melihat ponsel Kin.
"Cleona kabur ke Sumba?" Kini David bertanya.
"Bentar, gue liat harinya." Ben memeriksa hari pemesanan dan waktu disana. "Sabtu, pukul sebelas malam?" Ben berbeo.
"Wah, kenapa dia pakai akun lu?" Tanya David yang sedari tadi diam.
"Itu akun dia, pakai nomer dia."
Kin bangun dari duduknya, memakai jaket dan mengambil ponselnya. "Tolong kerjain tugas gua besok," ucapnya kepada Ben, dan ia pun menepuk pundak para sahabatnya itu dan pergi begitu saja.
"Woy! Bos! Bos! Ah elah ... Mana bisa gua motret sendirian," kesal Ben karena besok ada jadwal pemotretan prewedding di studio.
"Woy! Mau kemana lu?" Kini David berteriak, namun Kin malah mengangkat tangan kanannya.
"Paling mau nyusul Cleona."
"Kin-kin ... Aneh-aneh aja tingkahnya. Cleona ada, disakitin. Enggak ada di cari."
Hanya butuh waktu 10 menit, Kin sudah memarkirkan motornya di halaman rumahnya. Ada Neylalia sang ibu yang tengah duduk di sofa membaca majalah. Menunggu anak dan suaminya pulang.
"Sudah makan malam, sayang?" Tanya Neylalia sambil menghampiri Kin.
"Bu, aku izin ke Sumba," ucapnya dan pergi begitu saja menuju kamarnya untuk menyiapkan beberapa hal.
Neylalia yang terkejut pun, langsung berdiri dan berjalan mengikuti Kin menuju kamarnya. "Mau apa kamu ke Sumba? Ada pemotretan? Kok mendadak?" Tanya sang ibu.
Kin menggeleng, ia duduk sambil membuka ponselnya, berniat untuk memesan tiket pesawat. Kin berharap ia bisa mengambil penerbangan di malam hari ini. Tapi ternyata jadwal penerbangan hanya ada besok pukul 4 pagi. Tanpa menunggu apapun, ia langsung memesan tiket itu.
"Cleona pergi ke Sumba sendiri. Aku yang salah," kata Kin berbicara jujur kepada ibunya.
Neylalia terkejut, namun ia tidak bisa marah kepada Kin. Ia pun mengusap pundak anaknya yang terduduk lesu. "Sudah ibu bilang, jangan sakitin Cleona. Kalau kamu enggak bisa jaga anak orang, mending kamu lepasin."
Kin menggeleng. "Aku mampu jaga Cleona, Bu."
"Ibu tidak mengajarkan kamu untuk menyakiti perempuan. Cleona pergi jauh ke sana, pasti kamu yang berbuat kesalahan besar. Kamu bentak Cleona?" Tanya Neylalia seakan-akan tau perbuatan anaknya itu.
Kin mengangguk pelan. "Aku enggak sengaja berdebat sama Cleona."
"Ibu izinkan kamu kesana. Bawa pulang Celona ya. Kasian dia ... Biar ibu bantu kamu beres-beres."
Kin mengangguk sambil tersenyum. "Terimakasih, Bu."