bc

Dendam Istri Yang Ditahan

book_age18+
180
IKUTI
2.7K
BACA
HE
heir/heiress
drama
scary
addiction
like
intro-logo
Uraian

Ashana, gadis muda yang jadi korban perjodohan karena wasiat ayahnya, harus menerima perlakuan buruk setiap harinya dari ibu mertuanya, lantaran Ashana tidak disukai karena miskin. Baru saja Asha dan Asher 1 bulan menikah, Asher sudah meninggalkan Ashana keluar kota karena urusan pribadinya, yang tidak lain hanya untuk bersenang-senang dengan kekasihnya. Namun siapa sangka, kepergian Asher dijadikan kesempatan oleh Samran untuk menyingkirkan Asha dari rumah Asher, bahkan dari kehidupan Asher sekaligus, dengan cara mengurung Asha di tengah hutan sendirian. Samran selaku ibu mertua Asha selalu menyakiti Asha, karena tidak menyukai Asha, hingga kemudian hari, Asha meminta Samran untuk segera membunvhnya karena tidak mampu selalu di hina oleh Samran. Samran tetap ingin menyiksa Asha, sampai Samran mengetahui siapa Asha sebenarnya, dan tidak membiarkan Asha mati sebelu mengetahui jati diri Asha sebenarnya.

Bagaimana kisah Asha dan Asher selengkapnya?

Apakah Asha dan Asher akan bersatu dalam rumah tangga yang bahagia?

Atau justru Asha memilih menyerah dan mengakhiri pernikahannya?

Dan bagaimana dengan Samran selagi Ibu Asher, apakah Asha akan mengungkapkan jati dirinya yang sebenarnya pada Samran?.

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Diusir
"Tapi, Bu. Aku masih istri sah Mas Asher, aku tidak mau pergi dari rumah ini. Tolong, Bu. Tolong jangan usir aku dari rumah suamiku sendiri." Pinta Ashana dengan penuh permohonan "Cukup! Jangan lagi mengingatkan aku dengan statusmu itu. Aku benci mendengar pengakuanmu sebagai istri Asher!" bentak Ibu Samran yang tak lain adalah Ibu mertua Ashana. Asha sendiri tidak merasa terkejut mendapat bentakan dari sang mertua, karena Asha sudah biasa mendapat perkataan yang bernada tinggi dari sang Ibu mertua. "Sekali lagi Kamu mengingatkan statusmu itu padaku, maka aku tidak akan segan-segan menjahit mulutmu itu, agar kamu tidak lagi mengingatkan statusmu itu. Kamu tidak lupa kan, Asher menjadikanmu sebagai seorang istri karena apa, kalau bukan karena gara-gara Ayah sialmu itu, mungkin sampai saat ini Asher masih melajang, dan bahkan akan lebih baik Asher melajang seumur hidup daripada menikah tapi dengan perempuan sepertimu. Dan kalau saja aku bisa menentang keinginan suamiku, agar Asher tidak menikahi mu, maka sudah pasti aku meminta suamiku untuk tidak membawamu dalam keluarga besarku." Ujar Ibu Samran dengan tatapan penuh kebencian. Yah, Asher dan Ashana menikah memang bukan karena keinginan mereka berdua, melainkan karena keinginan suami dari Ibu Samran, yakni ayah dari Asher sendiri dan yang pastinya tanpa persetujuan Ibu Samran. Karena suatu kejadian di beberapa bulan yang lalu yang mengharuskan Asher dan juga Asha menikah, dan tentunya sesuai dengan yang dikatakan oleh Ibu Samran tadi, bahwa pernikahan Asher dan juga Ashana atas keinginan ayah dari Asher sendiri. Dan untuk masalahnya apa, semua masih menjadi misteri karena sampai saat ini Ibu Samran maupun Ashana belum juga mengatakan dengan jelas apa yang terjadi pada beberapa bulan yang lalu hingga ayah Asher begitu sangat menekankan Asher agar Asher menikahi Ashana. "Ibu boleh menghina ku sepuasnya, tapi tolong jangan menghina ayahku karena Ibu tidak menyetujui pernikahanku dengan Mas Asher. Tolong jangan lagi membawa-bawa nama Ayahku, apalagi sampai mengatakan Ayahku, sial. " Balas Ashana dengan penuh ketegasan, setelah Asha menghapus sisa air matanya. "Memangnya kenapa kalau aku membawa-bawa nama ayah sialmu itu, memang kenyataannya bukan, semua penyebab dari hancurnya keharmonisan rumah tanggaku termasuk keluarga besarku itu karena Ayah sialmu itu. Beruntungnya Ayah sialmu itu sudah meninggal, kalau saja belum meninggal, maka aku juga tidak akan… "Ibu, cukup!" bentak Ashana dengan begitu kerasnya, sambil memejamkan matanya, hingga sudut mata Ashana mengeluarkan air mata hangatnya tanda bahwa Ashana benar-benar merasa sakit dan juga merasa tidak terima akan setiap perkataan sang ibu mertua. Sementara Ibu Samran sendiri merasa sedikit senang, saat Samran menyaksikan kemarahan Ashana. "Kalau memang Ibu sangat menginginkan aku pergi dari rumah suamiku sendiri, maka akan saya turuti. Tapi tolong, tolong Ibu jangan lagi mengusik hidupku, apalagi mengungkit tentang ayahku. Sedikit saja Ibu menyebut nama ayahku, atau menjelek-jelekkan nama ayahku, maka aku akan menghapus rasa hormatku terhadap Ibu, sebagai Ibu mertua, atau orang yang lebih tua dariku. Aku akan menghormati siapapun, mau orang itu orang miskin, orang kaya, atau siapapun itu, asal orang itu jauh lebih tua dariku, maka aku akan menghormatinya selagi orang itu tidak merendahkan atau menyakiti orang lain. Jadi tolong ingat kata-kataku, jangan lagi membawa-bawa nama ayahku, aku akan mengikuti keinginan Ibu, aku akan meninggalkan tempat ini asal Ibu tidak lagi mengungkit nama ayahku. "Kata Ashana dengan penuh ketegasan, memilih pergi dari rumah suaminya sendiri, demi melindungi nama baik sang ayah, atau demi melindungi hatinya sendiri agar tidak mengingat sang ayah yang sudah tenang di alam sana. Ibu Samran yang mendengar keputusan Ashana yang ingin menuruti keinginannya untuk meninggalkan rumah putranya, sangat merasa senang, karena Memang itulah yang diinginkan oleh Ibu Samran, yaitu menginginkan Ashana meninggalkan rumah putranya dan bahkan berharap Ashana tidak lagi muncul di sekitar keluarga besarnya. Ibu Samran merasa tidak rela kalau ada sedikit saja harta putranya dinikmati oleh Ashana. Ibu Samran juga tidak akan mengusik kehidupan orang lain kalau dirinya tidak memiliki rasa benci terhadap orang tersebut. Beda halnya dengan Asha, Ibu Samran mengusik kehidupan Asha selama Ibu Samran mengenal Asha, itu karena Ibu Samran tidak menyukai Ashana, apalagi sampai putranya menjadikan Asha sebagai seorang istri yang artinya menjadi bagian keluarganya juga, Lantaran Ashana hanya gadis miskin yang tak memiliki apa-apa. "Baiklah. Silahkan pergi dari rumah ini tanpa membawa apapun dari rumah ini, sekalipun pakaian paling murahan, kalau bukan pakaian yang dibeli dari uangmu sendiri, kamu tidak boleh membawanya. Aku rasa, selama kamu tinggal di rumah ini, kamu tidak pernah belanja pakaian atau kebutuhanmu tanpa menggunakan uang dari putraku. Jadi silahkan pergi dari rumah ini tanpa membawa apapun. "Usir Ibu Samran, meminta Asha pergi tanpa membawa apa-apa dari rumah Asher. Asha tidak memperdulikan ucapan sang Ibu mertua, Asha mulai melangkah keluar dari rumah yang seharusnya menjadi hak Asha dan tidak pergi untuk menuruti keinginan Samran, karena Asha memiliki hak untuk menempati rumah tersebut karena rumah tersebut adalah rumah Asher. Asha sendiri juga tidak menginginkan apapun dari rumah tersebut, apalagi membawa pakaian seperti yang dituduhkan oleh Samran tadi. Asha terus membawa langkahnya hingga Asha tiba di luar gerbang rumah besar Asher. Sebelum Asha benar-benar menjauhi area rumah Asher, Asha memandangi seluruh sekitar rumah Asher, menghela nafasnya dengan kasar, lalu melanjutkan langkahnya untuk menjauhi rumah Asher sesuai yang diinginkan oleh sang ibu mertua. "Pah, Aku minta maaf, Aku tidak bermaksud menjadi Istri durhaka karena pergi tanpa pamit dari rumah suamiku sendiri pada suamiku. Di satu sisi Aku ingin mempertahankan prinsipku, untuk tetap mempertahankan kewajiban seorang istri terhadap suami, di mana Seorang Istri harus mematuhi atau mentaati sang suami, tidak boleh keluar rumah atau tidak boleh meninggalkan rumah tanpa mendapat izin dari sang suami. Tapi disisi lain, aku merasa tidak mampu bertahan saat mengingat setiap perkataan Ibu Samran yang begitu sangat penuh penghinaan terhadap Papa, aku rasa Aku tidak perlu mempertahankan prinsipku itu. Dan aku juga merasa, aku tidak ada salahnya meninggalkan rumah itu Karena aku tidak bisa membela diri kalau hanya sendirian, dan aku juga tidak mendapat pembelaan dari siapapun, termasuk suamiku sendiri. Aku bisa saja mempertahankan diri agar aku tidak meninggalkan rumah itu kalau saja aku mendapat dukungan atau pembelaan dari orang lain. Nyatanya aku tidak mendapat pembelaan dari siapapun hingga aku merasa tidak sanggup untuk mempertahankan diri agar tidak pergi dari rumah suamiku ini. "Gumam Asha merasa bersalah terhadap papanya, karena Asha tahu bahwa sang papa sangat menginginkan Asher sebagai menantunya. Asha pergi tanpa membawa apa-apa, bahkan meski hanya ponsel saja Asha tidak membawanya, karena Asha tidak sempat memegang ponselnya, saat Ibu Samran datang ke rumah Asher. Samran datang secara tiba-tiba, dan meminta Asha pergi dari rumah tersebut tanpa harus membawa apapun termasuk ponsel Asha sendiri. Ditengah-tengah perjalanan Asha untuk meninggalkan rumah Asher, yang tentunya Asha tidak memiliki tujuan yang pasti, tiba-tiba ada sebuah mobil hitam yang berhenti di dekat Asha, lalu menarik tangan Asha hingga tubuh Asha berhasil masuk ke dalam mobil hitam tersebut. "Aaa! Lepas!"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
8.7K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
30.2K
bc

Rayuan Sang Casanova

read
3.8K
bc

Petaka Semalam di Kamar Adik Ipar

read
6.4K
bc

Terjebak Pemuas Hasrat Om Maven

read
32.5K
bc

Desahan Sang Biduan

read
36.9K
bc

Benih Cinta Sang CEO 2

read
19.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook