5. orang yang ingin Asha hindari

1142 Kata
Degh "Tidak. Ini tidak mungkin." Lirih Asha dalam hati, sambil menggelengkan kepalanya cepat, serta raut wajah yang sudah sangat panik. Asha langsung membalikkan badannya untuk melihat siapa orang yang ia tabrak. "Huft… Asha menghela nafasnya lega, saat melihat Sri tengah berdiri di dengan dahi berkerut. Asha langsung menarik tangan Sri untuk segera pergi, karena Asha mengerti Sri bingung dengan tingkahnya. Asha yang takut Sri minta penjelasan, akhirnya Asha langsung membawa Sri pergi dari sana. Baru saja Asha berhasil membawa dua langkahnya, tiba-tiba Asha kembali menghentikan langkahnya, yang dengan spontannya Sri juga ikut menghentikan langkahnya, bahkan tubuh Asha menegang saat telinga Asha mendengar suara yang sangat tidak asing. "Tunggu!" Ujar orang tersebut hingga Asha tidak lagi melanjutkan langkahnya, dan dahi Asha sudah dipenuhi oleh keringat. Sri dapat merasakan ketakutan Asha saat Sri melihat wajah Asha mulai dipenuhi keringat dingin karena takut. "Maaf. Boleh saya bertanya sesuatu. Apakah anda melihat orang ini?" tanyanya membuat Asha yang mendengar pertanyaan tersebut langsung bernafas lega, yang artinya orang tersebut masih belum menyadari keberadaannya. Dengan segera Asha pergi, sebelum orang yang ingin Asha hindari benar-benar menyadari keberadaan nya. Disaat Asha tengah berusaha pergi, beda halnya Dengan Asher yang sudah kembali dari luar kota dan langsung dikuasai amarah saat tidak menemukan keberadaan nya dirumah. "Selamat datang kembali, Nak." Ujar ibu Samran dengan penuh kelembutan, namun tidak membuat Asher merasa bahagia, karena tidak melihat keberadaan Asha. "Kenapa ibu ada dirumah?" tanya Asher setelah 1 bulan meninggalkan rumah, dan kembali setelah puas bermain-main "Memangnya kenapa, apa ibu salah berkunjung ke rumah putra ibu sendiri?" Jawab ibu Samran, dan diakhiri dengan kalimat tanya. "Tidak salah, dan sampai kapanpun tidak ada salahnya ibu berkunjung. Hanya saja, aku seperti melihat ibu sudah cukup lama dirumah ini." Ujar Asher dengan nada pelannya. Asher tidak lagi melanjutkan kalimatnya, Asher memilih menaiki anak tangga, dan ingin melihat keadaan Asha. Asher membuka pintu kamarnya dengan terburu-buru, karena Asher mulai merasakan perasaan yang tidak biasa. Ternyata perasaan Asher bukan suatu perasaan tanpa sebab, Asher baru sadar, arti dari perasaan yang berbeda itu karena Asher tidak menemukan keberadaan Ashana di dalam kamar nya. Setelah Asher memastikan Ashana tidak ada di kamarnya, dengan segera Asher turun dan kembali menemui sang ibu untuk mempertanyakan keberadaan Ashana. "Ibu, dimana Asha?" tanya Asher cepat, membuat pergerakan ibu Samran yang tengah menggunting daun Bunga seketika terhenti. Pertanyaan ini yang membuat ibu Samran semalaman tidak tidur, karena sangat dinantikan oleh Samran. Samran benar-benar kesal karena mengenal Asha hingga membuat hidupnya tidak tenang. Bagi Samran, kalau saja Asha tidak hadir di tengah-tengah keluarganya, mungkin sampai saat ini dirinya dan keluarga besarnya tidak akan dipenuhi oleh beban dan berbagai macam masalah. "Maafkan ibu, Nak. Maaf karena ibu sebelumnya tidak pernah memberitahumu." Ujar ibu Samran dengan wajah yang sudah basah karena air mata. Asher yang mendengar ucapan sang ibu, apalagi melihat wajah sang ibu sudah dibanjiri oleh air mata, semakin dibuat bingung karena tidak mengerti kenapa sang Ibu malah justru meminta maaf dan bahkan menangis, bukan langsung memberitahu dimana keberadaan Asha. "Apa maksud Ibu? Katakanlah yang jelas Ibu, dimana Asha?" tanya Asher tidak bisa sabar lagi. "Satu hari setelah kepergian kamu ke Luar kota, istrimu pergi dari rumah, dan setelah dua hari pencarian, penjaga di rumah ibu memberi kabar, bahwa Asha sudah meninggalkan tempat ini demi pria lain. Dia tidak hanya membawa sial sampai ayahmu meninggal, bahkan dia sudah mencoreng nama keluarga kita dengan perlakuan buruk dia. Ibu tidak tahu bagaimana mengatasinya." Jawab Samran membuat Asher langsung mengepalkan tangan kanannya karena emosi. "Sebenarnya waktu itu ibu ingin sekali memberitahumu, tapi ibu takut itu akan mengganggu kesenanganmu, dan mengganggu kesehatan kamu. Makanya, ibu tidak memberitahu mu. Maafkan ibu, Nak. Hiks hiks hiks." Ujar Samran dengan penuh penyesalan, sambil menangis tersedu-sedu, membuat Asher langsung memeluk tubuh sang ibu karena merasa tidak tega mendengar suara tangis ibunya. "Apa Ibu tahu kemana dia pergi?" tanya Asher "Tidak, Nak!" jawab Samran singkat "Aku harus mencarinya." Kata Asher yang langsung melepaskan pelukannya "Untuk apa kamu mencarinya? Saran ibu, lebih baik kamu ceraikan dia menikah dengan Lolly, atau kalau kamu tidak keberatan, kamu bisa menikah dengan wanita pilihan ibu." Tukas Samran dengan tegasnya, karena merasa keberatan saat mendengar Asher akan mencari Asha. "Aku belum mendapatkan pengalihan kekayaan ayah, Bu. Aku tidak bisa menceraikan Ashana kalau aku masih belum mendapatkan apa yang harus menjadi hak ku." Jawab Asher yang membuat Samran kembali menggeram kesal. "Asher, ayahmu sudah meninggal, kalau bukan kamu yang mendapatkan hartanya memangnya siapa lagi, dia cuma punya keturunan kamu. Jadi kamu jangan takut tidak bisa memiliki kekayaan ayahmu, karena putra ku cuma kamu." Kata Samran meyakinkan Asher, namun masih belum berhasil membuat Asher yakin akan bisa memiliki kekayaan peninggalan ayahnya. Asher mendesah kasar, dan mencoba untuk mencari Asha tanpa sepengetahuan ibunya, karena Asher benar-benar takut kalau kekayaan ayahnya tidak jatuh pada dirinya. "Ibu istirahat saja dirumah. Aku mau pergi dulu sebentar." Ujar Asher setelah melepaskan tubuh sang ibu dalam pelukan nya. "Kamu mau kemana, Nak? Jangan pergi dulu, kamu kan baru datang, masak sudah mau pergi lagi." Ujar Samran yang merasa keberatan saat Asher berpamitan untuk pergi. "Aku ada urusan sebentar, Bu. Hanya sebentar kok. Sekalian mau jemput ibunya Loly." Ujar Asher yang tetap ingin pergi meski sang ibu melarangnya. Asher segera keluar dari rumah tanpa menghiraukan suara Samran yang terus memanggilnya. "Aku harus melakukan sesuatu." Gumam ibu Samran setelah melihat mobil Asher Sudah keluar dari pagar rumah. Ibu Samran berlari menaiki anak tangga dengan terburu-buru, lalu masuk ke dalam kamar yang sudah Asher sediakan sejak dulu kalau ibu Samran ingin menginap dirumahnya. Tidak begitu lama ibu Samran di kamarnya, ibu Samran kembali keluar dengan membawa sesuatu dari tangan dan juga tas nya, yang author (wkwkwk) sendiri tidak tahu apa yang ibu Samran bawa. Samran langsung masuk ke dalam mobil yang ternyata mobil tersebut memang sudah menunggu ibu Samran untuk kepergiannya. Ibu Samran segera masuk ke dalam mobil nya, dan mobil pun langsung berjalan setelah ibu Samran sudah masuk sepenuhnya. Asha yang merasa panik saat di luar tadi bertemu orang yang Asha kenal, langsung memiliki firasat buruk, bahwa saat ini dirinya sedang dalam bahaya. Asha yang merasa keberadaan nya di tempat yang baru itu merasa sudah tidak aman lagi, segera membereskan beberapa barangnya yang tidak banyak, karena Asha juga baru saja membeli beberapa pakaian yang niatnya untuk Asha pakai selama Asha tinggal dirumah kontrakan itu. Karena Asha tidak banyak memiliki barang di rumah kontrakan nya itu, Asha bisa membereskan nya dengan cepat. Setelah dirasa semua sudah beres, Asha segera keluar dari kamarnya dan akan meninggalkan kontrakan nya itu, lalu mencari tempat yang baru yang jauh lebih aman. Asha langsung membuka pintu kamarnya dan keluar, dan tak lupa pula Asha memesan taxi online agar bisa pergi dari tempat itu dengan cepat. Ceklek "Berniat mau pergi?" tanya seseorang yang sudah berdiri di depan pintu rumah kontrakan Asha, membuat Asha yang tengah disibukkan dengan ponselnya karena memesan taxi online seketika ponselnya terlepas dari tangannya karena terkejut. Degh
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN