Di bawah langit Bandung, di naungan atap rumah baru, kita …. -Aum-am selamat datang- Langit kian menggelap, ditimpa cahaya jingga keemasan yang merata hingga ke ujung cakrawala. Dari balik jendela besar di lorong kedatangan, Bumi menghentikan langkahnya sejenak. Di luar sana, pesawat lain tampak terbang rendah, bersiap mendarat di landasan yang diterangi lampu-lampu kecil yang mulai menyala. Tatapannya terpaku pada burung besi itu, mengikuti geraknya hingga perlahan menghilang di balik bangunan terminal. “Kenapa, A?” tanya Edo yang menegurnya seraya merangkul hangat. Rasanya tak mungkin sulungnya tiba-tiba bergeming dan tertinggal beberapa langkah. Bumi menoleh sejenak, lalu kembali menatap landasan pacu di hadapannya. “Just wondering, Yah?” “Soal?” Titik pandang Bumi kembali menyapu

