"Saya sudah mengamati Zeya sejak awal pernikahan kami, Kakek," ucap Kenzo dengan nada tenang. Kakek Hartawan menatap menantunya yang duduk tegak di sofa ruang kerja. "Saya tidak pernah memaksa Zeya untuk membuka luka lamanya. Tapi setelah kejadian kemarin, saya yakin dia mengalami trauma yang belum selesai. Bahkan, ada kemungkinan dia menyimpan ingatan yang selama ini terkubur karena tekanan psikis." Kakek menyandarkan punggungnya. "Saya juga merasakan itu. Tapi saya memilih menunggu. Saya ingin dia datang sendiri, bicara sendiri, dengan kemauannya." Kenzo mengangguk. "Itulah alasan saya minta waktu bicara hari ini. Saya hanya ingin Kakek bersiap. Kalau suatu saat Zeya mulai mengingat, meskipun hanya sebagian, dampaknya bisa sangat besar." "Apa rencanamu?" "Saya tidak akan memaksanya