Suara bel rumah berbunyi di pagi yang cerah. Zeya baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah dan wajah yang masih polos tanpa riasan. Ia memandangi monitor interkom, lalu mengerjap. “Loh? Kakek?” Zeya langsung berlari kecil ke arah pintu, membuka dengan cepat dan terkejut melihat sosok tua yang begitu familiar berdiri dengan jas abu-abu rapi, senyum ramah, dan tongkat elegan di tangan kanan. “Kakek? Tumben banget datang pagi-pagi gini! Nggak bilang dulu?” Kakek Hartawan terkekeh pelan, lalu melangkah masuk sambil memandangi interior rumah Kenzo. “Kalau aku bilang, nanti kamu sibuk bersih-bersih dan panik sendiri. Mendingan begini, kejutan. Kamu kelihatan lebih sehat sekarang.” Zeya tersenyum malu, lalu menatap ke belakang. “Kenzo lagi libur, ada di belakang. Mau ak