Zeya duduk di kursi makan dengan wajah ditekuk dan tangan bersedekap. Sup ayam buatan Kenzo mengepul di mangkuk keramik, aromanya wangi, menggiurkan, dan menyebalkan. Menyebalkan karena ternyata enak. Menyebalkan karena pria itu bisa masak. "Ini kamu lagi yang masak?" tanya Zeya, meski ia sudah tahu jawabannya. Kenzo duduk di seberang meja, mengangkat sendok tanpa menoleh. "Kalau bukan aku, siapa lagi?" Zeya mengerucutkan bibir. "Mungkin kamu delivery?" "Kamu pikir dapur yang lain bisa masak pakai resep warisan nenekku? Aku yang masak dari jam empat." "Sok pamer." "Kamu yang nanya." Zeya menggigit wortel di dalam sup, dan tidak tahan untuk tidak mengaku, "Rasanya enak sih... tapi kamu tetap menyebalkan." "Itu pujian atau serangan personal?" "Gabungan." Zeya menyuap lagi dengan mu