Zeya masih berbaring di ranjang dengan wajah memerah, tapi bukan karena demam. Ingatan tadi malam masih membekas di kepalanya. Semua terasa nyata, terlalu dekat. Suara napas Kenzo, sorot matanya, sampai kejadian yang membuat Zeya malu setengah mati. Kenzo belum kembali masuk kamar sejak tadi. Ia memang bilang ingin menelepon rumah sakit, tapi entah kenapa Zeya justru jadi gelisah menunggunya. Ia melirik jam digital di atas meja sudah hampir setengah jam. Saat pintu kamar terbuka perlahan, Zeya buru-buru membetulkan letak selimut, padahal tubuhnya sudah cukup tertutup. Ia menoleh perlahan, sok santai, meski wajahnya terasa panas. "Sudah bangun?" Kenzo menutup pintu sambil membawa nampan berisi segelas s**u hangat dan beberapa potong biskuit gandum. "Aku memang bangun dari tadi," jawab Z