Zeya duduk di pojokan sofa ruang istirahat sambil meremas bantal kursi. Pikirannya masih dipenuhi adegan tadi. Ia ingin marah, tapi lebih malu daripada kesal. Kenzo masuk tak lama kemudian, membawa dua gelas minuman dalam kemasan dan sekotak roti isi. “Minum,” katanya sambil menyodorkan satu gelas ke arah Zeya. Kenzo takkan membahas tentang bra yang dijatuhkan Zeya tadi, dia tau istrinya pasti sangat malu, walaupun itu memang benar-benar lucu. Zeya melirik tanpa mengambil. “Aku nggak haus.” “Lalu kenapa kamu nelan ludah terus?” Zeya mendengus. “Aku muak lihat kamu dikelilingi suster-suster itu. Mereka ngeselin, seolah aku ini apa gitu," katanya kesal. Kenzo duduk di ujung sofa, menyandarkan punggungnya sambil membuka roti isi untuk dirinya sendiri. “Mereka memang sering berkumpul, k