Elina mendongak. “Kakek itu yang menutupnya.” Elang tidak mengiyakan, tidak pula membantah. “Yang menutup adalah akal sehat. Tidak ada firma yang mempertaruhkan reputasi untuk tameng pelarian.” Elina tertawa hambar. “Kamu senang melihat saya di sini.” “Saya tidak senang melihat siapa pun duduk di kursi itu,” ucap Elang. “Ini bukan panggung. Ini ruangan untuk mencatat tanggung jawab.” Pintu diketuk. Seorang polisi masuk, membawa berkas. “Pengacara piket dalam perjalanan. Pemeriksaan lanjutan dijadwalkan malam ini.” Elang mengangguk. “Baik.” Ia menoleh pada Elina. “Gunakan waktu menunggu untuk memikirkan jawaban yang tidak berubah setiap lima menit. Penyidik menilai dari konsistensi.” Elina menggenggam lengan kursi. “Kamu pikir kamu sudah menang.” Elang mengambil map, matanya tetap pa