Pagi itu matahari baru naik, udara masih sejuk saat Kenzo masuk ke kamar Zeya yang sedang menyisir rambut di depan meja rias. “Pagi, Sayang. Siap-siap sebentar, aku mau ajak kamu pergi,” katanya sambil meraih jas hitam yang tergantung di kursi. Zeya menoleh, alisnya terangkat. “Pergi ke mana? Aku pikir kamu mau ke rumah sakit.” “Bukan, ini urusan penting. Aku mau kamu ikut,” jawab Kenzo singkat sambil merapikan dasinya. Nada suaranya membuat Zeya mengangguk tanpa banyak tanya. Ia mengenakan blus putih dan celana panjang, lalu mengambil tas kecilnya. Saat mereka turun, sopir sudah menunggu di depan. Di sisi lain kota, Elina duduk di mobil hitam yang terparkir tidak jauh dari gerbang rumah besar keluarga Hartawan. Sejak beberapa hari terakhir, penjagaan di sana diperketat. Satpam yang du