Tania membanting pintu kamar begitu mendengar langkah kaki Kakek Hartawan menjauh. Napasnya terengah, wajahnya memerah karena menahan marah. Ia menatap ibunya yang masih berdiri di dekat jendela. Matanya berkaca-kaca. "Bu, Kakek bilang kita harus keluar dari rumah ini," Tania berkata dengan suara gemetar. "Keluar, Bu. Diusir! Dari rumah yang udah kita tempatin bertahun-tahun. Dari rumah tempat aku dibesarkan!" Elina belum menjawab. Ia menatap lurus ke luar jendela, rahangnya mengeras. Udara kamar terasa berat. "Ini gila, nggak masuk akal!!" decak Tania. "Kenapa Ibu diam saja?" Tania menghampiri Elina dengan langkah bergetar. "Apa Ibu nggak dengar tadi? Dia bilang kita harus pergi. Ibu, aku nggak mau hidup susah lagi kayak dulu. Tania terisak di sudut tempat tidur, rambutnya awut-awut