Bab 91 : Bumil Ngambek

1100 Kata

Zeya terduduk di tepi ranjang, matanya membelalak, napasnya tercekat. Tubuhnya bergetar halus saat tangannya mengepal di atas paha. Air mata yang sempat reda, kini mengalir lagi, jauh lebih deras. Bibirnya gemetar hebat, tak mampu menyusun kalimat. Ia menggeleng pelan sambil mengusap wajahnya dengan kasar. “Aku capek…” suaranya serak, lirih. “Aku capek banget, Kenzo…” Kenzo langsung menghampiri, jongkok di hadapannya. “Sayang, denger dulu, barusan cuma—” “Aku nggak mau denger!” Zeya langsung membentak, suaranya nyaring, lalu terisak seperti anak kecil. “Aku nggak mau kamu jelasin lagi… kamu selalu bilang cuma sebentar, cuma kerja, cuma tanggung jawab, tapi kamu nggak pernah benar-benar ada…” Ia terisak keras, suaranya pecah. “Aku sendirian, ngerti nggak?! Aku… aku nungguin kamu tiap ma

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN