Pagi itu, Zeya terbangun lebih dulu. Ia mengerjap pelan, tubuhnya terasa aneh dan agak pegal. Saat menoleh, matanya langsung tertumbuk pada wajah Kenzo yang tertidur di sebelahnya. Pria itu tidur dengan satu tangan menyilang di atas kepala, napasnya teratur dan tenang, seolah tadi malam tidak terjadi apa-apa. Zeya memandangi wajahnya lama. Bahkan dalam tidur pun, Kenzo tetap terlihat keren, menyebalkan, dan terlalu tenang untuk ukuran seseorang yang baru saja membuat hidupnya jungkir balik. Zeya menggigit bibir bawahnya sendiri. "Apa aku... benar-benar melakukannya sama dia?" gumamnya nyaris tak terdengar. Pikirannya mulai berkelana, dan tubuhnya reflek menegang saat kenangan tadi malam mulai muncul sedikit demi sedikit. Napasnya langsung berantakan, bukan karena malu, tapi karena... y