Cahaya pagi yang lembut masuk menembus tirai kamar, menyinari wajah Zeya yang masih terbaring lemah di atas tempat tidur hotel. Suhu tubuhnya lebih stabil, tapi tubuhnya tetap terasa ringan dan tak bertenaga. Ia membuka mata perlahan, menyesuaikan diri dengan pencahayaan. Matanya membulat. Ia mengenakan piyama. Piyama lembut berwarna biru pastel, bukan gaun pernikahan yang ia pakai semalam. Zeya segera bangkit separuh tubuh, meskipun terasa berat. Tatapannya langsung tertuju pada satu sosok yang tengah duduk di sofa kecil di sudut ruangan. Kenzo. Dia ngapain? Pria itu mengenakan kemeja abu dan celana bahan, rapi, bersih, dan tenang. Di meja kecil di dekat ranjang sudah tersusun sarapan ringan: sup ayam, jus jeruk, roti panggang, dan segelas air putih. Di sampingnya, terdapat satu set