Pagi itu dapur kecil apartemen wangi tumisan sayur dan kaldu ayam. Kenzo berdiri di depan kompor dengan apron hitam, gerakannya rapi dan tenang. Di meja, ada semangkuk bubur ayam lembut dengan topping ayam suwir, telur setengah matang, irisan jahe tipis, serta potongan buah segar dan segelas air hangat. Zeya muncul dari koridor, berjalan pelan dengan kemeja kebesaran milik Kenzo yang jatuh sampai paha. Rambutnya berantakan manis. Pipi langsung memerah begitu Kenzo menoleh. “Selamat pagi,” sapa Kenzo lembut. “Pagi,” balas Zeya pelan, matanya kabur-kabur malu. “Aku… pinjam kemejamu.” “Bagus di kamu,” ucap Kenzo, menahan senyum elegan. “Cantik dan berbahaya.” Zeya mendudukkan diri di kursi bar dapur, menautkan jemari. “Aku malu.” “Kenapa,” tanya Kenzo tenang. Zeya menunduk. “Karena… ya