Shinta sudah memberikan cukup informasi. Cukup untuk membuat pria itu memikirkan hal yang seharusnya ia pikirkan sejak lama. Tanpa sepatah kata pun dan tidak menunggu jawaban Aksa, Shinta berbalik dan pergi. Langkahnya mantap. Hak sepatu tingginya berdetak pelan di lantai rumah sakit, tapi suara itu terdengar begitu nyaring dalam keheningan. Begitu suara pintu tertutup, Aksa bergerak dan tanpa ragu, tanpa memikirkan apa pun lagi, ia langsung melangkah cepat ke sisi tempat tidur di seberang Shanum dan menarik Lira ke dalam pelukannya. Lira bergeming di tempatnya. Seluruh tubuhnya terasa kaku. Napas Aksa yang berat dan hangat terasa di lehernya ketika pria itu menenggelamkan wajahnya di bahu Lira. "Lira…,” ucapnya dengan suara bergetar. Tidak peduli bahwa Shanum ada di sana. Tidak peduli