Lira merasakan lututnya hampir goyah. Ia tidak percaya Aksa akan melakukan hal ini padanya, pada putri kecilnya. Aksa tersenyum puas melihat reaksi itu. “Aku kasih kamu waktu buat mikir. Tiga hari. Kamu bisa menerima tawaranku untuk nikah, atau .…” Ia mengangkat ponselnya sedikit. “Kita lihat gimana dunia bereaksi.” Lira menggigit bibir sampai hampir berdarah, matanya panas menahan amarah dan ketakutan yang bercampur jadi satu. Di sisi lain, Aksa melihat gerakan paling s3ks! yang dilakukan Lira tanpa wanita itu sadari. Hasrat untuk melakukan lebih dari sekadar menatap mengentak-entak diri Aksa. Aksa bangkit dari duduk. Langkahnya pelan, tapi penuh kepastian saat ia mendekat. Hingga akhirnya jarak di antara mereka nyaris tak bersisa. Aroma maskulin yang khas langsung menyergap indera L