Matahari sudah berada tepat di atas kepala saat Tomi menemukan Aksa tertidur di sofa ruang baca dengan botol whiskey kosong yang tergeletak di lantai. “Bangun! Bangun!” Tomi mengguncang tubuh Aksa. Aksa mengerang pelan, lalu menggeliat. Matanya terbuka pelan-pelan. “Apa? Jam berapa sekarang?” “Nggak usah nanya jam berapa,” jawab Tomi kesal, “Lo tahu nggak? Meeting sama investor Jepang yang udah dijadwalin selama dua bulan, batal! Karena CEO-nya ngilang.” Aksa memijit pelipisnya. “Gue lupa. Sorry.” “Bisa-bisanya lo cuma bilang sorry!” Tomi menggeleng-geleng. Kekecewaan terpancar jelas di matanya mendengar tanggapan Aksa yang super santai. “Ini soal sikap. Profesionalisme. Reputasi lo dan MindSphere di mata klien,” lanjutnya. Tomi melempar berkas jadwal meeting ke meja. Napasnya masi