"Kevin!" Michael muncul bersama Nana di sampingnya. Keduanya menatap Kevin dan Gabriella bingung. Mungkin bingung bagaimana keduanya ini bisa bersama di sini padahal seharusnya Gabriella sudah pulang tadi.
Gabriella lantas melepaskan jabatan tangannya. Sedikit merasa kehilangan rasa nyaman dan aman yang diberikan pria itu hanya melalui sentuhan fisik di telapak tangannya. Gabriella, kembali ke pikiranmu!
"Kevin, sudahlah. Gabriella tidak akan terpengaruh," ucap Michael meninju pelan lengan Kevin.
Gabriella menatap Kevin dan Michael bergantian menuntut penjelasan.
Michael berdehem sambil menggaruk tengkuknya. "Gabriella, jadi pria kaya ini yang baru saja berani menawar fotomu dengan harga... ah bahkan aku tak sanggup menyebutkannya. Tetapi seperti biasa, kau tidak tertarik. Dia bersikeras untuk membelinya. Dan.." Michael merasa tidak enak untuk melanjutkan ucapannya apalagi Nana sudah memelototinya.
"Oke, aku tidak mengerti kemana pembicaraan ini bertuju tapi tetap saja aku tidak akan menjualnya," ucap Gabriella tegas.
Michael mengangkat bahunya ke arah Kevin.
Kevin tersenyum maklum. Meskipun ia sangat menginginkan foto itu menjadi koleksinya saat ini tetapi ternyata objek di foto itu jauh lebih menarik minatnya kini. Senyuman Kevin memesona Gabriella, berbeda dengan senyum Johnny yang justru membuat perempuan itu sebal dan muak. Senyuman ini...menenangkan. Mirip senyum milik Damian.
"Kevin , bagaimana? Apa kita jadi pergi keluar?" tanya Michael mencoba mengalihkan perhatian Kevin dari Gabriella yang kini sedang mengobrol dengan Nana.
"Tidak, Michael. Aku jadi tidak berminat lagi dengan makanan," ucap Kevin tanpa sadar.
Michael mengernyit. "Apa? Kau bilang apa?"
Kevin tersadar lalu mengusap wajahnya, berusaha mengenyahkan Gabriella yang berhasil mengacau pikirannya. Padahal ini baru saja pertemuan pertama mereka.
"Michael, jadi Nona Gabriella itu seorang model?"
Michael mengangguk. Dia tersenyum menyadari mata Kevin bersinar seperti serigala yang siap menerkam mangsanya. Siap berburu. "Ya, model. Bukan tipemu sekali kan?"
Kevin memandangi Gabriella dari ujung kepala hingga kaki. Jika mata bisa membakar, Gabriella sudah pasti hangus terbakar oleh tatapannya. "Hm. Tapi ada sesuatu di dirinya yang menarikku untuk terus menatapnya." Dan ingin memilikinya.
"Oh man! harus coba mencari perempuan lain, she's taken already."
Kevin mengangkat sebelah alisnya. "Memangnya dia sudah punya pacar?"
Michael mengangkat bahunya. "Tidak." Kevin mengernyit. Bukannya tadi pria itu bilang Gabriella sudah taken?
"She's married women. Dia sudah punya suami."
Kevin terkejut namun ucapan Michael bukannya membuatnya ingin mundur justru menyulut sumbu petarungnya. Dia ingin mengejar perempuan ini. Tekadnya baja.
"Ah... bukankah dia masih sangat muda?" tanya Kevin sambil memperhatikan Gabriella lekat.
Michael menghela nafas, dia paham betul Kevin tertarik dengan Gabriella dan pria itu adalah tipe orang yang gigih untuk mendapatkan yang dia inginkan. "Kevin , apakah kau menjadi pria yang buta akan berita selama tinggal di Rusia? Dia bahkan menjadi hot news selama setahun! Dia adalah wanitanya Damian Alexander, pengusaha muda tersukses di Indonesia."
Kevin menatap Gabriella sekali lagi, ucapan Michael bagaikan menyiramkan bensin di atas kobaran apinya. Semakin membara. Gabriella... milik Damian, hm?
"Nana sepertinya aku harus pulang. Arrh dan aku belum menelfon Clara." Gabriella menepuk jidatnya sendiri. Ia lupa menghubungi managernya itu untuk mengabari dan minta dijemput.
"Memangnya Clara ke mana?" tanya Nana.
"Dia makan malam bersama Robin di kedai dekat sini."
Nana mengangguk mendengar jawaban Gabriella. Lalu perempuan cantik itu melirik ke arah kekasihnya yang masih berbincang dengan Kevin. Dia juga sedari tadi memergoki Kevin menatap Gabriella tanpa henti. Seolah tanpa menatap Gabriella lelaki itu tak bisa bernafas.
"Gabriella... bagaimana lelaki kaya itu?" bisik Nana pada Gabriella yang sedang mengetikkan pesan untuk Clara.
Perempuan itu mengernyit. "Apa yang kau bicarakan?"
"Gabriella. Aku serius. Bagaimana Kevin di matamu?"
Gabriella yang sudah selesai mengetikkan pesan kini memandang Nana sepenuhnya.
"Dia tampan, tentu saja."
Nana memutar bola matanya dan mencubit Gabriella dengan gemas. "Kalau itu grandmaku juga pasti tau! Maksudku, kesan pertamanya. Bagaimana?"
Gabriella mengedikkan bahu.
"Dia...sepertinya menyukaimu! Lihat tatapannya, seperti ingin menelanjangimu dari sana!"
"Ucapanmu menjijikan Jung Nana!" Gabriella mendorong wajah Nana menjauh. Perutnya tergelitik dengan ucapan Nana. Namun ia juga merasa tersanjung mengetahui yah meskipun masih berupa opini Nana, jika Kevin tertarik padanya.
Ok, saat ini siapa lelaki yang tidak tertarik dengannya? Gabriella si super model. Sekali lagi Gabriella menatap Kevin, pria itu tengah memainkan bibir sexynya dengan ibu jari. Seperti diberitau jika seseorang tengah menatapnya, Kevin pun menoleh menatap Gabriella hingga pandangan keduanya bertemu. Sebelum Gabriella sempat mengalihkan pandangannya, ia melihat seringai di bibir Kevin.
Ckck singkirkan tatapan menggoda itu karena aku pria beristri tuan. Batin Gabriella.
Tak lama Gabriella mendengar ponselnya berdering. Sepertinya Clara sudah datang menjemput. Detik berikutnya Clara muncul di lobby galeri. " Maaf apa aku terlalu lama?" tanya Gabriella begitu Clara menghampirinya.
Wanita cantik itu tersenyum dan menggeleng.
"Tidak apa Gabriella, ini kewajibanku." Clara memasangkan jaket yang dibawanya di bahu Gabriella karena sudah larut dan menuju parkiran ia harus melewati udara yang cukup dingin sebelum masuk ke van. Clara tidak ingin modelnya ini kedinginan.
"Hai Clara! Sudah lama tidak bertemu!" sapa Nana pada manager sahabatnya itu.
Clara mengangguk dan menyipitkan matanya lucu sambil tersenyum pada Nana. "Ya, Nana. You look so awesome," ucap Clara membuahkan tawa renyah Nana.
"You too. Take care of my baby, ok?" ucap Nana sambil mengacak rambut Gabriella yang dibuahi cibiran oleh si pemilik rambut. Clara mengangguk pasti dan mereka tertawa kecuali Gabriella.