Gibran hanya bisa geleng-geleng kepala. Ada apa dengan dua remaja menuju dewasa itu? Mereka pikir mereka siapa? Berani-beraninya mengancam dirinya. Lagipula siapa yang mengejar Falisha. Apa Gibran harus mengingatkan mereka bahwa Falisha lah yang mengejarnya lebih dulu? Gibran mencebik. "Kamu kenapa?" Pertanyaan Davina mengalihkan perhatiannya. "Hah? Kenapa memangnya?" Gibran balik bertanya. "Kamu dari tadi tersenyum, terus mencebik. Kamu lagi mikirin siapa?" Tanya wanita itu dengan nada kesal. Gibran mengerutkan dahi. Apa iya dirinya tersenyum sendiri. Gibran menggelengkan kepala. "Gak ada apa-apa. Hanya memikirkan pasien." Jawabnya. Davina balik mengerutkan dahi, lalu kemudian kembali meraih garpunya. Mereka sedang makan malam di sebuah restoran mahal favorit Davina. Gibran sama s