Jam tujuh pagi, semua orang sudah berkumpul di meja makan. Aroma masakan yang baru saja dihidangkan oleh para pelayan tentu saja memanjakan hidung setiap orang.
Ara menoleh ke arah suaminya dan tersenyum tipis saat melihat suaminya yang terlihat senang itu.
"Ara ambilkan suamimu makan dulu," kata Citra memberitahu putrinya.
"Iya ma," jawab Ara dengan nurut.
Ara pun mengambilkan nasi dan juga sayur bening untuk suaminya, tidak lupa sambal dan juga ikan goreng kesukaan suaminya itu.
"Dimakan ya, kalau enggak aku marah sama kamu." Kata Ara mengatakan hal itu pada suaminya terlebih dahulu.
Kenzo yang mendengarnya tentu saja mengangguk, lagi pula dirinya yang memintanya jadi tidak mungkin dirinya tidak memakannya. Apalagi ini di rumah mertuanya dan bukan di rumahnya sendiri.
"Kamu nggak makan?" Tanya Kenzo saat melihat istrinya yang kembali duduk tanpa berniat untuk mengisi piringnya.
"Nanti, aku minum susunya dulu." Jawab Ara seraya tersenyum tipis.
"Nanti siang mama buatin lagi biar kamu dan janin yang ada di dalam kandungan kamu terus sehat." Kata Citra yang langsung saja membuat Kenzo menghentikan gerakan tangannya saat ingin makan.
Kenzo tertawa dalam hati, sebenarnya apa yang bisa ia lakukan untuk istrinya? Berpikir untuk membelikan s**u kehamilan saja tidak, benar-benar sangat menyedihkan. Bahkan dirinya baru sadar karena mertuanya menyinggung tentang kehamilan istrinya.
"Iya ma, nanti sebelum pulang Ara juga akan beli di luar lagi. Untuk persediaan di rumah." jawab Ara dengan tersenyum tipis, Ara benar-benar sangat menyayangi mamanya.
"Papa tadi beli beberapa kok, kamu bawa pulang aja. Rasanya pun bervariasi jadi kamu nggak akan bosen." Kata Anand memberitahu putrinya.
Selain mamanya, Ara juga sangat beruntung memiliki papa yang sangat pengertian dan juga menyayangi dirinya. Ara tidak akan pernah lupa bagaimana perjuangan papanya dalam membesarkan dirinya dulu. Bukan hanya itu, bahkan papanya masih mau mengurus dirinya yang bukan darah dagingnya sendiri.
"Papa memang paling perhatian sama Ara." Jawab Ara yang langsung saja mendapatkan pukulan pelan dari Ilham.
"Di jaga baik-baik, orang hamil tidak boleh melakukan hubungan badan lebih sering. Harus ditahan, jangan lupa terus periksa ke dokter sebulan sekali, atau kalau perlu dua Minggu sekali." Kata Ilham yang sebenarnya menyindir kakak iparnya.
Ilham sudah mendengar semuanya, perihal kakaknya yang keguguran karena kakak iparnya selalu mengajak berhubungan tanpa tahu apa konsekuensi yang akan ditanggung oleh kakaknya. Bahkan bisa dikatakan jika kakak iparnya itu melakukan pemaksaan pada kakaknya yang terkadang tidak ingin melakukan hubungan seperti itu.
"Aku tahu, aku nggak akan goda Kenzo lagi kalau di rumah." Jawab Ara yang langsung saja tersenyum tipis dan menoleh ke arah Kenzo. Meskipun Ara tahu suaminya tidak sepengertian keluarganya, Ara tetap menyayangi suaminya yang sudah berusaha memperlakukan dirinya dengan baik.
Ara mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan suaminya, membuat Kenzo menoleh dan tersenyum tipis. Sebenernya Kenzo sedikit malu karena istrinya terlalu memanjakan dirinya. Seharusnya dari awal dirinya mendapatkan teguran jadi tidak akan lalai seperti ini.
"Minggu depan aku udah bilang akan pergi ke dokter sama Kenzo kok, jadi kamu sebagai anak kecil nggak usah khawatir." Kata Ara mengatakan hal itu pada adiknya.
Selesai sarapan, Kenzo duduk di ruang tengah dengan tenang. Di dalam kepalanya saat ini tengah memikirkan bagaimana perlakuannya pada istrinya selama ini. Bahkan istrinya yang hamil pun dia lupa untuk membelikan s**u kehamilan. Padahal dirinya melarang istrinya untuk keluar rumah sendiri, benar-benar suami yang buruk.
Ara sendiri saat ini tengah mengambil beberapa camilan buatan mamanya, tentu saja mamanya melarang dirinya untuk memakan nastar yang berisi nanas, karena nanas cukup berbahaya untuk janin. Meskipun nanas yang ada di dalam isian nastar sudah diolah, tetap saja Ara memilih untuk tidak mengambil resiko dengan memakannya.
"Ini isinya selai nanas, yang ini coklat." Kata Ara memberitahu suaminya sembari meletakkan dua toples nastar di atas meja.
Kenzo menatap lama ke arah istrinya, entah kenapa Kenzo sedikit kesal pada dirinya sendiri. Apalagi di dalam keluarga ini semua orang terlihat sangat menyayangi istrinya. Tapi dirinya tidak pernah melakukan hal seperti itu, yang ada dirinya selalu mendapatkan pelayanan dari istrinya.
"Kamu mau jalan-jalan?" Tanya Kenzo pelan, mencoba untuk menebus hal buruk yang pernah ia lakukan sebelumnya.
"Enggak, mama bilang jalan-jalannya di kurangi dulu karena hamil muda, takutnya nanti ada kontraksi atau bagaimana." Jawab Ara yang langsung saja membuat Kenzo kembali tersenyum tipis saat mendengarnya. Dirinya benar-benar tidak tahu apapun perihal kehamilan, tapi dirinya dengan percaya diri ingin bertanggung jawab. Benar-benar memalukan.
Meskipun bisa dimaklumi karena di dalam rumahnya tidak pernah ada wanita hamil, jadi dirinya tidak tahu apa-apa. Tapi seharusnya dirinya memiliki niat untuk tahu sesuatu karena istrinya sedang hamil, nyatanya dirinya tidak pernah memiliki pikiran seperti itu.
"Aku salah bicara." Gumam Kenzo pelan dan sedikit malu.
"Aku juga nggak tahu kok, kamu nggak perlu nggak enak, nanti kita belajar bareng-bareng." Kata Ara seraya memegangi tangan suaminya pelan, mencoba untuk menenangkan suaminya agar tidak terlalu tidak enak hati.
Kenzo pun mengangguk pelan dan setuju dengan apa yang dikatakan oleh istrinya. Kenzo benar-benar beruntung memiliki istri yang begitu pengertian seperti Ara.
"Kamu makan dulu biar makin kenyang, papa sama mama akan pergi untuk melihat restoran. Begitupun dengan Ilham yang akan menjadi supirnya." Kata Ara memberitahu suaminya.
"Pantesan mereka nggak kumpul, biasanya selesai sarapan kan kumpul di sini." Balas Kenzo pelan. Kenzo cukup hapal dengan keseharian keluarga istrinya. Bukannya tidak sibuk atau pengangguran, tapi mereka lebih mengutamakan keluarga dibandingkan pekerjaan. Mereka terlalu baik karena mempercayakan pekerjaannya pada orang lain.
Ara pun mengangguk dan tersenyum tipis, dirinya sedari dulu memang tidak pernah ikut campur dalam hal pekerjaan. Papanya melarang dirinya bekerja dan selalu mengatakan jika seorang wanita tidak perlu bekerja karena ada laki-laki yang akan menafkahinya nanti. Meskipun Ara tahu jika wanita yang memiliki penghasilan sendiri akan lebih dihormati, tapi Ara memilih untuk mengikuti kata-kata papanya saja.
Sebenarnya, meskipun papanya tidak melarang pun dirinya tidak memiliki banyak pengalaman, jadi dari awal dirinya juga berniat untuk tidak bekerja. Apalagi sudah memiliki suami sekarang.
Kenzo sendiri memilih diam dan memakan nastar yang tadi dibawakan oleh istrinya. Selain masakannya, Kenzo juga senang dengan kue buatan mertuanya. Jika di pikir-pikir mertuanya memang tidak pernah berdiam diri saat ada dirinya dan Ara di sini. Semua hal yang ia bisa pasti dibuat hanya untuk dirinya dan istrinya. Apalagi jika jika itu sesuatu yang disukai oleh istrinya, pasti akan dibuatkan dengan senang hati.
Tbc