Kabar bahagia

2148 Kata
Saat makan siang, Ara dan semua orang sudah berkumpul di meja makan. Hari ini Citra membuat menu makanan kesukaan putrinya itu. Putrinya jarang datang jadi dirinya akan memperlakukan putrinya sebaik mungkin yang ia bisa. Setidaknya meskipun ada Kenzo yang sudah memperlakukan putrinya dengan baik, tapi dirinya juga tidak bisa mengabaikan putrinya sendiri. Seorang putri yang ia perhatikan dengan baik dari kecil hingga tumbuh dewasa. "Makanan kesukaan Ara semua." Kata Ara dengan wajah yang riang dan bersemu merah karena senang dan juga sedih. "Ara kan nggak sering datang ke rumah. Kenzo juga pasti sibuk banget." Jawab Citra dengan pelan. "Kenzo nggak sibuk kok mah," jawab Kenzo yang langsung saja membuat Ilham melotot saat mendengarnya. "Kalau nggak sibuk kenapa nggak pernah ajakin kak Ara main ke sini? Kamu pikir setelah menikah dia milik kamu aja?" Tanya Ilham dengan kesal. Kenzo yang mendapatkan todongan pertanyaan seperti itu tentu saja hanya diam, matanya menoleh ke arah istrinya yang juga diam. "Ara nggak minta, jadi aku pikir nggak papa kalau tidak datang." Jawab Kenzo dengan suara pelan. Ara mengangguk pelan, dirinya memang tidak pernah mengatakan pada suaminya untuk datang ke rumah orang tuanya. Bagaimanapun juga Ara tahu yang namanya adab, setiap harinya suaminya kerja dan hanya memiliki waktu di rumah saat weekend, bukan hanya dirinya yang menunggu suaminya di rumah, tapi juga ada mama mertuanya yang begitu menyayangi suaminya itu. Tak sedikitpun hal kecil terlewat oleh mertuanya saat memperhatikan suaminya. Bahkan terkadang, Ara merasa sedikit malu karena dirinya tidak tahu banyak tentang suaminya, tapi mama mertuanya selalu menceritakan banyak hal tentang Kenzo padanya jika dirinya memiliki kesempatan berdua dengan wanita penuh kasih sayang seperti mamanya sendiri itu. "Sudah, Ilham jangan bicara kasar lagi." Lerai Citra yang langsung saja membuat Ara menundukkan kepalanya dalam. Tangannya bergerak mengambil sendok untuk memakan makanan yang ada di atas piringnya. Baru saja Ara ingin makan, suara dari suaminya dan juga gerakan suaminya yang meninggalkan meja makan membuat Ara meletakkan kembali sendoknya dan berdiri untuk melihat ke arah suaminya. "Dia lagi sensitif, mama benar-benar yakin kalau kamu hamil lagi." Kata Citra dengan cepat. "Mah, ini udah ke empat kalinya Ara mencoba mengecek pakai test pack dan hasilnya negatif, mama jangan buat Ara semakin berharap dong. Di rumah Kenzo semua orang memperlakukan Ara seperti ibu hamil." Balas Ara dengan sedikit kesal pada mamanya. "Jangan marah sama mama kamu, nanti malam pergi sama papa buat ke klinik kandungan. Jangan nolak, papa nggak suka kalau kamu marah-marah sama mama kamu seperti itu." Kata Anand memarahi putrinya. Ara yang mendengar suara papanya pun memilih pergi meninggalkan ruang makan dan menyusul ke belakang untuk menyusul suaminya. Belakangan ini Ara benar-benar tertekan dan takut jika Kenzo tahu perihal dirinya yang keguguran, Ara memang sudah bersiap untuk berpisah pada laki-laki itu, tapi pertanyaannya, apakah dirinya mampu menyandang status janda? Di meja makan Citra langsung saja memukul suaminya karena kesal. Suaminya itu memang selalu begitu jika Ilham ataupun Ara menyinggungnya seperti itu. Itu terjadi setelah kedua putra putrinya memilih untuk meninggalkan rumah meskipun dengan ijin dari keduanya. "Ulangi lagi, aku yang akan pergi besok." Kata Citra yang langsung saja membuat Anand terdiam dan memijit kepalanya pelan. "Sudah papa katakan bukan? Mama kamu itu lebih sayang sama anak-anaknya daripada sama papa." Kata Anand pada Ilham setelah melihat istrinya ikut pergi untuk menyusul putri kesayangannya. "Kalau papa tahu kenapa terus cari gara-gara sama mama?" Balas Ilham dengan sangat santai. "Papa nggak suka kalau ada orang lain yang bicara keras sama mama, bagaimanapun hati mama itu lembut, dia akan nangis nanti kalau sendirian." Jawab Anand dengan suara pelan. Anand selalu ingat bagaimana dirinya yang bahkan tidak berani melihat istrinya yang menangis tersedu-sedu setelah melepaskan kepergian putra putrinya untuk meneruskan studinya di luar negeri. Setiap hari istrinya selalu menangis dan menganggap dirinya sendiri sebagai ibu yang tidak baik karena tidak mampu menahan kepergian anak-anaknya hanya karena keberadaannya. "Nanti malam biarkan mama sama Ilham, di jamin nggak akan nangis." Kata Ilham dengan percaya diri. "Bagaimana dengan kabar mami dan papi kamu? Kamu hanya cerita sama mama dan tidak dengan papa." Tanya Anand menyinggung kabar Angela dan juga Agus yang baru saja ditemui oleh Ilham beberapa hari yang lalu. "Baik, mereka juga tanya kabar mama dan papa. Mami masih takut datang karena ingat ancaman papa yang bakal bunuh dia." Jawab Ilham masih dengan santai memakan makanannya. "Syukurlah kalau dia ingat." Jawab Anand dengan pelan dan tersenyum tipis. Anand suka melihat putranya bisa menerima kenyataan, Anand juga senang melihat putranya tidak merasa canggung lagi saat bertemu keluarga kandungnya. Istrinya memiliki andil besar dalam membujuk putranya untuk bersikap baik pada keluarga kandungnya. Masih ingat bukan? Istrinya dulu pernah mengatakan jika putra putrinya harus tahu siapa orang tuanya yang sebenarnya. Entah mereka mau ikut siapa nanti, itu tidak masalah, meskipun Anand tahu istrinya menangis semalaman setelah mengatakan hal itu pada putra putrinya. "Mami bilang agar Ilham jangan sering datang." Kata Ilham yang langsung saja membuat Anand mendongakkan kepalanya, menatap ke arah putranya yang tersenyum tipis itu. "Padahal sebelum mami mengatakan itu Ilham ingin bilang kalau Ilham nggak akan datang terus menerus." Lanjut Ilham lagi. Anand yang mendengarnya pun tersenyum tipis, Anand tahu meskipun putranya tidak pernah memperlihatkan sifat manjanya lagi pada dirinya ataupun Citra, putranya itu benar-benar sangat menghargai dirinya dan juga istrinya. Di belakang, Ara menatap ke arah suaminya yang baru keluar dari kamar mandi dengan wajah yang basah. Tadi saat dirinya ingin masuk, pintunya dikunci oleh suaminya jadi Ara hanya bisa menunggu di luar dengan hati tak tenang. "Apakah masakan mama tidak enak?" Tanya Citra yang langsung saja bertanya setelah menantunya keluar dari kamar mandi. "Bukan gitu kok ma, sepertinya memang Kenzo punya masalah pencernaan. Kenzo belum makan apapun tadi, tiba-tiba aja mual." Jawab Kenzo menjelaskan dengan detail. "Kalau begitu biar mama buatin bubur aja, Kenzo istirahat aja di kamar. Nanti biar mama yang bicara sama papa." Kata Citra yang langsung saja dijawabi anggukan pelan oleh Kenzo. Jujur saja Kenzo merasa tidak enak pada mertuanya itu, hanya saja dirinya juga tidak tahu ada apa pada dirinya ini. Jelas-jelas dirinya sangat suka makanan yang dibuat oleh mertuanya, tapi tadi saat mencium bau masakannya dirinya mual begitu saja. Hari berlalu dengan cepat, pagi-pagi sekali Ara bangun dan berjalan ke arah kamar mandi dengan sisa test pack yang dibelikan oleh mamanya lagi. Ara mengunci pintu kamar mandi dan membuka bungkus test pack dengan tangan sedikit gemetar, dalam hati dirinya benar-benar berharap penuh pada hasil kali ini. Ara memejamkan matanya, tidak berani melihat hasil test packnya. "Ara, kamu harus tenang." Gumamnya pelan pada dirinya sendiri. "Jika Kenzo membuang dirimu, masih ada mama dan papa yang akan menerimamu kembali." Lanjutnya di dalam hati. Perlahan tapi pasti, Ara membuka matanya dan mengintip hasil testpack yang ada di tangannya. Ara duduk lemas di atas WC duduk setelah melihat hasilnya. Dua garis merah terlihat jelas di benda itu, hampir saja Ara menjerit dan menangis saat melihat hasilnya. Bagaimana dirinya harus bersyukur? Bagaimana dirinya harus meminta maaf pada mamanya setelah memarahinya kemarin? Ara keluar dari kamar mandi dan berjalan ke arah suaminya, Ara mencium kening suaminya lama dan meminta maaf karena sudah membuat suaminya susah karena kehamilannya. Dulu dirinya yang mengalami mual muntah, tapi kali ini suaminya yang mengalaminya. Setelah itu Ara keluar dan membawa hasil testpacknya, Ara akan membuangnya ke tempat sampah luar agar suaminya tidak mengetahui kebohongannya selama ini. Ara berjalan ke arah dapur dan tersenyum lebar saat melihat mamanya ada di dapur. Ara mempercepat langkahnya dan memeluk mamanya dari belakang. "Mas, jangan mulai deh." Teguran dari mamanya membuat Ara tersenyum lebar, ia tahu mama dan papanya masih sangat romantis, dan itu benar-benar membuatnya sangat iri. "Ara mama." Jawab Ara pelan. Ara melepaskan pelukannya dan menunjukkan testpack di tangannya ke arah mamanya. "Maaf mama, karena sudah marah-marah sama mama." Kata Ara dengan wajah yang sangat memelas. "Selamat putri mama, jangan minta maaf sama mama." Balas Citra yang langsung saja meletakkan pisaunya dan memeluk putrinya dengan sangat erat. "Putri mama mau makan apa? Apa aja akan mama buatin." Tanya Citra dengan cepat. "Kenzo mah, kasian dia nggak bisa makan gara-gara mual muntah." Jawab Ara dengan mengerucutkan bibirnya ke depan. Citra yang mendengarnya pun langsung tersenyum tipis dan mencubit pipi putrinya dengan gemas. "Kalau gitu bangunin suami kamu, tanya dia mau makan apa, nanti mama akan buatin semuanya." Kata Citra yang langsung saja membuat Ara senang saat mendengarnya. Ara pun pergi meninggalkan dapur setelah melemparkan testpacknya ke arah tempat sampah. Citra sendiri hanya diam dan menatap ke arah tempat sampah yang berada tidak jauh darinya. Dirinya benar-benar senang karena putrinya juga sangat senang. Citra mencuci tangannya, dirinya harus membagikan kabar bahagia ini pada suaminya dan juga meminta suaminya untuk pergi membelikan sussu bumil untuk putrinya. Di dalam kamar Ara terdiam dan menatap ke arah suaminya dengan tersenyum tipis. Ara mengulurkan tangannya dan mencubit pipi suaminya kesal. "Banguuuuuuuuuuuuuuun." Teriak Ara tepat ditelinga suaminya. Kenzo yang mendengarnya pun langsung saja bangun dan menatap kesal ke arah istrinya itu. Tadi malam istrinya menolak saat dirinya mengajak berhubungan, tentu saja dirinya kesal dan susah tidur tadi malam. "Mama tanya, kamu mau makan apa? Kemarin dimasakin kamu nggak makan apa-apa." Tanya Ara dengaj senyuman lebarnya. Kenzo memilih mengabaikan istrinya dan menarik selimutnya ke atas untuk menutupi seluruh tubuhnya. "Udah dong marahnya, Minggu depan aku janji deh ajakin kamu periksa ke dokter kandungan." Kata Ara membujuk. Kenzo pun dengan cepat membuka selimutnya dan beranjak bangun dari tidurnya. "Janji ya? Nggak boleh bohong lagi. Aku akan keluar dan bilang sama mama. Kamu nggak boleh berubah pikiran lagi." Tanya Kenzo seraya menunjuk-nunjuk ke arah istrinya yang suka membohonginya itu. "Iya aku janji, sekarang kamu bilang mau makan apa?" Jawab Ara seraya menanyakan kembali apa yang ingin dimakan oleh suaminya. "Nggak ngerepotin mama?" Tanya Kenzo sedikit menimbang-nimbang. Ara menggelengkan kepalanya cepat, Ara tahu mamanya tidak akan pernah merasa direpotkan oleh orang lain. Membesarkan dirinya saja tidak pernah merasa sedikit kerepotan ataupun mengeluh. Padahal jelas-jelas dirinya anak orang lain. "Kalau gitu aku mau sarapan sayur bening terus ikan goreng dan juga sambel. Ada nggak di rumah bahannya?" Jawab Kenzo dengan antusias. "Ada, kalau nggak ada biasanya papa yang pergi beli, mama masak menu makanan yang lain." Jawab Ara yang langsung saja berdiri dan mencium bibir suaminya cepat. "Sana cuci wajah, atau mandi sekalian. Bajunya sudah ada di dalam almari." Kata Ara memerintahkan suaminya dan pergi begitu saja. Kenzo sendiri hanya diam dan menatap kepergian istrinya. Entah kenapa Kenzo sangat suka dengan antusias istrinya yang terus mencium dirinya akhir-akhir ini. Istrinya pun jarang mengatainya jelek lagi. Ara kembali ke dapur dan melihat mama dan papanya yang ada di dapur, Ara tersenyum lebar saat melihat papanya menoleh dan menatap ke arahnya. "Bumil ceria sekali." Kata Anand menggoda putrinya. "Jadi Kenzo mau makan apa?" Tanya Citra yang langsung saja bertanya pada putrinya. "Katanya mau makan sama sayur bening, gorengan ikan dan juga sambel." Jawab Ara pelan. "Kalau gitu papa beli ikannya dulu sekalian beli sussu buat kamu. Kamu jangan ngapa-ngapain, duduk aja, jangan sampai terpeleset juga." Kata Anand dengan cepat dan menghampiri putrinya untuk mengacak-acak rambut putrinya itu. Ara mendekati mamanya setelah papanya pergi meninggalkan dapur. "Mama bahagia sama papa?" Tanya Ara pelan. "Tentu saja, kamu pikir kalau mama tidak bahagia mama akan tetep di sini?" Jawab Citra dengan cepat. "Papa meskipun suka kasar pada orang lain, dia tidak pernah kasar sama mama." Lanjut Citra memberitahu putrinya. "Papa nggak pernah selingkuh lagi kan ma?" Tanya Ara pelan. Citra tersenyum tipis dan menoleh ke arah putrinya. "Tidak, papa tidak pernah keluar kecuali ke restoran, itupun kalau pergi mama ikut." Jawab Citra pelan. "Jangan diingat-ingat lagi, papa sudah berubah dan jadi pemimpin yang baik buat mama, dan juga kita. Jadi kamu jangan hanya terpaku pada kesalahan papa yang satu itu." Lanjut Citra memberitahu putrinya. "Kamu nggak mau telpon mami untuk memberitahukan kabar bahagia ini?" Tanya Citra pelan. "Enggak, Ara nggak mau berhubungan lebih banyak sama mami. Ara sudah cukup punya mama dan papa." Jawab Ara yang langsung saja bergerak maju dan memeluk mamanya erat. "Jangan seperti itu, bagaimanapun juga mami kamu sudah berjuang banyak hal untuk melahirkan kamu di dunia ini. Hingga akhirnya kamu bertemu sama mama, sama papa dan juga Kenzo. Kamu anak terbaik mama sama papa, jadi nggak boleh seperti itu sama orang tua." Kata Citra mengingatkan putrinya. "Mama cerewet lagi," keluh Ara yang langsung saja membuat Citra tertawa saat mendengarnya. "Mama akan terus cerewet kalau menyangkut mami sama papi kamu. Karena kamu nggak boleh begitu sama mereka." Balas Citra lagi. "Sana duduk, jangan banyak berdiri nanti capek." Kata Citra meminta putrinya duduk. "Ada Kenzo, Ilham, sama papa yang bakal pijatin Ara nanti." Jawab Ara yang langsung saja membuat keduanya tertawa dengan keras. Meskipun Ara lebih tua dari Ilham dia lebih sering menyusahkan adiknya itu. Apa-apa pasti meminta bantuan pada adiknya dan memaksanya sampai adiknya mau melakukan hal yang ia inginkan. Jadi bisa dikatakan, Ilham lebih dewasa daripada Ara. "Kalau gitu bangunin Ilham sana," kata Citra yang langsung saja disetujui oleh Ara. Ara pun pergi meninggalkan mamanya dan berjalan ke arah kamar adiknya untuk membangunkannya. Tbc
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN