Raga tersungkur di atas kardus, memegangi kedua lututnya yang gemetar dan menekuknya ke d**a. Sangat minim penerangan disana semua tampak gelap, hanya ada lampu jalanan yang mungkin masih dibiarkan menyala di depan rumah itu yang membiaskan sedikit cahayanya. “Bawa ponsel?” tanya Doni sambil membungkuk ke arah Raga. “B-bawa,” jawab Raga tergagap. “Telepon ibu kamu! Pinta dia kesini, setelah itu kamu bebas!” ujarnya sambil menyeringai. “I-ibu?” “Iya ibu kamu! Dia tinggal sama kamu kan sekarang? Panggil Fey Ja-lang itu! Jangan bilang saya yang menyuruhnya karena dia tak akan datang. Terserah alasan kamu apa! Yang penting dia cepat kesini jika kamu mau cepat pergi dari tempat ini!” ujar Doni. Raga membuka ponselnya dengan gemetar ditekan satu nomor. Sementara Doni mengambil jarak aga